05. Pelukan

32.8K 2.4K 131
                                    

05. Pelukan

               Gesya mengeratkan handuk yang melilit tubuhnya. Sudah lelah menangis di pelukan Kaivan, akhirnya ia menyegarkan tubuhnya di bawah guyuran shower.

Gesya menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Semuanya benar-benar gila. Gesya menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang.

“Tidak mungkin,” gumamnya. Tidak mungkin ia sudah pernah menikah. Otaknya menolak keras memikirkan itu. Terlebih dengan cara menjijikkan seperti itu.

Memfitnah?! Sungguh, ia sangat yakin jika tidak pernah melakukan itu. Bagaimana mungkin, ia ini gadis baik-baik.

“Apa aku punya kembaran yang terpisah sejak lahir?” Gesya mulai menduga-duga. Sepertinya iya. Ia punya saudara kembar yang menginginkan harta Kaivan dan pergi meninggalkan Kaivan saat sudah mendapat apa yang diinginkan.

Kembarannya itu tahu tentangnya dan menggunakan identitas dirinya agar saat kabur dari Kaivan, kembarannya itu bisa menipu Kaivan dan berakhir lah seperti ini.

Kaivan salah paham dan menganggapnya sebagai istri.

Gesya menegakkan tubuhnya. Sepertinya memang begitu. “Aku harus mengatakan ini pada, Kaivan.” Tekad Gesya bulat. Semua ini hanya salah paham. Ya, hanya salah paham.

“Kembaranku, habis kau!” gumamnya dengan tatapan sengit.

Ia segera bangkit dan memakai sebuah dress yang sudah disiapkan Kaivan sebelumnya. Sebenarnya malas sekali, tapi bukankah ia harus menyelamatkan diri? Jika tidak menurut mungkin mereka akan menghabiskan waktu di sini.

“Dandan secantik mungkin, harus lebih cantik dari pada saat kau bertemu Bian Sialan. Dia hanya pacarmu, aku suamimu.” Kaivan tiba-tiba datang dan membantu memakaikan dress itu.

“Dasar mesum! Apa yang kau lakukan?!” Gesya membara-bara. Ia mendorong Kaivan menjauh. Bisa-bisanya Kaivan membantunya seperti ini. Kurang ajar sekali!

“Hanya membantu.” Kaivan membalas santai. “Kau selalu cantik memakai pakaian pilihanku,” gumamnya menatap Gesya yang terlihat cantik dengan dress berwarna hitam satu pundak itu. Ia melangkah maju dan langsung mengecupnya dahi Geysa tanpa permisi.

“Kaivan!” Gesya memejamkan mata mengontrol emosi. “Ini bahkan sangat menjijikkan,” katanya tak setuju.

Ia memutar tubuh menghadap cermin. Dress itu terlihat pas di tubuhnya. “Ini terlalu seksi. Kenapa hanya setengah paha huh? Kau benar-benar mesum.”

Selama ini pakaiannya tidak terlalu terbuka. Bian adalah orang bisa disebut nafsuan, ia tidak mau laki-laki itu lepas kendali. Namun, malam ini ....

“Mesum kepada istri bukanlah masalah. Pakai saja. Ini tidak menjijikkan, dan kau hanya boleh memakan ini saat bersamaku saja.” Kaivan membalas dengan raut datar. Ia mengambil hair dryer kemudian membantu mengeringkan rambut Gesya.

“Harus berapa kali aku mengatakan padamu, aku sungguh bukan istrimu.” Gesya merasa frustrasi. Kepalanya hampir meledak rasanya.

“Sudah cukup, tutup mulutmu jika tidak mau menangis lagi. Kau benar-benar menyebalkan, Gesya.” Kaivan membanting hair dryer dengan kekuatan penuh membuat Gesya tersentak.

Perempuan itu kaget. Kaivan tempramen sekali. “Aku tidak mungkin menyukai laki-laki tempramen seperti—”

“Katakanlah sesuatu yang membuatku senang, jika tidak bisa diam saja. Tutup mulutmu rapat-rapat, atau kupercepat saja rencana memiliki anak," potong Kaivan yang membuat tubuh Gesya menegang.

Menyadari jika berada di area berbahaya—kamar—Gesya menggeleng cepat-cepat. “Aku akan tutup mulut.” Ia membekap mulutnya.

Kaivan tersenyum sinis melihat itu. “Akan lebik baik jika kau mengatakan sesuatu yang membuatku senang.”

He is CrazyWhere stories live. Discover now