LP | 15

142K 20.1K 2.1K
                                    

Sorry for typo, guys!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorry for typo, guys!




*****




"Assalamualaikum." Gibran dan Raya mengucap salam saat mereka tiba di rumah.

"Wa'alaikumussalam." jawab Rumi dari dalam.

Raya langsung melangkah menuju dapur karena tadi ia mendengar suara Rumi dari arah sana dengan Gibran yang mengekor di belakangnya.

"Ibu." sebut Raya pada Rumi yang sedang menggoreng tahu.

"Kok malem banget pulangnya?" tanya wanita itu sambil membalas uluran tangan Raya dan bergantian dengan Gibran.

"Baru juga jam setengah 8." balas Raya sambil mengambil minum untuknya juga untuk Gibran kemudian duduk di kursi.

"Setengah 8 itu udah malem tau."

"Ini tuh termasuknya pulang awal, karena biasanya Raya jaga malem, pulangnya besokkan sorenya. Terus kalo nggak jaga malem ya pulangnya pasti jam 9 setengah 10 an." balas Gibran sambil menerima minum dari Raya.

"Jangan terlalu diforsir tenaganya, jangan terlalu cape, Raya, biar bisa cepet hamilnya." ceplos Rumi tanpa beban.

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Raya langsung tersedak air yang tengah ia minum sampai tenggorokannya sakit, bahkan matanya sampai berair. Dan Gibran yang juga sedang minum untungnya bisa mengontrol diri agar tidak tersedak seperti Raya ketika mendengar perkataan Rumi barusan.

"Aduuuh, minumnya ati-ati, Raya. Jadi keselek gini, kan." tutur Rumi sambil menepuk-nepuk punggung menantunya itu.

"Bu, punya saringan nggak di rumah?" tanya Gibran.

"Ya punya lah." balas Rumi.

"Nah itu. Gunain buat nyaring omongan Ibu biar nggak asal ceplos." ujar Gibran.

"Apaan sih kamu." cibir Rumi.

Raya dan Gibran saling lirik sebentar, hanya sekilas, tidak ada satu detik malah. Keduanya sama-sama membuang muka dengan ritme jantung yang bergerak cepat.

Aduuuh. Gimana mau hamil? Orang berjimak saja belum pernah. Raya saja jarang memperlihatkan auratnya di depan Gibran. Hanya lepas hijab saja, itu pun jarang.

Dan Gibran? Laki-laki itu terkesan cuek dengan penampilannya di hadapan Raya. Pakai celana pendek lah, pakai kaos ketekan lah, bahkan shirtless yang memperlihatkan otot-otot perutnya pun laki-laki itu tidak merasa malu atau apa.

Hanya saja, Raya yang selalu mengalihkan tatapannya ketika melihat Gibran berpenampilan seperti itu, atau biasanya ia memilih pergi dari hadapan Gibran daripada jantungnya tidak sehat.

Jika kalian bertanya, apa Gibran tidak pernah meminta haknya pada Raya, maka jawabannya adalah tidak. Karena laki-laki itu tau, Raya masih mencoba untuk menerima status mereka, dan Gibran juga yakin, Raya belum memiliki rasa cinta untuknya. Jadi ia akan menunggu sampai kapanpun itu ketika Raya siap, dia tidak ingin memaksa.

Loreng & Putih [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang