35. Rumah Sakit

12 2 0
                                    

Haii
Apa kabar?
Yang pasti sehat dong,ya!!💋

"Waktu adalah hal yang sangat berharga"

__Meira


Vano terus menelusuri jalan, berharap pria yang tidak diketahui namanya itu dapat ia tangkap.

Tolong sadarkan Vano bahwa orang itu bukanlah sembarangan orang, bagaimana bisa ia akan menghadapi dengan tangan kosong dan hanya seorang diri?

Skiitt!

Motor yang tadinya berpacu dengan kecepatan tinggi akhirnya berhenti mendadak. Yah, Vano sudah menemukan pria yang ia cari.

Menghela napas dalam. "Gue harus tetep waspada" Ujarnya membatin.

Lelaki besar itu tersenyum kecut seraya melihat Vano dari ujung kepala sampai kaki.

"Lo cari mati?"

Vano tidak menjawab. Menatap penuh selidik tidak ada yang aneh apa bila kita melihat orang ini, namun Vano harus tetap waspada.

"Ngapain, lo buntutin gue?" Tanya Vano tanpa basa-basi.

Pria itu terkekeh keras. "Lo, mau tahu?"

Memutar matanya malas. "Jangan macam-macam lo, sama cewek gue!"

"Awas aja lo!!" Teriak Vano.

Setelah mengatakan itu Vano berbalik untuk segera pergi dari sini.

Bruk!

Vano terjatuh, pukulan kuat dari belakang membuatnya tidak sadarkan diri. Seketika matanya buram dan semuanya berubah gelap.

"Hahaha, dasar bocah ingusan!!"

Itu suara terakhir yang dapat Vano dengar, setelah itu semuanya hening bersamaan dengan kepalanya yang sakit.

Pria bertubuh besar seraya menggunakan topi itu, mengendong tubuh Vano yang tidak berdaya.

Motor kesayangan Vano beserta helmnya dibiarkan begitu saja. Sungguh manusia kejam!

Lelaki itu berjalan seraya bersiul. Jalan yang sepi dan gelap sehingga tidak ada seorang pun yang lewat disini. Seperti sarang psikopat, sangat mengerikan!

__________

Colek!

"Ah, seger mandi."

Beranjak memakai piyama, hal pertama yang Meira lakukan adalah mengambil buku untuk ia baca.

"Sungguh anak yang rajin!"

Menghela nafas. "Kangen juga sama bundahara dan papa si harta karun" gumamnya lirik.

Meira tersenyum manis, entah kenapa bayangan itu selalu berputar diotaknya. Ingin menepis segala rasa kacau dihati, namun hasilnya tetap sama. Apakah ini yang dinamakan cinta?

Daripada pusing perkara itu, Meira lebih baik membaca bukunya, lebih tepatnya buku pelajarannya. Selain ia anak baik hati,Meira juga anak yang cerdas dan tidak pernah lupa belajar.

Meira teringat dengan para sahabatnya. Berpacaran dengan Vano membuatnya tidak ada waktu bersama mereka, merindukan mereka itu juga ia rasakan saat ini.

Menghela napas panjang.

Kring kring kring

Gadis yang mengenakan piyama berwarna hijau itu, bergerak cepat mengambil benda pipih di atas mejanya.

"Vano?"

"Halo? Ada apa kak?"

"............"

Seseorang yang menjawab bukanlah Vano, melainkan suara wanita yang terdengar.

Meira tersenyum kecut, kemudian kakinya lemas rasanya ingin pingsan. Seraya berteriak menahan tangis, ia turun untuk menemui sang pembantu.

"Bik, tolong jaga Rumah!"

Meira pergi meninggalkan Rumah, dengan keadaan yang sulit diartikan. Air mata yang sedari tadi ia tahan kini sudah keluar tanpa permisi.

"Pak, bisa cepet gak sih?!"

Sang supir yang tadinya sangat santai, terkejut dengan nada bicara Meira.

"Ba-aik non!"

Meira sudah tersedu-sedu. Otaknya sudah tidak bisa perpikir jernih, terbayang-bayang ucapan sang penelpon tadi.

"Lo kenapa si, Van?"


___________

Pukul 20.45 WIB, Meira sudah sampai di depan Rumah Sakit MEDIKA AR. Segera bergegas keluar dari Mobil dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan.

"Misi kak, ruangan 22 di mana ya? Atas nama Vano re"

"Ada dilantai dua kak"

Meira mengangguk lalu berlari tanpa mengatakan terima kasih. Bagaimana rasanya jika pacar mu tiba-tiba masuk Rumah Sakit?

Bagi Meira, rasanya seperti kita tidak makan apa pun satu hari, ya badan bergetar dan lemas. Begitulah kondisi Meira sekarang.

"Ish lama banget si ni lift"

Akhirnya Meira sampai, berlari mencari nomor duapuluh dua.

Cklek!

Pintu terbuka, pertama yang Meira lihat adalah Vano yang sudah tidak sadarkan diri.

"Vaa-no?!"

Meira menghela nafas kasar. Entahlah dia yang bodoh atau apa, kali ini Meira sudah tidak kuat lagi. Kakinya lemas akhirnya ia terjatuh ke lantai.

"Lo, baik-baik aja? Udah tenang,pasti dia bakal bangun kok."

Meira menoleh, kemudian bangkit seraya tersenyum kecut.

"Ini...ke-na-pa?" Tanya Meira terbata-bata.

Mendengus kasar. "Gue belum tahu pasti, gue balik. Lo jagain Vano."

Gadis cantik itu pergi meninggalkan mereka berdua. Ada rasa bersalah di hati Meira, entah kenapa rasanya ini muncul.

Meira duduk disamping ranjang Vano. Menatap lekat cowok tampan yang masih menutup matanya itu seraya mengengam lembut tangannya.





"Aa-pa karena g-ue?"







#YEYY

SAYAA BALIK WALAUPUN GA ADA YAG NUNGGUIN 😭

JANGAN LUPA LIKE 🙏

LOVE YOU GAIS💋

JAGAA KESEHATAN YAA♥️

PASTIKAN KALIAN TETEP HANGAT, JANGAN SAMPE DINGIN.

BAHAYAA KAYA VANO NANTI!!

Meira Azzahra (On Going)Kde žijí příběhy. Začni objevovat