ㅡtujuhbelas

358 112 52
                                    

01:07 PM


"Aca boleh nginap di rumah, ma?"

"..."

"Ada sesuatu, but I don't really know how to say it, so..."

"..."

"Makasih banyak, ma. Mama pulang jam berapa?"

"..."

"Malam banget."

"..."

"Oke, oke, I will. See ya."

Lelaki dengan nama belakang Felton tersebut menjauhkan ponsel dari telinga.Gak jauh dari posisinya, tampak seorang Azalea Watson sedang melamun menatap aquarium yang terletak di sudut Rumah Keluarga Felton. Gadis tersebut hanya diam mengamati buih-buih dengan pandanganya kosongnya, mengamati buih-buih yang berasal dari penghuninya. Selang beberapa detik berlalu, Mark duduk di depan Azalea, menutup akses pandangan itu menuju aquarium.

"Aca,"

Perlahan mata Azalea melirik mata Mark.

"Kamu boleh nginap di sini, kamu nanti tidur di kamarku aja ya biar aku pindah ke kamarnya Kak Tom."

Azalea diam, enggan menjawab.

"Aca ada ngerasa sakit di kaki atau badannya gak? Biar kita bisa balik ke klinik tadi."

"Gak ada..." Balas Azalea dengan volume suara nyaris berbisik.

"Kenapa?"

"Gak ada yang sakit."

Mark menatap Azalea lirih, sebelum menghela nafas ringan lalu mengecek ulang beberapa bagian tangan, leher, wajah, paha, hingga area tulang kering Azalea yang belum sepenuhnya pulih. Sebelum pulang ke rumah, Mark meminta izin pada Nyonya Watson untuk membawa Azalea menginap di rumahnya setelah dibawa ke klinik untuk membersihkan dan mengobati lukanya.

Tadi, Mark menyadari jika mami dari Azalea juga kurang sehat apalagi setelah menemukan 'masalah' di antara kedua anaknya. Mark dan Azalea pun gak bisa ke rumah Feyka untuk saat ini, di sisi lain Mark gak bisa membiarkan gadisnya serumah dengan Hendery yang entah pergi ke mana setelah melakukan tindakan kekerasan untuk kesekian kalinya.

"Aca, istirahat ya?"

"..."

"Ayo," ajaknya lagi seraya membantu Azalea bangkit. Dalam diamnya, Azalea hanya bisa menuruti permintaan Mark, berdiri dengan penuh luka fisik serta batin. Selagi berjalan menuju lantai atas, Mark meminta bantuan seorang asisten rumah tangga untuk membawa koper milik Azalea ke kamarnya.

"Om, tolong ya koper itu bawa ke kamar saya."

"Tas yang ini juga?"

"Iya, minta tolong ya om."

Asisten mengangguk, berjalan lebih dulu ke atas untuk menaruh barang-barang Azalea. Sedangkan Mark masih dengan sabarnya menunggu gadis yang hanya bisa berjalan dengan lambat itu. Tak sengaja Mark menyentuh luka di tangan Azalea, namun dia tidak meringis.

Mark lebih takut Azalea terbiasa dengan luka-luka itu dan menganggap dirinya pantas mendapatkan semua penderitaannya seumur hidup. Mark lebih baik mendengar Azalea mengeluh tanpa henti dibandingkan mati rasa seperti ini.

Setibanya di kamar, Mark mendudukkan Azalea di atas ranjang. Lelaki itu lantas menarik sebuah kursi untuk duduk berhadapan dengannya.

"Kamu lapar, Ca?"

Azalea menggeleng.

"Mau minum?"

Azalea kembali melakukan hal yang sama.

Hati Mark masih terasa sangat sakit menemukan kekasihnya menderita seperti ini. Dan sialnya dia hanya bisa menenangkan lukanya, tidak bisa mempercepat penyembuhannya seperti yang dia inginkan.

Azalea Feela Watson, kini terus membisu menatap kosong kaus yang dikenakan Mark. Di semakin-lebih-dan sangat dari tertekan dari hari-hari sebelumnya, menyebabkan sang kekasih merasa khawatir melampaui batas yang tidak pernah diharapkan.

"Aca,"

"..."

"Kita laporin Hendery ke polisi aja, ya?"

Walaupun hanya sekadar mendengar nama Hendery, sudut mata Azalea seolah menukik. Nama itu seolah memicu kegilaan yang mulai membesar dalam dirinya. Lambat laun Azalea menjadi gelisah lagi dengan rahang yang gemetar. Dia semakin stres.

"Aca, Aca kamu gakpapa. Oke, oke maaf, aku gak akan sebut nama itu. You safe, right? Selama kamu sama aku, kamu aman. Ssst, ssst..."

Seraya menenangkan Azalea, Mark bergerak perlahan membaringkannya di atas ranjang. Dirinya lalu duduk di tepi ranjang dengan tangan yang masih melekat pada jemari Azalea agar perempuan itu bisa mencengkramnya sebagai pelampiasan keresahan.

Pemikiran Azalea kini lebih mudah dikosongkan, Mark tidak tahu itu merupakan sisi baik atau buruk dari dampak yang timbul setelah semuanya terjadi. Deru nafas Azalea yang menjadi melodi di telinga Mark setidaknya bisa memberi satu saja kelegaan, bahwa Azalea masih ada hingga saat ini.

Mark terus menggenggam tangannya hingga terlelap, terlelap dengan menutup mata, menemukan semuanya seperti berakhir sebelum itu dimulai.

More like... I saw the end before it begun.

Azalea seperti menemukan dirinya yang aneh di dalam mimpi. Azalea sepertinya pernah melihat mimpi itu. Ya, mimpi yang disebabkan oleh traumanya sendiri.

Every night the same dream, and every morning the same nightmare.

ARCADE ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن