NOTHING-9

512 64 2
                                    

Ada sesuatu yang aneh. Setidaknya Erico merasakan itu sejak tadi pagi. Dia merasa Ivona lebih banyak diam dengan bibir mengerucut.

Erico mencuri pandang ke Ivona yang berdiri di depan mesin fotocopy. Wanita itu baru saja belajar mengoperasikan alat itu dan sekarang dia minta untuk memfotocopy. Wajah Ivona terlihat serius, tapi bibirnya tampak datar dan kaku.

"Udah, nih!" Ivona membungkuk mengambil kertas yang terdapat desain hotel kemudian menuju Erico.

"Lo baik-baik aja?"

Ivona mengernyit. "Emang gue kenapa?"

"Muka lo kayak suntuk banget."

"Nggak apa-apa," jawab Ivona sambil meletakkan berkas itu ke meja Erico. Kemudian dia menuju meja kerjanya. Dia bertopang dagu sambil menatap langit-langit.

Erico kembali memperhatikan Ivona. "Lo anter ke Pak Devian." Dia mengambil map, memasukkan beberapa lembar yang telah difotocopy dan menyerahkan ke wanita itu.

Ivona mengerucutkan bibir. "Nggak bisa, ya, lo sendiri?"

"Lihat." Erico menggerakkan dagu ke meja kerjanya.

Mata Ivona terlihat lelah. Erico sedang banyak pekerjaan itu artinya dia harus membantu lelaki itu. "Gue yang kerjain ini, deh!"

"Lo nggak tahu, Von. Kalau salah gue nanti yang kena marah." Erico menarik tangan Ivona dan meletakkan map itu. "Sana."

Ivona mengembuskan napas. Dia berdiri sambil menyambar map itu. Kakinya melangkah dengan berat menuju ruangan Devian. "Oke! Emang kalau bukan gue siapa lagi?"

"Nah, itu, tahu!" jawab Erico sambil menahan tawa.

Tok... Tok... Tok....

Ceklek....

Tubuh Ivona berjingkat karena pintu tiba-tiba dibuka. Dia segera mundur kemudian menatap Devian yang sama kagetnya. "Ini, Pak."

Devian melirik map yang disodorkan. "Dua-duanya ikut saya!" perintahnya kemudian berjalan menjauh.

Erico segera berdiri, membereskan kertas yang berserakan kemudian mengambil tablet. Saat menatap dan wanita itu hanya diam saja, dia langsung menggerakkan tangan. "Cepetan!"

"Ah, iya!" Ivona baru tersadar. Dia berlari menuju mejanya dan menyambar tas. Setelah itu mengejar dua lelaki dengan langkah lebar itu.

Ternyata, dua orang itu lebih dulu masuk lift. Ivona memencet tombol dan mendekap tabletnya di dada.

Tak berapa lama, Ivona sampai lobi. Dia melihat Devian sedang bertelepon sedangkan Erico berdiri di sampingnya. Saat Erico melihat Ivona, tangan lelaki itu langsung bergerak. Ivona refleks mempercepat langkah.

"Nih...." Erico menyerahkan kunci mobil ke Ivona.

Ivona melirik Devian yang tidak memiliki sopir. Apa susahnya mencari sopir? Jika pergi seperti ini tidak melulu Ivona yang mengemudi.

"Ayo!" Devian telah berbicara dengan orang di telepon kemudian berjalan lebih dulu.

Erico segera mengikuti. Ivona lagi-lagi harus menyeimbangkan langkah dua orang itu.

***

Pak Terino.

Ivona pernah mendengar nama itu di televisi. Seorang pebisnis terkenal. Dia juga pernah mendengar nama itu disebut saat di kantor. Namun, baru pertama kali ini dia melihat pria itu. Ternyata sudah cukup renta, tapi masih terlihat bersemangat.

"Dia siapa?" Pak Terino melihat seorang wanita yang duduk di samping kiri Erico.

Devian sontak melirik Ivona. "Asisten Devian."

Nothing At AllWhere stories live. Discover now