NOTHING-8

481 66 2
                                    

Wanita dengan blazer kuning bunga-bunga memotong cake-nya dengan pelan. Setelah itu dia melahap sambil menatap sosok di depannya. "Tumben ngajak makan cake padahal nggak suka manis."

Devian melirik adiknya yang memakan cake dari bahan dasar cokelat. Dia tidak langsung menjawab dan memilih menyantap strawberry cake. Setelah itu duduk bersandar dan mendorong cake yang terlalu manis itu.

"Jadi ngapain ngajak ke sini?" Delina bingung dengan ajakan kakaknya yang tentu saja memaksa.

"Nggak mau balik ke kantor?"

"Enggak! Sampai kapanpun."

"Kalau perusahaan dikasih ke lo?"

Delina menggeleng tegas. "Gue yakin perusahaan nggak akan dikasih ke gue, jadi ngapain repot-repot gue kerja?"

Devian geleng-geleng. "Lo seneng nggak kalau gue kasih kerjaan?"

"Gue senengnya dikasih duit!"

"Jawab yang bener!"

Delina mencibir. Dia menyeruput air putih dan menatap Devian serius. "Gue nggak suka lo kasih kerjaan. Selalu aja kebanyakan."

"Aneh, kan, kalau ada yang seneng dikasih kerjaan?"

"Ya anehlah. Semua orang pengen santai tapi duitnya banyak," jawab Delina cepat. Sedetik kemudian, dia menyadari sesuatu. "Eh, lo lagi ngomongin siapa?"

Devian mengambil gelas di depannya dan menegak dengan tandas. "Bukan siapa-siapa."

"Oh, lo ngomongin diri sendiri?"

"Anggap aja gitu!"

Delina mengangkat bahu. Dia menatap cake milik kakaknya yang masih banyak. Tanpa meminta izin dia mengambil dan melahapnya. Devian yang melihat itu bergidik. "Apa?" tanya Delina heran.

"Itu bekas orang kenapa dimakan?"

"Tapi, kan, pake sendok gue." Delina menunjukkan sendok bekas Devian yang masih tergeletak. "Nggak masalah."

"Tetep bekas gue!"

"Terserah gue, dong!" geram Delina. "Jangan terlalu kaku, apalagi soal makanan. Kasihan anak istri lo nanti."

"Gue lagi nggak mau cari istri."

"Ya nanti, Kak Devian!" Delina mulai emosi berbicara dengan kakaknya itu. "Gue cuma bisa berdoa semoga istri lo nanti sabar."

Devian memilih tidak merespons. Dia menatap ke arah parkiran yang ramai. Tempat yang dia kunjungi satu bangunan dengan kedai kopi yang selalu ramai oleh muda-mudi.

Pandangan Devian kemudian tertuju ke parkiran sebelah kanan. Dia melihat seorang wanita dengan celana jeans panjang dan jaket berwarna pink. Wanita itu terlihat mengobrol dengan seorang lelaki yang memakai kemeja biru.

"Mereka janjian?" gumam Devian dengan mata memicing.

"Siapa?" Delina mengangkat wajah melihat tindakan aneh kakaknya.

Devian tidak menjawab. Dia melihat Ivona yang berjalan di belakang Erico menuju kafe. "Mereka udah akrab."

"Lo ngomongin siapa, sih?" gumam Delina sambil beranjak. Dia menatap ke luar jendela tapi tidak mendapati seseorang yang dikenal. "Gebetan lo jalan sama orang lain?"

"Erico sama asisten gue!"

"Mereka pacaran?" tanya Delina sambil kembali ke posisinya. "Atau lo merasa dikhanati dua karyawan lo pergi tanpa lo?"

Satu alis Devian tertarik ke atas. "Dari awal kerja gue nggak mau keluar sama karyawan kalau bukan konteks kerjaan."

"Ya udah, ngapain lo bingung lihat mereka jalan berdua." Delina menahan tawa.

Nothing At AllWhere stories live. Discover now