"Padahal dari Zaman Purba sampai Zaman Modern, semua manusia memang begitu. Mereka yang berkuasa akan menginjak mereka yang ada di bawahnya. Memang tidak semua orang begitu, tapi mau bagaimana lagi, hidup di dunia itu bukanlah hal yang menyenangkan."

AI Ririn menoleh sekilas ke arah tangan Raksa yang sedang membawa wadah untuk menyimpan serum. Saat ia melihat wajah Raksa, senyum miring pria itu terlihat semakin janggal.

Tanpa diduga dan tanpa diprediksi, Raksa bergerak cepat untuk menggunakan suntikan yang sudah dia siapkan.

Najwa dan Ansabella melotot tak percaya pada apa yang telah Raksa lakukan.

"REY!!"

Robot AI Ririn menatap ke arah Rey dengan shock. "Raksa, apa yang telah kau lakukan pada Rey? Kau ... ."

Raksa tersenyum tipis, lalu memencet tombol gelang yang dia pakai. Dengan cepat, wajah Rey berangsur-angsur berubah menjadi sosok Kevin.

Tunggu dulu ... , Kevin?

KEVIN?!!

"Kau benar sekali, AI Ririn. Manusia memang begitu, egois dan berpikir sempit. Aku kembali lagi untuk para Robot AI yang tertindas ... ."

Najwa menatap sosok gila yang sudah menyuntikkan serum penghancur pada tubuh kekasihnya dengan pandangan yang murka.

"Jangan menatapku begitu, Naj. Wajahmu jadi terlihat semakin memprihatinkan. Hari ini aku berbuat hal yang baik karena telah berhasil untuk menghancurkan satu keluarga yang membawa MadCow-30. Ngomong-ngomong, sejak aku mendapatkan gelang ini, aku mendapatkan sebuah kekuatan yang luar biasa.

"Kau tahu? Aku dapat memanipulasi kehidupan di sekitarku ketika aku berhasil mengembangkan teknologi yang sudah kau ciptakan. Bukankah itu hal yang luar biasa?"

Najwa mengepalkan tangan dengan mata yang berkilat karena menahan amarah.

"Aku berhasil untuk membuat kehidupan semua orang hancur dan aku sangat menyukai hal itu. Para manusia yang egois telah memulai langkah mereka dan aku harus mengakhiri buruk itu. Kau tahu? Orang yang sudah berhasil untuk aku kendalikan adalah Raksa, Ara, dan juga Syam.

"Aku berhasil untuk menanamkan filosofi gila dalam hidup mereka. Ririn mati bersama dengan Raksa dan Syam sudah kuhancurkan dengan menggunakan serum yang sama persis dengan serum yang kugunakan pada Rey. Aku sukses besar dan itu karenamu, Naj."

Belum cukup dengan itu, Kevin kemudian menembakkan dua serum pelumpuh pada AI Ririn dan AI Ansabella secara bersamaan.

Pada saat yang bersamaan, datanglah Ando, Zulfan, dan Naura di tempat itu. Ketiganya menatap tak percaya pada apa yang sudah terjadi.

Najwa tak tinggal diam, ia kemudian menerjang tubuh Kevin. Gadis itu berusaha untuk menarik gelang yang Kevin pakai dengan paksa. Kevin yang mengetahui niatan Najwa, lantas berontak dan tanpa sengaja telah membuat tubuh Najwa terlempar cukup jauh hingga menimpa barang-barang di laboratorium.

Najwa meringis karena merasakan ngilu di tubuhnya. Begitu banyak luka yang telah dia dapatkan saat ini.

"Kau benar-benar sudah sangat rusak, Vin. Virus itu sepertinya sudah menguasai tubuhmu sepenuhnya. Kau ... ."

Najwa yang berusaha untuk berjalan mendekati Kevin dengan sisa tenaga yang dia miliki, kemudian ambruk saat kakinya sudah tak mampu untuk melangkah. Tubuhnya jatuh dan menimpa potongan baju milik Rey yang masih tersisa sedikit. Najwa menatap ketiga temannya dengan senyum yang lebar hingga secara perlahan, gadis itu pun mulai memejamkan kata.

"Selamat tinggal semuanya, selamat tinggal ... ."

"NAJWA!!"

Naura sontak menghampiri Najwa dengan tangis yang terdengar histeris. Ando bahkan sudah menangis sejak ia melihat kerusakan yang Kevin perbuat. Zulfan sendiri tak tahu harus berbuat apa sekarang. Kehancuran di mana-mana dan dia tak tahu apa yang harus dia lakukan.

Dalam kekacauan yang sudah Kevin lakukan, tiba-tiba terdengar suara pistol yang menggema di laboratorium.

Kevin menoleh ke arah suara dan mendapati AI Brasdan dengan kedua pistol di masing-masing tangan sambil membawa Ara.

"Wah! Pahlawan kita akhirnya datang juga. Apa kalian menikmati pertunjukan yang sudah aku sajikan?"

Ara tak menjawab pertanyaan Kevin dan justru menatap ke arah AI Brasdan. Gadis itu memberi sebuah isyarat dan mendapatkan anggukan dari AI Brasdan.

Robot yang serupa dengan Brasdan itu lantas berlari cepat sambil melempar salah satu pistol di tangannya ke sembaran. Robot itu kemudian menancapkan suntikan pada tengkuk Kevin.

"Kau memang licik dan hebat, tapi sepertinya kau lupa jika aku adalah AI Brasdan. Aku dibuat secara khusus untuk menjalankan tugasku. Mungkin aku terlambat untuk menyelamatkan keluarga Rey, tapi tak ada kata terlambat untuk menghancurkanmu."

AI Brasdan mendorong tubuh Kevin yang sudah mulai terbakar dengan mata yang berpendar merah terang. Robot itu lalu menoleh ke arah Ara.

"Ra, bawa teman-temanmu pergi dari laboratorium. Biarkan aku yang akan membereskan semuanya."

Ara menatap ragu pada AI Brasdan. "Apa aku harus membiarkan anda berada di sini bersama robot gila itu?"

AI Brasdan mengiyakan pertanyaan Ara sambil menahan tangan Kevin yang ingat menekan tombol untuk mematikan api biru yang mulai membakarnya.

Ara menghela napas, lalu menarik teman-temannya untuk keluar dari laboratorium.

Gadis itu benar-benar tak menyangka dengan apa yang sudah Kevin rencanakan. Robot itu telah merusak persahabatannya dan juga merenggut banyak nyawa yang tak bersalah.

Sebelum pergi dari laboratorium, Ara sempat melihat Kevin secara sekilas.

"Obsesi yang besar memang bukanlah sesuatu yang pantas untuk dipertahankan."

Bersambung....

Bad or Good?Where stories live. Discover now