chapter 19.

1.6K 272 10
                                    

Heii!! Aku balik lagi dengan kelanjutan cerita dari tiga bersaudara ini. Aku minta Komennya ya!

___

Sebenarnya Arthur masa bodo dengan perkara racun yang diberikan Adam Linmel padanya, toh ia sendiri tidak apa-apa. Tapi, rasanya menyenangkan melihat seseorang memohon akan hidupnya padamu. Ah, Arthur rasanya kecanduan melihat ketakutan seseorang.

Netra birunya sejak tadi tersenyum, namun jika diperhatikan lebih lanjut ada kelicikan yang terpancar jelas disana.

Ingin rasanya Arthur pergi dari kerumunan para bangsawan yang sejak tadi mengelilinginya. Ck, berisik, decaknya jengkel.

Arthur iri melihat kakak dan adiknya yang sekarang tengah menikmati makanan dan minuman tanpa perlu berbasa-basi atau melayani celotehan para bangsawan. Jika dipikir, memangnya para bangsawan ini sanggup untuk mendekati Noah dan Lucion yang telah memasang wajah dingin dan angkuh? Tentu tidak.

"Maaf semuanya, aku harus pergi menyapa tuan rumah pesta ini." Arthur pergi tanpa mempedulikan para bangsawan yang memandangnya kecewa.

"Lihat, bukankah dia adalah tuan muda kedua keluarga Traxeus?"

"Namanya Arthur Von Traxeus."

"Kurasa dia berjalan kearah Tuan muda Linmel?"

"Apa yang akan dia lakukan?"

Arthur berjalan tanpa mempedulikan bisik-bisik orang-orang yang melihatnya.

Serentak para bangsawan yang melihat Arthur langsung membungkuk hormat bahkan Adam juga membungkuk walau terlihat sekali dia enggan melakukannya.

Arthur mengangguk singkat, Jadi dia Adam linmel? Hm, matanya melirik Adam menilai.

"Bisa kalian semua tinggalkan kami? Saya hanya ingin bicara dengan Tuan muda linmel." Arthur tersenyum, namun matanya memandang dengan dingin.

Sekumpulan orang itu langsung hilang setelah menyadari peringatan Arthur yang tidak main-main.

"Apa yang ingin anda bicarakan Tuan muda Arthur?" Tanya Adam.

Arthur masih diam hingga seluruh orang menjauh dari mereka.

Walau kelihatan tenang, punggung Adam sudah keringatan sejak tadi. Apa yang sebenarnya diingikan Arthur? Apa dia sudah tahu perihal racun itu? Apa? Banyak pertanyaan yang memenuhi kepala Adam.

Jika memang iya, Adam akan mampus.

Arthur terkekeh, "Anda sungguh tidak pandai berakting Tuan Adam."

Rasanya ada yang menancapkan pisau tepat dileher Adam, "Apa maksud anda?" Tanyanya berusaha tenang.

Ekspresi Arthur berubah dingin, "Apa anda sungguh ingin saya menjelaskannya? Rasanya hal ini cukup untuk membuat anda mati berdiri jika saya menjelaskannya." Pandangan keduanya bergulir melihat banyak pasang mata yang memperhatikan.

"Kalau begitu ayo kita ke ruang istirahat."

"Tikus pintar."

___

Sesampainya di ruang istirahat Arthur langsung duduk di sofa tanpa menunggu dipersilahkan oleh Adam yang selaku tuan rumah.

Adam baru saja ingin duduk, tapi intrupsi dingin Arthur membuatnya terpaku berdiri.

"Siapa yang menyuruh anda duduk? Silahkan berdiri."

Keringat muncul didahi Adam yang menunggu Arthur untuk berbicara, namun hingga 3 menit kemudian Arthur masih enteng diam tanpa bicara membuat suasana makin mencekam.

Our Papa Is A Grand Duke!Where stories live. Discover now