14

6.2K 696 28
                                    

Teman-teman sebelumnya maaf kalau masih ada kesalahan penulisan atau typo, tapi kalau kalian ngeliat kesalahan dan ngerasa gak nyaman bisa kasih tau aku di comment yaa supaya bisa aku perbaiki, terimakasih.

Hope You Enjoy It!

~~~

Lelaki di balik selimut bergambar club sepak bola chelsea itu meraba sekitarnya, sambil matanya masih terpejam erat. Tangannya meraih ponselnya yang berisik sejak tadi, mematikan alarm yang terus berbunyi.

Matanya melebar seketika melihat jam di wallpaper handphonenya sudah menunjukan pukul 9. Pandangannya terasa berputar karena ia bangun secara tiba-tiba. Naresh memandangi sekelilingnya, ada sedikit perasaan asing menyadari ia bangun di tempat yang bukan kamarnya.

Pria itu segera beranjak dari kasur, merapihkan tempat tidur yang ia tumpangi semalam. Matanya tidak sengaja menangkap sepasang pakaian, beserta handuk bersih dan peralatan mandi baru yang diletakan di atas nakas sebelah kasur, tidak lupa selembar catatan yang diletakan di atas baju. 

Naresh membaca catatan tersebut yang ternyata ditulis oleh Jeno, memberitahu jika lelaki itu sudah menyiapkan pakaian dan peralatan mandi bersih untuknya, dan memperbolehkannya mencari pakaian lain di lemari jika yang sebelumnya kurang nyaman. Lelaki itu juga menuliskan bahwa ia ada kuliah pagi ini dan akan pulang pukul 12 siang nanti. Setelah selesai membaca, Naresh memutuskan untuk langsung mandi dan segera turun karena merasa tidak enak dengan orang tua Jeno yang pasti sudah menunggunya sejak pagi.

Semalam saat Naresh tiba di rumah Jeno, Mami dan Papi kekasihnya itu terlihat kaget melihat ia yang tiba-tiba saja datang ke rumah mereka. Pertama melihat kedatangan Naresh, mami Jeno terlihat seperti ingin bertanya, namun sepertinya ia mengerti situasi hingga berakhir menyuruh Naresh untuk langsung masuk ke kamar milik Jeno, sementara Jeno sendiri memilih untuk tidur di kamar kakaknya yang kosong. 

Naresh pikir awalnya orang tua kekasihnya itu akan mengusirnya, menganggap Naresh tidak tau diri karena berani menginjakan kakinya di rumah ini lagi, menginap pula. Padahal sebelumnya ia telah mencampakan anak mereka. Namun ternyata sepasang suami istri itu justru mempersilahkannya untuk langsung beristirahat. Ibu kekasihnya itu bahkan mau repot-repot membuatkannya teh hangat.

"Udah bangun, Naresh?" 

Naresh menghampiri mami Jeno, ibu kekasihnya itu sedang memberi makan Mogi, kecing peliharaan sang anak.

"Iya mi, maaf ya Naresh kesiangan bangunnya." Ia menggaruk alisnya yang tak gatal.

"Eh gapapa." Wanita itu berdiri mendekati Naresh, mengusap punggung yang terbalut kaos hitam kebesaran itu. "Makan ya? Mami hari ini masak ayam lada hitam, ayam buatan mami enak loh Naresh harus cobain."

Ivani menuntun Naresh ke meja makan.

"Eh gapapa mi, Naresh makan nanti aja, belum laper kok." Naresh tau tidak sopan menolak tawaran tuan rumah, namun ia merasa lebih tidak sopan jika langsung makan setelah bangun kesiangan di rumah orang.

"Cium dulu wangi masakan mami nanti jadi laper deh. Mami ambilin ya? harus makan yang banyak supaya pipinya balik lagi, liat nih pipi gembil kamu tirusan pasti kebanyakan belajar deh." Wanita itu mencubit pipi Naresh pelan, kemudian menyendokan ayam beserta nasi pada piring di depan Naresh.

"Mami gak makan? Naresh gak enak makan sendiri." Ujar Naresh.

"Mami udah sarapan tadi, mami temenin kamu makan aja ya." Naresh mengangguk.

Wanita itu mengambil posisi di sebelah Naresh. 

"Dah makan, sambil ngobrol sama mami." Ivani memperhatikan pemuda di sebelahnya. Ada khawatir dalam hatinya melihat anak itu yang secara mengejutkan datang ke rumahnya, dengan wajah merah dan mata sembab, serta pipinya yang tidak se-berisi sebelumnya. Ivani sudah menganggap Naresh seperti anaknya sendiri, tidak hanya karena pria itu merupakan kekasih anak bungsunya, tapi memang karena pribadi Naresh yang baik di menurutnya.

Ain't Larch [NOMIN] ✔Where stories live. Discover now