29

6.1K 541 13
                                    

Teman-teman sebelumnya maaf kalau masih ada kesalahan penulisan atau typo dikarenakan aku tidak sempat membaca ulang dan mengedit seluruh part ini. Kalau kalian liat ada kesalahan dan ngerasa gak nyaman bisa kasih tau aku di comment yaa supaya bisa aku perbaiki, terimakasih.

Hope You Enjoy It!

~~~

Waktu istirahat sudah berjalan lebih dari setengahnya. Meja dalam ruangan mayoritas kosong karena ditinggal pemiliknya untuk makan siang, hanya segelintir orang yang tetap berada di tempatnya. Termasuk pria kelahiran April yang saat ini sedang sibuk pada laptopnya. Pekerjaan pria itu hari ini sudah selesai tepat sebelum waktu istirahat, saat ini pria itu sedang mengerjakan skripsinya yang ia kejar agar bisa melakukan sidang akhir dua bulan dari sekarang.

Terlalu fokus, pria itu tidak sadar ada sosok lain yang berdiri tepat di belakangnya. Jeno terkejut begitu bahunya di tepuk dari belakang.

"Eh Mas Yuda? Kenapa mas?" Begitu menoleh, Jeno tau kalau rupanya orang di belakangnya adalah atasannya. Pria itu tadi tidak sengaja lewat di depan ruangan bekerja Jeno dan melihat pria itu masih berada di sana.

"Gak istirahat, Lan?" Tanya pria yang lebih tua.

Jeno menggeleng sambil tersenyum ramah, "Lagi ngerjain skripsi mas, mumpung ada selipan waktu." Lelaki di depannya itu menggangguk.

"Mumpung ketemu ada yang mau gua omongin juga sekalian." Dalam divisinya yang baru, mereka memang lebih sering menggunakan bahasa santai dan tidak formal pada sesama anggota. Tidak seperti divisi sebelumnya saat pria itu masih magang.

Jeno memutar penuh kursinya menghadap belakang, kemudian berdiri untuk menghargai yang mengajak bicara. "Kenapa mas?"

"Draft lu yang kemarin," Yuda, atasan Jeno itu menepuk bahu pria itu pelan, "Biasa lah ada revisi, arsiteknya kurang sreg katanya."

Sebagai seorang asisten drafter, revisi bukan hal yang besar bagi Jeno. Hal itu sudah jadi makanan sehari-harinya. Pekerjaan pria itu memang membantu sang drafter membuat detail dari rancangan seorang arsitek, tidak sedikit arsitek yang membuat gambar sedikit 'unik' yang membuat para drafter harus memutar otak mereka untuk membuat perhitungan yang tepat agar bangunan bisa berhasil baik dari segi bentuk dan keamanan, jika begitu, Jeno juga akan ikut pusing.

Jeno yang lagi-lagi harus merevisi pekerjaannya hanya mengangguk sambil tertawa kecil. Pria itu mengacungkan jari jempolnya, "Oke mas, kapan ketemu arsiteknya?" Sebelum melakukan revisi, mereka memang harus berdiskusi lagi dengan arsiteknya untuk mengatahui hal apa saja yang perlu mereka perbaiki.

"Belum gua omongin lagi, nanti gua konfirmasi dulu." Jeno langsung mengiyakan.

"Ada lagi mas?" Tanya Jeno. Setelah selesai bicara, Yuda belum juga beranjak dari tempatnya. Jeno yang peka mengerti sepertinya ada hal lain yang ingin pria itu sampaikan.

"Ini, masalah draft yang lu kasih tadi."

Jeno kali ini lebih memperhatikan atasannya itu. Firasat pria itu sedikit tidak enak, tidak mungkin draftnya tidak disetujui lagi oleh arsitek, karena draft itu bahkan baru ia berikan beberapa belum sampai satu jam yang lalu.

"Dari awal liat gua udah notice kalo gambar lu agak beda. Dari gambarnya lu keliatan buru-buru ya, jadi hasilnya kurang bagus menurut gua." Suaranya berubah menjadi lebih serius.

Jeno menyimak. Sebagai asisten drafter dari atasannya itu, Jeno memang dipercaya dan dilepas untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri. Ia bertugas untuk membuat draft dari desain yang sederhana, kemudian barulah sang atasan yang menilai apakah sudah layak draft tersebut diberikan pada arsiteknya. Jeno jadi merasa bersalah karena sudah diberi kepercayaan tapi tidak mampu dirinya kerjakan dengan baik.

Ain't Larch [NOMIN] ✔Where stories live. Discover now