Chapter 23. (Arthur dan Tia)

1.2K 199 6
                                    

Terlihat tubuh seorang pemuda berbaring disana. Rambutnya berwarna pirang dengan kesan lembut menyelimutinya, dia Arthur. Salah satu pemeran utama kita.

Bulu mata indahnya bergoyang-goyang mengikuti kelopak mata yang mulai mengerjab, kemudian terbuka, "Errgh, aku dimana?" Ia bangun dari tidurnya dan mulai mencerna dimana ia sebenarnya berada.

Putih, hanya satu kata itu yang mampu mendeskripsikan tempat ini. Mau sejauh apapun yang kau lihat hanya ada ruangan putih yang terang benderang.

Arthur melangkah entah kemana, ia hanya mengikuti kata hatinya yang membawanya.

Entah sudah berapa lama Arthur melangkah, yang ia tahu bahwa ia sama sekali tidak merasakan lelah barang sedikit saja.

-Arthur~

Arthur berbalik cepat saat ada yang menyebut namanya, ia kenal betul siapa suara yang tadi menyapanya.

"SIAPA?!"

-Arthur~

Arthur berbalik lagi.

"Tia, apa itu kau?!"

Tidak ada yang menyahuti teriakan Arthur. Entah darimana datangnya, Arthur tiba-tiba berlari kesembarang arah.

Kakinya berhenti melangkah saat samar-samar dikejauhan ia melihat gadis yang selalu memenuhi kepalanya siang dan malam itu berada disana. Dia tidak sendiri melainkan dia bersama dengan seorang laki-laki.

Arthur makin mendekat hingga ia bisa melihat jelas keduanya. Disana nampak Tia dan seorang lagi yang mirip Arthur dengan rambut panjang hampir sampai ke tanah. Tia nampak tersenyum lebar saat berada dipelukan laki-laki itu.

Trak!

Sayangnya itu tidak berlangsung lama, Tia yang tersenyum dengan laki-laki itu menghilang, mirip sebuah cermin yang retak kemudian menghilang entah kemana.

Nyutt!

Dada Arthur rasanya sesak saat melihat itu semua, "Tia..."

Kemudian pemandangan yang ada disana terganti lagi, seakan sudah diprogram agar menampilkan hal lain.

Disana terlihat Tia dan laki-laki itu saling berpegangan tangan dan tersenyum bahagia, detik berikutnya sebuah panah menancap ke jantung laki-laki itu. Dapat kalian bayangkan ekspresi Tia yang seakan dunia baru saja runtuh, dunia kecil miliknya.

Nyutt!

Arthur memegangi dadanya yang kembali sakit melihat air mata Tia yang tidak terbendung lagi. Sambil memegangi tubuh laki-laki itu, Tia menjerit saat merasakan detak jantung tubuh dipelukannya tidak lagi berdetak.

Trak!

Kaki Arthur bergerak sendiri dan tangannya menjulur seakan hendak memegang Tia, "Taran," entah dari mana datangnya ia malah mengucapkan nama dari dewa dunia.

Seperti sebelumnya, Pemandangan kembali berganti. Disana terlihat Tia yang sudah berubah total. Tia berdiri disana dengan banyaknya pedang menancap didada kirinya, Tia mendongak menatap langit dimana ke-empat pelaku yang menancapkan pedang padanya berada, "Jadi ini balasan kalian?" Dia tertwa terbahak-bahak dengan darah yang keluar dari mulutnya.

"Meleburlah, kemudian kembali kepelukan sang kekasih mu. Guru."

Trak!

Arthur terduduk saat merasakan sakit tidak tertahankan dari dalam kepalanya, teriakan, kekacauan, putua asa, cinta, air mata, tawa, kemudian Tia. Bukan, Taran.

"AARRRRRRGGGRRRT!"

Ia menjerit tak tertahankan saat banyak ingatan yang mengalir ke dalam kepalanya, itu ingatan laki-laki yang menemani Tia. Bukan, laki-laki itu bukan orang asing, "Ingatan ini milikku?" Arthur terpaku saat mengeluarkan kata itu.

Our Papa Is A Grand Duke!Where stories live. Discover now