Chapter 17

1.7K 266 1
                                    

Hari-hari berlalu dengan tenang di kediaman Traxeus, keluarga kekaisaran juga telah kembali ke ibukota 3 hari lalu menambah kesan sunyi dalam manor (sedikit). Para tuan muda Traxeus juga sudah mulai mempelajari etiket bangsawan dan pengetahuan tentang dunia. Jika Asgar ingat lagi, rasanya baru kemarin ia bertemu dengan para putranya, anak-anak sangat cepat beradaptasi terhadap lingkungan baru.

Asgar menyusuri koridor dengan langkah pelan diikuti Phill di belakangnya, "Dimana anak-anak?" Tanya Asgar bingung saat tidak menjumpai satupun anak-anaknya, "Tuan muda Lucion saat ini ada di tempat pelatihan, Tuan muda Arthur ada di rumah kaca, dan Tuan muda Noah saat ini tengah belajar untuk persiapan masuk akademi Startia," Jelas Phill sedatail-detailnya.

Asgar mengangguk. Ia sedikit khawatir tentang putra bungsunya yang sangat ngotot ingin masuk akademi Startia, untunglah inti mana Noah sudah bangkit dan dia hanya perlu belajar mengendalikannya. Asgar menghela nafas sejenak, "Mereka beradaptasi dengan baik," katanya.

•••

Rumah kaca penuh bunga, bak rumah kedua bagi Arthur. Tidak ada alasan khusus mengapa Arthur sangat suka berada di tempat ini. Entah karna terlalu nyaman, duduk menikmati udara yang jernih, berdiam diri berjam-jam melihat bunga, atau sekedar duduk sembari menyesap teh dan membaca buku. Tak ada alasan khusus.

Arthur duduk di kursi sembari membaca buku di tangannya. Dia tidak terlalu suka berolahraga seperti kakaknya atau terlalu hiperaktif seperti adiknya, Arthur hanyalah Arthur yang akan selalu melakukan apa yang di maunya.

-Kamu membaca buku lagi, apa tidak membosankan?

Arthur tidak membalas pertanyaan Tia dalam kepalanya, entah sudah terlalu malas menanggapi atau terlalu risih. Bicara soal suara Tia dalam kepalanya, itu sudah berlangsung sejak Arthur terbangun dari tidurnya. Awalnya Arthur kaget namun kemudian dia kembali mengingat tato di pergelangan tangannya, mungkin tato itu adalah semacam penghubung antara dia dan Tia.

-Kau mengabaikan ku!

Suara Tia sedikit mengganggu Arthur, "Aku hanya terlalu malas melakukan hal lain selain membaca." Arthur akhirnya menanggapi sebelum Tia berteriak dalam kepalanya

-Setidaknya cobalah melakukan sesuatu yang bermanfaat. Seperti kakakmu yang berlatih pedang atau adikmu yang berusaha belajar, kamu terlihat seperti boneka hidup.

Arthur sekali lagi mengabaikan suara Tia, "Mengayunkan pedang ribuan kali sehari seperti kakakku adalah hal terakhir yang akan aku lakukan dan belajar seperti Adikku untuk apa? Aku bahkan lebih pintar darinya," sahut Arthur tampa minat. Ia kembali fokus pada buku di tangannya.

-....

Tia tidak membalas apa yang dikatakan Arthur karna itu memang sangat benar.

Srek...

Srek...

Srekk...

-Hentikan suara itu!

Agaknya Tia mulai merasa risih dengan suara halaman buku di balik. Arthur mengabaikan Tia, ia tetap membaca bukunya, "Kau tidak punya pekerjaan lain apa? Berhenti menggangguku setiap hari," Sahut Arthur

-...

"Sudah kuduga kau tidak akan menjawab," Gumam Arthur.

-Apa rencana mu hari ini?

Tia bertanya mencoba mengalihkan suasana.

"Duduk di sini hingga malam," Jawab Arthur sekenanya.

-membosankan

Arthur tidak menjawab, matanya masih fokus membaca setiap kata dari buku seakan keberadaan Tia di kepalanya tidak berpengaruh apapun.

•••

Our Papa Is A Grand Duke!Where stories live. Discover now