10

6.3K 656 34
                                    

Teman-teman sebelumnya maaf ya kalau masih ada kesalahan penulisan atau typo, tapi kalau kalian ngeliat kesalahan dan ngerasa gak nyaman bisa kasih tau aku di comment yaa supaya bisa aku perbaiki, terimakasih.

Hope You Enjoy It!

~~~

Sudah empat hari setelah kejadian Naresh mengetahui dirinya hamil, anak itu tetap menjalani harinya seperti biasa, pergi ke sekolah, mengikuti les tambahan, juga kursus piano. Anak itu juga belum memutuskan kekasihnya, ia terpaksa berbohong ketika ibunya menanyakan perihal hubungannya dengan Jeno. Selama empat hari ini Naresh melarang Jeno untuk datang ke rumahnya, melarang pria itu menjemput dan mengantarnya pulang ke rumah dengan alasan ibunya mulai sekarang ingin mengantar dan menjemput Naresh. Mereka hanya sempat bertemu di sela-sela waktu pulang sekolah Naresh sebelum lelaki itu melanjutkan kegiatan selanjutnya.

"Hari ini ibu jemput lagi sayang?" 

Jeno mengaduk mie ayam di depannya, kemudian menukar mangkoknya dengan mangkok milik Naresh yang belum diaduk.

"Iya kak." 

Jeno mengangguk menanggapi.

Sepasang anak adam ini sedang makan siang di warung mie ayam kesukaan mereka dekat kampus Jeno sebelum Naresh harus les piano.

"is there something bothering you?" Jeno mengamati wajah kekasihnya, pria itu sadar beberapa hari ini kekasihnya terlihat sedang memikirkan sesuatu, entah benar atau salah tapi wajah Naresh tidak secerah biasanya. Ia sudah bertanya apakah pacarnya itu baik-baik saja atau tidak, dan jawabannya selalu tidak ada apa-apa. Sejujurnya Jeno merasa kurang puas dengan jawaban lelaki muda itu yang berbanding terbalik dengan sikapnya tapi ia juga tidak ingin memaksa Naresh mengatakan hal yang mungkin memang belum mau atau tidak bisa ia beritahu pada Jeno.

"Hm?" Naresh menaikkan kepalanya, menatap orang di depannya.

"Lagi ada yang ganggu pikiran kamu ya?"

Jari kaki Naresh menekuk di dalam sepatu, hal itu secara refleks setiap saat pria itu merasa gugup.

"Gak ada kok, cuma musingin sekolah aja." Naresh memberikan senyum kecil, menyembunyikan fakta bahwa belakangan ini banyak hal mengusik kepalanya, berusaha meyakinkan kekasihnya kalau ia baik-baik saja.

"Kamu bisa tanya atau minta tolong aku kalo ada sesuatu yang kamu gak ngerti."

Jeno menggenggam tangan Naresh, jempolnya bergerak mengusap punggung tangan itu memberi hangat dan tenang.

Ditengah ketenangan Naresh justru semakin merasa sedih, bagaimana bisa ia memutuskan hubungan dengan orang sebaik Jeno.

"Iyaa, kalo ada sesuatu yang mau aku tanya atau bilang aku pasti kasih tau kakak."

"Okay, then. I'm just worried about you"

Naresh melebarkan senyumnya, ia membalas usapan pada tangan Jeno, jadi kini mereka saling mengusap tangan satu sama lain.

"Thank you for worrying me."

Jeno mendorong mangkok Naresh agar lebih dekat dengan cowok itu.

"Dah makan ayo." Ia mengusap kepala kekasihnya.

Suasana hati Naresh selama makan malah bertambah buruk, semakin besar dilema yang ia rasakah antara haruskah ia mendengarkan ibunya untuk memutuskan Jeno atau mempertahankan hubungannya dengan pria itu. Naresh tidak tau apa dampak yang akan terjadi jika ia melakukan salah satu dari hal tersebut. Pria itu bahkan masih belum memikirkan nasib calon anak dalam perutnya juga masa depannya.

Ain't Larch [NOMIN] ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن