Donatella | 26

20 5 0
                                    

Happy reading, Doluv❤️

Donatella berjengit kaget begitu stik drum melayang di puncak kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Donatella berjengit kaget begitu stik drum melayang di puncak kepalanya. Takut-takut, ia menundukkan kepala. Kali ini kesalahan apa yang ia buat? Ia rasa ia sudah melakukannya dengan benar. Meski sangat susah untuk fokus karena sedari tadi cacing di perutnya meronta.

"Siapa yang ngizinin kamu buat ganti lirik orang sesuka hati?"

Donatella mengernyit. Mengganti lirik?

"Setia hadir setiap ...?"

"Waktu?"

Masih berusaha menahan emosi, Rea mengulang. "Setia hadir setiap ...?"

"Waktu?" jawab Donatella lagi yang masih tidak menyadari kesalahannya.

"HARI, DONAT! HARI, BUKAN WAKTU!" Teriakan Rea tersebut tidak hanya berhasil mengejutkan Donatella, melainkan Jaddes yang tengah mengintip di depan pintu juga.

Tadinya, Jaddes ingin mengajak kedua perempuan kesayangannya untuk makan. Namun sepertinya dia harus mengurungkan niatnya. Rea sangat menyeramkan. Ingin membantu Donatella, tapi dia juga takut jika Rea sedang dalam mode macan. Sehingga yang Jaddes lakukan menyingkir dari pintu menuju kamarnya.

"Eh?"

"Eh ... Ah ... Eh, kamu itu bisa serius, enggak, sih? Di sini yang capek bukan cuma kamu. Kalau kamu emang mau istirahat makan, harusnya kamu latihan dengan serius. Bukannya main-main kayak gini."

"Ma-maaf," cicit Donatella.

"Maaf-maaf. Buat apa minta maaf kalau kamu terus ngulang kesalahan yang sama, hah? Kamu kira mama enggak muak dengar kamu minta maaf tiap hari?"

"Donat enggak sadar."

"Halah. Banyak alasan kamu. Bilang aja kamu emang enggak serius, kan? Kamu itu mau sampai kapan kayak gini, Nat? Emang kamu enggak capek jadi bayang-bayangnya Giona?"

"..."

"Mau sampai kapan kamu terus kalah dari dia?"

"Donat udah berusaha, Ma."

"Ada hasilnya, enggak?!"

Donatella menggeleng.

"Itu yang namanya berusaha? Hasil enggak pernah mengkhianati usaha. Kalau kamu masih kalah, ya, artinya kamu emang enggak pernah berusaha sekeras dia."

"Donat selalu berusaha sekeras yang Donat bisa, Ma. Donat juga capek, Ma. Kenapa mama harus terus bandingin Donat sama Giona? Giona enggak sebaik dan sesempurna yang mama pikir." Akhirnya, setelah sekian lama Donatella memendamnya, hari ini ia memutuskan untuk mengeluarkan sedikit unek-uneknya.

Hanya sedikit, Tuhan. Ia janji ia tidak akan mengeluarkan kalimat yang melukai hati ibunya.

"Donat akan selalu kurang, Ma, kalau mama bandinginnya sama orang lain. Jadi bisa, enggak, mama bandinginnya itu Donat yang dulu dan yang sekarang? Kata Pak Gean, perkembangan Donat udah bagus banget."

DonatellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang