Donatella | 19

89 25 24
                                    

Selamat membaca, Doluv❤️

Sudah dua menit Saddam celingak-celinguk di depan toilet perempuan, akan tetapi sosok kekasihnya yang ditunggu tak kunjung menampakkan batang hidung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua menit Saddam celingak-celinguk di depan toilet perempuan, akan tetapi sosok kekasihnya yang ditunggu tak kunjung menampakkan batang hidung. Ke mana perginya Donatella? Donatella tidak mungkin pulang tanpa berpamitan dan membawa tas, bukan?

Dia spontan menggeleng ketika sebuah pemikiran negatif terlintas di benaknya. Giona tidak mungkin berani menyentuh Donatella. Karena dia sudah pernah memberi pelajaran yang dirasanya cukup membuat gadis centil itu kapok.

Meski begitu, Saddam tetap khawatir. Sehingga Saddam memutuskan untuk masuk ke toilet, hendak mengecek satu per satu bilik. Tepat ketika Saddam maju satu langkah, Rayden tak tahu-menahu muncul dan meneriakinya, "Bro, lo salah toilet! Cowok di sebelah kanan!"

"Yang bilang gue mau pipis di toilet sini siapa?" balas Saddam sengit.

Rayden terkekeh sembari mendekati temannya. "Siapa tahu aja, kan? Pengin sekali-kali ngerasain pipis di tempat cewek. Mau belajar jongkok gitu."

"Lo—" Tangan Saddam yang terkepal melayang tepat di depan wajah Rayden.

"Ampun, Bosku. Lo ngapain di sini? Anak-anak yang lain udah lagi pada minum. Tumben lo enggak ikutan."

"Cewek gue hilang. Udah gitu Saira bilang terakhir Donat sama Giona. Gimana gue enggak khawatir coba?"

Kedua alis Rayden bertautan. Donatella bersama Giona? Seingatnya tadi kala dia melewati Giona, Giona sedang asik bercengkrama dengan anak-anak SMA Aerglo. Dan tidak ada Donatella di sana. "Saira bohongin lo kali? Gue enggak ada lihat Donat di antara gerombolan Giona, tuh."

"Di mana Giona? Bawa gue ke sana."

Menuruti perintah Saddam, Rayden pun menuntun Saddam. Setibanya mereka tanpa basa-basi lagi, Saddam langsung menarik kasar Giona. Perlakuan Saddam yang mendadak sontak menimbulkan kericuhan. Beruntungnya Rayden dapat mengatasi hal tersebut.

"Mana cewek gue? Jangan coba-coba buat nipu gue. Saira sendiri yang bilang kalau Donat sama lo."

Giona lekas menundukkan kepala, memalingkan wajah tidak berani membalas tatapan mematikan laki-laki tersebut.

"Jawab!"

Giona meneguk ludah sebelum bergumam, "Ta-tadi, Tante Rea nanyain Donat di mana. Ja-jadi, gue shareloc ke dia. Gu-gue bener-bener enggak kepikiran kalau Tante Rea bakalan samperin Donat. Ka-kayaknya Donat udah diseret pu-pulang."

Saddam menggertakkan gigi. "Lo kira gue bodoh? Lo sengaja shareloc biar Donat diseret karena jelas lo tahu gimana sifat Tante Rea. Lo sengaja kan pengin Donat digosipin sama anak-anak. Tentang Donat yang anaknya enggak seru, Donat yang—"

"Emangnya kenapa kalau anak-anak gosipin itu? Yang mereka bilang kan bener. Donat emang enggak seru, kan? Yang dia tahu cuma belajar, belajar, dan belajar." Ini pertama kalinya, Giona berani menyela ucapan Saddam.

Dengan mata berkilat emosi, Saddam mengacungkan jari telunjuknya berulang kali menunjuk wajah Giona. "Lo enggak tahu apa-apa soal Donat, selain fakta di mana dia adalah saingan terberat lo. Jadi, mending tutup mulut sampah lo itu karena lo enggak berhak buat ngatain dia setelah apa yang dia lewati!"

***

"Soal pertama. Jumlah penduduk daerah Q adalah 1000 jiwa, sedangkan jumlah penduduk daerah R adalah 2000 jiwa. Jarak daerah Q ke R yakni 100 km. Maka berapa kekuatan interaksinya?"

Tidak mengecek apakah Donatella sudah selesai menyalin soal pertama atau belum, Machel lanjut membacakan soal kedua. "Penduduk kota A lima juta jiwa, sementara penduduk B—"

Suara dengkuran halus berhasil menghentikan kegiatan Machel yang membaca soal. Keningnya langsung mengerut saat mendapati Donatella tertidur pulas di atas buku. Ingin membangunkan muridnya tersebut, tapi Donatella tampak kelelahan.

Haruskah dia memberi sedikit kelonggaran untuk Donatella? Dia mengangguk kemudian melangkah menuju pintu guna mengunci, berjaga-jaga jika Rea tiba-tiba masuk.

Seulas senyuman tidak tega terpatri di wajahnya. Padahal bisa saja mereka libur sehari, tapi Rea malah memaksa agar Donatella tetap les. Dan dia pun tidak bisa menolak hal tersebut karena dia sudah dibayar untuk itu.

Seraya menunggu lima belas menit berlalu, Machel berjalan mengelilingi kamar Donatella. Atensinya jatuh pada sebuah papan yang tergantung di tembok. Ada banyak memo berwarna-warni yang tertempel di papan tersebut.

Machel membaca salah satu isi memo tersebut.

Daftar Keinginan Donatella
1. Mengambil jurusan Pastry saat berkuliah nanti
2. Lulus dengan nilai terbaik di satu angkatan, mendapatkan banyak penghargaan saat hari kelulusan
3. Pergi liburan sama Saddam ke Bali
4. Tinggal yang jauh dari rumah biar enggak stress!!
5. Hasilin banyak uang biar bahagia~~Jangan lupa donasi ke orang yang membutuhkan
6. Bebas melakukan apa yang diinginkan tanpa perlu mikirin reputasi mama dan papa
7. Bahagia, bahagia, dan bahagia
8. Menghilang??

Walau belum terlalu mengenal anak muridnya, Machel dapat menarik beberapa kesimpulan terkait kehidupan Donatella; yakni Donatella begitu tertekan berada di rumah, ada hal yang ingin sekali Donatella lakukan tetapi ditentang oleh kedua orang tuanya, serta Donatella yang merasa kebebasannya begitu direnggut.

"Bu Machel?" panggil Donatella lalu mengucek kedua mata.

Machel menoleh. "Udah bangun, toh."

"Maaf, Bu. Donat enggak bermaksud buat ketiduran di tengah Bu Machel baca soal," sesal Donatella.

"Haha, enggak papa. Kamu pasti capek banget. Kamu aja belum ganti baju. Habis dari pesta, ya?"

Donatella menggaruk puncak kepalanya canggung."Iya, acara sweet seventeen salah satu anak angkatan."

"Asik?" Machel sengaja memancing Donatella bercerita. Sudah kepala tanggung jika mau memulai pembelajaran kembali, jadi lebih baik mereka bersantai saja. Tidak ada salahnya juga mendengarkan cerita Donatella.

Donatella pasti ingin sekali bercerita kepada orang tuanya perihal acara hari ini, tapi Donatella memilih mengurungkan keinginan tersebut mengingat sifat kedua orang tuanya.

Namun, Donatella hanya mengangguk tanpa menceritakan detail ceritanya. Donatella masih merasa sungkan karena mereka baru kenal beberapa hari. Berbeda dengan Gean yang sudah amat mengenal dirinya.

Alih-alih memaksa, Machel menghampiri Donatella lalu menepuk punggung tangan muridnya. "Donat, mungkin sekarang kamu masih canggung sama ibu karena kita belum terlalu akrab. Tapi semisal kamu butuh teman cerita, kamu bisa cari ibu, ya. Peran ibu di sini bukan semata-mata hanya untuk mengajar kamu saja, tapi juga menjadi pendengar yang baik."

Donatella membeku.

"Dan terima kasih, Donatella."

Donatella mengerjap kebingungan.

"Terima kasih karena tetap bertahan."

***

Jangan lupa ramein yuk yang mau aku cepet update🥺

Spoiler part selanjutnya: adegan Saddam dan Donat🥰

DonatellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang