BAGIAN EMPAT PULUH DUA (1)

Start bij het begin
                                    

"Biru tuh kayak Papa kamu banget."

"Kayak Papa banget gimana Ma?"

"Langsung nyamperin kalo kangen. Dulu Papa gitu juga waktu Mama kuliah di Jogja terus Papa kuliah di Jakarta. Tiap weekend selalu nyamperin Mama."

"Tiap weekend banget Ma?"

"Iya. Effort-nya ada banget Papa kamu tuh. Sama kayak Biru sekarang. Mama suka sama Biru karena beberapa tingkahnya mirip Papa banget. Pokoknya Mama seneng kamu pacaran sama Biru."

"Dia pinter aja ngerebut hati Mama."

"Hati Papa juga. Papa udah nerima Biru banget. Dia percaya Biru bisa jagain kamu."

"Papa kenal Papanya Biru udah lama ya Ma?"

"Iya, udah, kan dulunya mereka temen kuliah."

Aluna bangun dari posisi tidurannya dan duduk ngadep sepenuhnya ke sang Mama.

"Mama sama Papa tau tentang Mama kandung Biru? Kenapa Biru keliatan benci banget sama Mamanya?"

"Mama tau, tapi Mama nggak berhak buat cerita ke kamu karena itu privasi Biru, tapi Mama yakin Biru pasti nanti bakal cerita ke kamu. Percaya sama Mama."

Aluna nganggukin kepalanya.

Biru dan Papa Aluna pulang dari main golf sekitar jam 11.

Aluna lagi nonton netflix waktu mereka pulang. Udah mandi yang jelas.

Biru ikutan gabung nonton juga sesudah dia mandi lagi.

Biru dan Aluna nonton sambil nungguin temen-temennya; Rangga, Celine, Gara, Sasa, Lucas, Kala, Wira, Rana, Alvie, Nabila, Gilang, Kania yang lagi di jalan on the way ke rumah.

Mereka dijemput supir Aluna.

Dan beneran nggak nyame 10 menit kemudian mereka nyampe. Rumah Aluna langsung berasa banget ramenya.

Satu persatu dari mereka nyalamin tangan Papa dan Mama Aluna.

"Pada mau healing ya ini ceritanya?" Goda Papa Aluna.

"Iya Om. Sumpek di Jakarta mulu," sahut Lucas.

"Mumpung long weekend juga Om," Rangga menimpali.

"Ikut surfing Om ntar," kata Gilang.

"Nggak bisa Om surfing," sahut Papa Aluna, "golf aja ayo apa tenis, jago Om."

"Tenis Om ayo!" Lucas langsung ngangkat tangan heboh. "Saya kalahin Om."

"Sikat Om!" Seru Biru.

"Bikin K.O Om!" Timpal Gara.

"Abisin Om!" Kata Alvie.

"Lah ini nggak ada yang dukung gue nih?" tanya Lucas, "Lang, Ngga? Dukung gue dong."

"Ogah. Gue sih dukung Om Dewa," kata Gilang.

"Lo Ngga, dukung gue."

"Dukung Om Dewa gue Cas," kata Rangga.

"Om, liat Om, pada gini tingkahnya. Temen gini enaknya diapain Om? Ditonjokin satu satu ya Om?"

Papa Aluna ketawa denger celotehan Lucas.

"Wir! Lo dukung gue kan?!"

Wira yang baru balik dari toilet jelas bingung sendiri tau-tau ditodong pertanyaan gitu sama Lucas.

"Dukung apaan?" Tanya Wira dengan muka bingungnya. "Beban banget baru balik dari toilet langsung ditanya-tanya. Mana nggak tau konteksnya apaan."

Semua yang ada disana ketawa denger gerutuan Wira.

"Bilang iya aja udah Wir," suruh Gilang.

"Nggak makasih. Nggak ada yang bisa dipercaya lo semua." Wira nggak sebodoh itu buat iyain.

"Apa sih Om? Lagi ngomongin apa?" Sebagai gantinya Wira nanya ke Om Dewa. Papa Aluna. Yang jelas paling bisa dia percaya disana.

Papa Aluna nggak jawab. Dia malah ngerangkul Wira ke ruang makan.

Mereka semua makan siang bareng dengan beberapa menu makanan khas Bali yang sengaja Mama Aluna pesen dari catering langganannya.

"Ini Tante liat-liat pas ya, pasangan semua, bener?" tanya Mama Aluna yang lebih dulu selesai makan.

"Satu belum official Tante," jawab Sasa.

"Oh ya? Siapa tuh?" tanya Mama Aluna lagi.

"Angkat tangan dong yang merasa," seru Celine sambil ngelirik-lirik Kania yang duduk di sebelahnya.

"Yang cowok dong gentle, angkat tangan," seru Lucas ikut-ikutan.

"Yok bisa yok bisa jadian di Bali," timpal Wira sebelum tos-tosan sama Lucas yang duduk di sebelahnya.

Papa dan Mama Aluna ketawa liat tingkah mereka yang ngingetin jaman dia muda dulu juga

"Om tanya deh nih ya, pasangan masing-masingnya biar ketauan," kata Papa Aluna.

"Ooom..." Kania mendadak merengek protes ke Papa Aluna.

Papa Aluna ketawa. Dia sebenarnya udah tau kalo diantara semuanya cuma Kania yang statusnya bukan pacar siapa-siapa. Mama Aluna juga tau. Mereka lagi iseng aja.

Selesai makan siang mereka duduk nyantai di ruang tengah. Bahas mereka mau kemana aja selama di Bali 2 hari nanti.

Yang jelas cowok-cowok sih pada mau surfing. Pokoknya harus ada main airnya. Harus. Sisanya mereka ngikutin mau cewek-cewek aja.

Sorenya sekitar jam 4 mereka baru otw ke Villa Lucas yang kebetulan jaraknya nggak begitu jauh dari rumah Aluna.

Serunya lagi Om Dewa nyewain mereka Vespa buat dipake selama di Bali nanti. Jadi ya mereka bakal otw ke Villa naik vespa dengan pasangan masing-masing.

Emang lebih seru vespaan sih kalo kata Wira yang disetujui banget sama Lucas.

"Bisa nggak?" Tanya Gilang ke Kania yang lagi nyoba ngaitin tali helm-nya.

Mau nggak mau ya Kania sama Gilang.

"Kalo nggak bisa tuh minta tolong Kania Ava Sutedja," Gilang gemes sendiri sebelum ngaitin tali helm Kania.

Gilang nunduk bentar buat nurunin pijakan motor baru nyuruh Kania buat naik ke boncengannya.

"Duluan Lang," pamit Gara.

"Kan duluan," pamit Sasa.

Semuanya udah jalan, tinggal Gilang sama Kania yang masih belum.

"Udah?"

"Hm..."

"Udah?"

Kania mukul pelan pundak Gilang. "Udah!"

Gilang tergelak. "Ya jawab, jangan hm doang."

Gilang mulai jalanin Vespanya.

"Pegangan Kan. Gue mau ngebut nyusulin yang lain."

Kania ngangkat tangannya, megangin pinggir kaos Gilang.

Gilang mendengus sebelum narik satu-satu tangan Kania buat meluk pinggangnya.

"Pegangan yang bener tuh gitu Kan."

Kania mendengus tapi tangannya makin nguatin pelukannya di pinggang Gilang karena Gilang beneran ngebut.

"Takut?" Gilang ngelirik Kania dari spion. "Kania?"

"Apa?" Kania deketin kepalanya ke kuping kiri Gilang.

"Kamu takut?"

"Biasa aja."

"Kok meluk pinggang aku makin kenceng?"

"Sejak kapan kamu aku gitu?" tanya Kania.

"Sejak hari ini dan seterusnya," jawab Gilang.

Satu pukulan lagi mendarat di pundak Gilang.

Gilang tergelak.

****

😊😊😊

komentarnya buat chapter ini apa?

BIRU'S GIRLFRIEND Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu