19. Menikah Lagi?

19K 1.5K 135
                                    

19. Menikah Lagi?

           SAAT membuka mata yang Gesya lakukan adalah memukul-mukul bantal dengan kuat. “ARGH!” Dia menjerit tertahan dengan bantal yang meredam suaranya.

Gesya merasa kesal. Air matanya jatuh. Semua keinginan yang sudah ia impikan kini hancur berantakan. Kaivan menghancurkannya.

“Dasar berengsek!” umpat Gesya menghempaskan tangan Kaivan dengan kasar. Tidak sampai tiga detik, Kaivan yang tengah terlelap itu kembali membawa tangannya di dada Gesya. “Sedang tidur saja kau masih melecehkanku. Bajingan! Singkirkan tanganmu, Kaivan!” jeritnya tidak terima.

Kaivan tertawa serak. “Malas. Memang kenapa juga aku harus melakukan itu hm? Ini milikku, kau harus tau itu.” Kaivan membuat  Gesya mendesah setelah itu membuat perempuan itu makin marah.

“Singkirkan tanganmu sekarang juga atau aku akan—KAIVAN!”

“Atau apa?” Kaivan merangkak di atas Gesya. Jantung Gesya bertalu-talu. Oksigen disekitar langsung menipis. Dadanya menyempit. Ludah terasa sulit untuk ditelan. Kaivan terlihat seperti kembali mau memakannya. Suara Gesya mendadak habis.

“Turun! Kau berat!” ucapnya setelah berhasil mengumpulkan keberanian.

“Kau mau di atas?” tanya Kaivan menanggapi perintah Gesya. Dia menaikkan sebelah alisnya. Tubuhnya di topang dengan satu tangan sementara kakinya mengurung tubuh Gesya agar tidak bisa kemana-mana.

“Kaivan. Kau sudah menghajarku habis-habisan malam tadi, kau masih mau melakukan lagi?”

Kaivan mengangguk. Geysa merasa kepalanya berasap. Dosa apa dirinya sampai punya suami egois seperti ini. Kaivan tidak punya hati! Gesya sampai menitikkan air mata karena Kaivan benar-benar meminta jatah lagi. Tangan laki-laki itu bergerak kurang ajar mengelus pahanya.

“Aku lelah. Kau tidak bisa melihatnya? Aku tidak mau. Malam tadi sudah cukup.”

“Jangan menentangku. Kau pikir aku akan melakukan ini karena egoisanku?” Kaivan tertawaan sinis. “Jika kau tidak berteriak dan menangis karena menyesal menikah denganku, aku pasti akan memikirkanmu. Ini hukuman, kau harus mendapat hukuman. Setiap kali kau menangis karena membenci takdir ini, aku aku memberikan kenikmatan yang membuatmu melupakannya.” Kaivan menyerang leher Gesya.

“Kau egois! Aku butuh waktu untuk menerima itu semua!” Gesya mendorong Kaivan.

“Diam dan nikmati atau aku akan merantai tanganmu itu. Pikirianmu perlu diisi dengan ingatan kegiatan kita di ranjang, bukan Bian ke Bian saja. Kau harus menerima takdirmu. Kau istriku dan calon ibu dari anakku.” Kaivan mengacak rambutnya kasar. Memikirkan Gesya terus mengingat Bian membuat Kaivan merasa kesal.

“Aku tidak memikirkannya.”

“BOHONG!” bentak Kaivan membuat Gesya tersentak.

“Kenapa kau sangat marah? Di sini seharusnya aku yang marah padamu. Sudah aku bilang, aku bukan istrimu. Kau bahkan bisa melihat semalam, jika aku masih perawan—”

“KAU ISTRIKU, BODOH! KITA SUDAH MENIKAH!”

“Ya, aku memang bodoh! Aku sangat bodoh, bodoh, bodoh! Aku memang bodoh. AKU BODOH!” jerit Gesya memukul dadanya sendiri. Dia mengangkat tangan dan menutup matanya dengan lengan.

“Kau menangis?” tanya Kaivan melembut. Ia mendengar isak tangis tertahan dari Gesya. “Aku hanya kesal, maaf. Ak—”

“Diam, lakukan saja apa yang kau mau. Si bodoh ini akan diam saja.” Geysa memalingkan wajahnya. Isak tangisnya makin kencang. Dalam hati Gesya mengutuk Kaivan. Ia benar-benar benci Kaivan. Hatinya terluka karena dibentak seperti itu oleh laki-laki yang bahkan belum ada satu Minggu menjadi suaminya.

He is CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang