NOTHING-14

543 63 1
                                    

Bekerja saat weekend menjadi lebih sering setelah satu tahun Ivona bekerja. Awalnya dia menganggap itu hal biasa. Apalagi Devian beberapa kali memang membutuhkannya dan Erico untuk keperluan kantor. Namun, lama-lama Ivona jadi lebih sering diminta menemani Devian padahal bukan urusan pekerjaan. Ya memang Devian bertemu dengan kliennya, tapi tetap saja bukan di hari kerja dan Ivona tidak menganggap mereka sedang bekerja.

Entah di mulai dari mana, Ivona merasa Devian lebih sering gonta-ganti wanita. Pasca dia salah sangka dengan menganggap Delina sebagai pacar, Devian lebih sering menemui klien yang ternyata seorang wanita. Belum lagi teman kencan lain.

Ivona merasa begitulah sifat Devian yang asli. Awal bekerja lelaki itu tampak misterius seolah susah didekati. Namun, siapa sangka ternyata Devian pematah hati wanita.

Sekarang, Ivona berada di lapangan golf menemani Devian. Dia tidak tahu klien Devian kali ini siapa, yang jelas ada mengajak wanita cantik yang beberapa kali ditunjukkan ke Devian. Sedangkan Ivona, seperti tidak dianggap.

"Kita ganti tempat?" tawar Pak Bagyo—teman Papa Devian.

Devian mengangguk. "Tentu."

"Kamu sama Sabrina, ya!"

Mata Devian seketika tertuju ke wanita bernama Sabrina yang memakai rok pendek dan topi golf berwarna putih. Dia mengangguk samar dan mendekati mobil golf. Saat melewati Ivona, dia menggerakkan mata meminta mengikuti.

"Biar saya yang mengemudi," ujar Ivona meski enggan.

Devian tetap naik ke balik kemudi.

"Kan, ada sopirnya," protes Sabrina.

"Saya pengen nyetir sendiri." Devian menatap Sabrina yang masih berdiri di samping motor. "Kalau nggak mau...."

"... mau," potong Sabrina kemudian duduk di samping Devian.

Ivona akhirnya naik dan duduk di belakang. Dia merasa seperti obat nyamuk. Ah enggak, gue kayak bos yang duduk belakang. Kapan lagi disopirin Pak Devian?

Mobil yang dikendarai Devian mulai melaju. Dia melirik Sabrina yang mengeluarkan ponsel dan berfoto. Saat ponsel itu bergerak ke arahnya, tangannya berusaha menyingkirkan.

"Jangan, Bu!" Ivona memberi tahu Sabrina.

Sabrina sontak menoleh. "Lo sebenarnya siapa?"

"Saya asisten Pak Devian," jawab Ivona apa adanya. Dia melirik Devian yang terlihat tidak peduli. Kemudian dia kembali duduk bersandar.

"Emang bener, ya? Kamu bilang dateng sendiri."

Devian mengangkat bahu. "Saya ke sini karena mau bahas bisnis. Jadi, saya butuh asisten."

"Kata Papa asistenmu cowok." Sabrina menatap penuh selidik. Dia lalu menatap Ivona yang sempat melarangnya memfoto.

"Yang cowok sekretaris saya!" jawab Devian. "Mau ketemu?"

"Buat apa? Aku pengennya sama kamu." Sabrina bersedekap sambil menatap hamparan rerumput hijau. Dia lalu menoleh ke belakang dan tidak menemukan papanya. Lantas dia menatap Ivona yang masih ikut. "Kamu bawa minum nggak?"

Ivona menoleh ke belakang. Dia ingat tadi ada yang membawa box minuman. Saat itulah dia sadar, hanya mobil yang dikendarai Devian yang melaju. "Tadi ada di sana."

"Ambilin, dong!" pinta Sabrina.

Devian mulai menyadari sesuatu. Dia menghentikan mobil golfnya kemudian berbalik. Tidak ada yang mengikutinya, artinya dia dijebak.

"Tolong ambilin, ya!" Sabrina menatap Ivona sambil menangkup kedua tangan.

"Kita balik," ujar Devian.

Nothing At AllNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ