31. Past (1)

10.6K 987 42
                                    


"Setiap kesalahan memiliki kesempatan untuk diperbaiki."

.
.
.
.
.

Lima Tahun yang lalu

"Kenapa baru kasih tau sekarang Nin....?" Suara lirih itu membuat Anin semakin merasa bersalah.

"Bapak yang larang Bu....".

Ibunda Andro menatap anaknya dengan sendu.

Andro telah ditangani dokter. Ada Miko yang tengah mendengarkan penjelasan dari dokter.

Dari sofa yang didudukinya,Dian Anggoro bisa melihat kondisi Anaknya.

Wajahnya terlihat tirus, lingkar hitam dimatanya, beberapa lebam dan luka dikepalanya, membuat Andro tampak menyedihkan.

Dian Anggoro memang ingin  menghukum Andro karena perbuatannya. Tapi melihat kondisi Andro yang kini terbaring tak berdaya karena anaknya sengaja minum obat tidur, ikut menangis bersama Anin.

"Pak Andro bilang, dia pengen tidur terus biar bisa ketemu ibu Tari. Kata bapak, Ibu Tari lagi butuh Bapak..."

Dian Anggoro mengusap matanya yang terus saja berair.

Begitu juga dengan Anin, yang belakangan menjadi kasihan dengan Andro.

Andro meminta Anin membawa makanan ke kamarnya. Setiap mengantarkan makanan Andro selalu sedang meringkuk di tempat tidur, hanya menggumam ketika Anin mengatakan jika makanan telah ia bawa.

Andro selalu bermimpi bertemu Aya. Majikannya itu selalu ia dapati keluar kamar  bahkan keluar rumah sambil berlari meneriakkan nama Istrinya.

Ketika ia tak menemukan Istrinya,tanpa bosan Andro selalu memastikan dengan bertanya kepadanya,

"apakah Aya pulang mba?"

Awal-awalnya Anin segera menjawab tidak.

Tapi lama-kelamaan Anin merasa tak tega ketika melihat mata itu meredup dan bahu itu meluruh.

Saat Gerry datang untuk meminta Andro datang ke rumah sakit menemui Nasya, Andro baru saja meminum obat tidur dengan dosis tinggi. Ia meminum beberapa tablet sekaligus. Obatnya belum bekerja ketika terjadi keributan, jadi Andro masih bisa turun.

Tanpa di duga ketika ia sedang menaiki tangga untuk masuk kekamar kembali, tiba-tiba kesadarannya hilang, hingga ia terjatuh bergulingan dan menyebabkan beberapa bagian tubuhnya patah, dan sayangnya ada yang fatal.

Meskipun menurut Dokter Andro masih bisa untuk berjalan kembali, tapi akan membutuhkan waktu.

Dian kembali menyeka air matanya. Kesedihan yang dirasakannya sangat menguras seluruh emosinya.

Dian Anggoro merasakan sebuah tepukan lembut di bahunya. Ia menoleh dan mendapati Miko kini sudah berada dibelakang kursi yang didudukinya.

"Bude...aku antar bude pulang dulu ya..."
Wajah Miko terlihat lelah, tapi Dian bisa melihat sebuah senyum tetap dipaksakan pemuda itu.

"Bude disini Aja Mik, jaga Andro..."Sahut Dian sendu,  ia tak bisa menahan sedihnya.

Miko tertawa kecil, mencoba membuat suasana tak lagi sendu. lalu memijit-mijit lembut bahu wanita yang ia hormati itu.

"Biar Miko saja bude,  nanti kalau bude sakit juga, Miko juga yang repot kan.." Miko memasang wajah pura-pura memelas.

"Kamu ngga ikhlas Mik?"

"Iya Miko Nggak ikhlas kalo Bude sakit..."Miko lega melihat Dian Anggoro sudah bisa tersenyum menanggapi candaanya, meskipun tipis.

"Bude sama sama Andro ngerepotin  kamu terus Ya...terima kasih, untung ada kamu yang menolong bude nak...."

Yang Terbaik  (TAMAT)Where stories live. Discover now