16. Mencoba Menikmati

20K 1.5K 226
                                    

16. Mencoba Menikmati

              “Masuk ke dalam selimut!” perintah Kaivan begitu mereka tiba di sebuah kamar.

Gesya tentu saja langsung tidak dapat berpikir positif. Kaivan tadi bilang permintaannya diterima kan? Ia mencoba mengingat keras-keras. Sepertinya iya, ia tidak salah ingat.

“Untuk apa? Aku tidak mau.” Gesya merapatkan handuknya.

“Jangan banyak protes. Aku tidak akan mengingkari janjiku, aku tidak akan menyentuhmu.” Menyentuh yang dimaksud Kaivan adalah menyentuh dalam artian yang sebenarnya. Dia segera mendorong Gesya membuat perempuan itu cemberut.

Dengan terpaksa Gesya masuk ke dalam selimut. Begitu tubuhnya sudah tertutup, Kaivan tiba-tiba menarik ujung handuknya hingga terlepas membuat mata perempuan itu membola.

“Berengsek! Apa yang kau lakukan?!” Kini Gesya merasa omongan Kaivan semua bullshit!

“Kau boleh mencoba kabur tanpa menggunakan apapun dari rumah ini. Jika kau mencoba kabur dengan memakai baju yang tersedia di lemari, aku pasti akan menghukummu.”

Gesya membuka mulutnya tak percaya. Ia tertawa keras. “Kau mau aku kabur dengan keadaan bugil?! What the fuck! Kau gila!” Gesya benar-benar tak percaya dengan Kaivan yang gilanya mencapai stadium akhir. Bisa-bisanya Kaivan ... argh! Sialan!

“Aku tidak menyuruhmu kabur, Sayang. Aku hanya mengizinkanmu, barang kali kau berniat melakukan perjuangan yang sia-sia itu. Tentu saja jika kau sudah tidak punya malu.” Kaivan membungkuk. Ia menjangkau dahi Gesya dengan bibirnya.

“Cih! Dasar licik!” Gesya merotasikan matanya muak. Selimut dirapatkan dengan erat. Tidak mungkin baginya kabur dengan keadaan naked. Kaivan benar-benar hebat dalam membuatnya tak memiliki pilihan lain selain pasrah.

“Bukan licik, tapi pintar.” Kaivan menyampirkan handuk di bahunya. “Ah, ya. Aku tidak mau kau berharap besar. Aku tidak akan memberikanmu mahar dengan harga fantastis walau aku memiliki banyak uang—”

“Dasar pelit!” semprot Gesya sebelum Kaivan selesai berbicara. “Jadi kau memberi apa? Sandal jepit?!” Gesya merasa gerah. Percuma saja punya suami kayak jika pelit. Ah, Bian memang jauh lebih baik. Laki-laki itu tidak pelit padanya.

“Mana mungkin. Kau pikir kau serendah itu di mataku?” Kaivan bersedekap dada. “Aku akan memberimu mahar normal-normal saja, tidak merendahkanmu tentunya.”

“Aku tidak bisa menikah dengan orang yang pelit. Lebih baik kau cari perempuan lain saja. Aku masih mau bersama Bian kok.”

Nama Bian disebut, Kaivan merasa murka. Percikan amarah mulai membara-bara. Gesya terlalu memuja-muja pria yang tak bisa setia itu. Harusnya Gesya tahu, kelakuan Bian yang asal genjot sana-sini. Jika saja dirinya tak keberatan Gesya menggalaukan sosok Bian, Kaivan pasti sudah memberitahu Gesya terang-terangan.

“Aku akan memberikanmu kehidupan mewah, hanya jika kau berada di sisiku. Apa yang kuberikan dalam pernikahan akan sepenuhnya menjadi milikmu. Aku tidak ingin kau menggunakannya untuk pergi meninggalkanku, karena selamanya, seorang Gesyana Cassandra akan menjadi milik seorang Kaivanzo Aldison.”

Deru napas Gesya menderu kesal. “Jangan asal bicara. Jodoh itu di tangan Tuhan. Berdoa saja supaya kau tidak mati agar bisa menikahi diriku yang cetar membahana.” Gesya menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. “Astaga, apa aku harus mengeluh karena telah menjadi cantik. Nasibku buruk sekali,” gumam Gesya meratapi nasibnya.

“Dan apa katanya tadi? Aku menggunakannya untuk pergi meninggalkannya?! Ya benar saja, aku tidak yakin bisa lepas!” Gesya menggerutu kesal.

“Ya, kau betul, Sayang. Kau tidak akan bisa lepas karena aku akan mengikatmu dengan kuat.” Kaivan menyahuti kekesalan Gesya membuat perempuan itu semakin kesal saja.

He is CrazyWhere stories live. Discover now