30

5.9K 492 16
                                    

Teman-teman sebelumnya maaf kalau masih ada kesalahan penulisan atau typo dikarenakan aku tidak sempat membaca ulang dan mengedit seluruh part ini. Kalau kalian liat ada kesalahan dan ngerasa gak nyaman bisa kasih tau aku di comment yaa supaya bisa aku perbaiki, terimakasih.

Hope You Enjoy It!

~~~

Pukul 4 dini hari Naresh sudah berkutat dengan alat-alat gambarnya. Pria itu sedang menyelesaikan gambar pesanan orang, sengaja ia kerjakan pagi buta karena jam 7 nanti ibunya akan datang menjemputnya. Wanita itu meminta sang anak membantunya memasak banyak makanan untuk kegiatan arisan di di rumahnya.

Beberapa bulan yang lalu, Naresh memang akhirnya memutuskan untuk melakukan open commission melalui instagram akun seninya atas saran dari Jeno dan tentu kemauan dirinya sendiri juga. Awalnya ia hanya menerima 5 pesanan gambar dan lukisan sebagai percobaan, namun ternyata para pelanggannya memberi respon positif pada hasil yang Naresh berikan. Dari sana Naresh mulai menerima setiap tawaran yang diberikan padanya, tidak seberapa banyak memang, tapi uang yang dihasilkan lumayan bisa ia gunakan untuk keperluannya sendiri. Sedang uang yang Jeno berikan setiap bulan, Naresh simpan separuhnya andai suatu saat ia membutuhkan dana tak terduga pria itu jadi sudah memiliki tabungan.

Saat ini Naresh tengah berkutat di dapur rumah ibunya, menumis bawa bombay, cabe hijau dan merah, hendak membuat ayam teriyaki. Agak aneh, tema masakan hari ini adalah semua makanan kesukaannya. Ibunya mengajaknya untuk membuat banyak menu hari ini, dan semuanya adalah kesukaan pria itu.

"Ibu aja yang numis," Yesa menghampiri anaknya yang sedang memasak. "Resha masukin puding ke tempatnya gih, udah adem itu kayanya."

Naresh menurut, ia berjalan ke arah meja dapur. Disana sudah ada satu panci berisi puding yang masih cair dan harus ia pindahkan ke wadah kecilnya satu persatu. Ditengah kegiatan mengurus puding, ponselnya berdering. Pria itu meraih ponselnya yang berada tidak jauh dari pandangannya, melihat nama si pemanggil yang ternyata kekasihnya sendiri.

"Haloo." Sapa Naresh sambil tersenyum lebar, ponselnya ia letakan di atas meja, menyoroti wajahnya. Mereka sedang melakukan panggilan video. Di sebrang sana terlihat Jeno sedang menggedong Nara dengan keadaan menangis, seperti yang sudah diduga anak itu memang tidak bisa jauh dari bunanya.

"Yang, ajak ngobrol dulu ya sebentar. Nangis nih nyariin kamu kayanya dia."

Naresh tertawa melihat Jeno yang sepertinya sudah kewalahan menangani anaknya.

"Hey, mau kemana itu anak buna. Kok cantik amat sih.." Terlihat Nara menggerakkan kepalanya, mencari-cari suara yang ia rindukan. Jeno mengarahkan laya ponselnya pada wajah Nara agar anak itu bisa melihat Naresh.

Nara masih menangis, tidak mengerti kenapa bunanya menjadi sangat kecil dan tidak bisa ia jangkau.

"Sayang, buna lagi di rumah nenek, Nara sama ayah dulu ya." Ucap Naresh. Pria itu sambil melanjutkan pekerjaannya yang sempat terhenti, memasukan puding ke dalam wadah. Naresh lanjut mengajak Nara bicara asal, mendistrakasi si bayi dari tangisnya. Meski tidak mengerti ucapan sang ibu, tapi sepertinya Naresh berhasil membuat Nara lupa dengan rasa sedihnya. Bayi itu kini sudah tenang memperhatikan orang tuanya yang sedang mengobrol.

"Udah dikasih susu kak?" Tanya Naresh yang di jawab anggukan oleh Jeno.

"Udah kok, tadi pagi masih anteng aku ajak main. Mungkin karena udah siang dia udah kangen sama kamu."

"Mami kemana kak?"

"Mami keluar, ada urusan."

Naresh mengangguk paham, "Terus kamu mau kemana?" Tanya nya penasaran melihat penampilan anak dan kekasihnya. Jeno menggunakan hoodie hitamnya dengan Nara yang memakai baju overall berwarna kuning.

Ain't Larch [NOMIN] ✔Where stories live. Discover now