19

5.7K 651 38
                                    

Kalau ada kesalahan dalam penulisan atau typo dan ngerasa gak nyaman bisa kasih tau aku di comment yaa supaya bisa aku perbaiki, terimakasih.

Hope You Enjoy It!

~~~

Malam tadi buat pertama kalinya Jeno dan Naresh tidur dalam satu kamar yang sama. Sebelumnya mereka tidur terpisah dengan Naresh yang menempati kamar milik Jeno, sementara Jeno menempati kamar sang kakak yang sedang tidak berpenghuni.

Namun kemarin Joshua, kakak dari Jeno itu pulang ke Indonesia. Sebetulnya saat ini bukan waktunya pria itu untuk pulang, tapi karena kabar mengejutkan mengenai Jeno dan Naresh yang orang tuanya kebarkan bulan lalu, Joshua menyempatkan diri mengambil jatah cutinya untuk pulang ke rumah.

Entah  apa yang dibicarakan kakak beradik itu semalam. Begitu sampai di rumah dan melepas rindu dengan sang mami, pria itu langsung mengajak Jeno ke halaman belakang. Naresh sudah berpikir kalau kakak kekasihnya itu akan tidak suka dengan kehadirannya di rumah mereka, tapi nyatanya Pria yang lebih tua 7 tahun itu tidak sama sekali menunjukan gelagat tidak suka. Joshua masih bersikap sama baiknya seperti saat mereka pertama kali bertemu tahun lalu.

"Mnhh."

Naresh menggeliat kecil dalam tidurnya. Matanya terbuka perlahan, kesadarannya sedikit demi sedikit terkumpul. Hal pertama yang ia lihat begitu matanya terbuka sempurna ialah lengan kekar kekasihnya yang memeluk  badannya dari belakang. Pria itu tersenyum menyadari jari mereka masih saling bertaut sejak semalam.

Merasa sudah waktunya bangun, dengan terpaksa Naresh melepaskan tautan jarinya. Naresh bangun dari posisi tiduran lalu membenarkan posisi lengan kanan Jeno yang terulur menjadi tumpuan kepalanya semalaman penuh.

"Pasti pegel tangannya." Naresh berucap pelan.

Naresh beranjak dari kasur buat mandi, setelah melihat jam di ponselnya sudah menunjukan pukul 5 pagi. Dua minggu ini memang Naresh harus bangun lebih pagi karena Jeno yang sudah mulai magang, dia perlu nyiapin bekal buat kekasihnya itu. Dari dua tempat yang Jeno ajukan, tempat kerabat papinya lah yang menerima lamaran magang miliknya. Meski begitu Jeno murni di terima disana karena nilai dan kompetensinya.

Naresh mengusap pelan pipi Jeno yang masih lelap, "Kak, udah setengah 6."

Pria itu sudah rapih dengan celana seragamnya dan kaos putih polos sebagai dalaman seragam. Seragamnya sengaja ia pakai nanti setelah selesai bantu mami menyiapkan sarapan sekalian bikin bekal buat Jeno dan dirinya sendiri. Meski di rumah itu ada ART, namun Ivani hanya memperbolehkan asisten rumah tangganya untuk membereskan rumah, jadi biasanya sang ART datang sedikit siang.

Kembali ke Jeno yang masih memejamkan matanya di kasur, Naresh mengusap lengan pria itu.

"Kak Jeno, bangun yuk."

Jeno yang ngerasain sentuhan di badannya mengerjapkan matanya.

"Kok udah rapih aja kamu?" Jeno bertanya dengan suara serak khas bangun tidurnya.

"Aku kan mau bantuin mami."

Tanpa aba-aba, Jeno menarik tengan Naresh sampai badan itu jatuh di atas badannya. Tangannya dengan cepat memeluk tubuh Naresh.

"Padahal aku udah bayangin pas bangun tidur bisa liat muka bantal kamu sambil pelukan."

Muka Naresh memerah dengar ucapan Jeno. Tidak ingin menolak perlakuan Jeno, Naresh ngasih usapan lembut di bahu milik Jeno.

"Yaudah sekarang bangun dulu udah jam segini, nanti kamu terlambat kerjanya."

Jeno melepaskan pelukan mereka. Mengecup bibir pria di depannya yang masih merunduk.

Ain't Larch [NOMIN] ✔Where stories live. Discover now