42. Bioskop.

Mulai dari awal
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pakaiannya simple dan tak aneh sama sekali tetapi orang-orang menatap mereka seakan ingin menerkam ketiganya saat ini juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pakaiannya simple dan tak aneh sama sekali tetapi orang-orang menatap mereka seakan ingin menerkam ketiganya saat ini juga.

Jeano melirik kecil saat melihat Jake merapat ke dirinya. Tangannya jadi merangkul sang adik dan menepuk bahunya kecil, menenangkan.

"Ayo masuk," ajak Jerico saat pintu studio 2 dibuka.

"Tiga orang," kata Jeano dan menyodorkan tiga tiket kearah petugas lalu masuk bersama Jerico dan Jake kedalam studio.

Jeano duduk dipinggir, dengan Jake ditengah dan Jerico disampingnya. Si bungsu meminta agar dia berada ditengah.

Lima menit kemudian, lampu bioskop mati dan film dimulai.

"E MONYED!! Baru mulai anjir!!!" pekik Jerico kaget saat suara dari sound itu mengagetkan dirinya bertepatan dengan sang penari yang terlihat dilayar.

Jake memekik kecil dan mengangkat kedua kakinya keatas kursi karena kaget, sedangkan Jeano hanya kaget kecil dan mengelus dada setelahnya.

Beberapa menit film berjalan dengan diiringi pekikan kaget dari penonton, termasuk Jerico dan Jake. Sedangkan Jeano hanya memekik kecil, berbeda dengan kedua adiknya yang berteriak kaget.

"DASAR GOBLOK NGAPAIN LO KE TAPAK TILAS!! ADUH!! APASIH JEAN!!!" Jerico mendelik kecil saat tangan Jeano terulur guna mencubit pipinya. Jean greget, soalnya mulut Jerico sejak tadi mengeluarkan umpatan.

"AAAA!!! KAGET HUHU!!" Jake sudan memeluk lututnya yang dia angkat diatas kursi.

Film berlanjut, kini adegan yang sedikit ehem. Jeano dan Jerico langsung refleks menutup mata Jake.

"Ih kak gelap!" protes Jake.

"Ssttt! Diem dulu! Kamu belum cukup umur," kata Jerico.

"Apasih umur adek udah 17 ya!" kata Jake tak terima.

"Udah ah diem dulu," saut Jeano.

Jake mengerucutkan bibir kesal. Satu menit kemudian, si kembar menyingkirkan tangan dari mata si bungsu. Ketiganya kembali menonton film dengan tenang, sebelum sound kembali mengagetkan ketiganya.

"BANGSAT KAGET!!" umpat Jerico.

Jeano mendengus kecil dan menepuk kepala adiknya itu. Sedangkan Jake menutup wajahnya, mengintip kecil dari sela-sela jarinya.

•••

"Laper," rengek Jake saat ketiganya baru saja keluar dari studio bioskop.

"Ayo kebawah beli makanan," ajak Jeano dan merangkul kedua adiknya itu.

Ketiganya turun ke lantai dua dan berjalan menuju restoran yang ada di Mall. Memilih duduk ditengah karena hanya tinggal meja itu yang kosong. Dan lagi-lagi, orang-orang memperhatikan ketiganya.

"Mau pesan apa? Harus ada nasinya," kata Jeano memperingati.

"Lalapan deh," balas Jerico.

"Adek juga! Tapi sambalnya disisihin ya," minta Jake.

Jeano mengangguk dan berjalan menuju stan yang menjual lalapan.

"Bu, lalapannya tiga. Yang satu sambalnya dipisah aja," kata Jeano sambil menyodorkan black card ke ibu penjual.

Selagi Jeano memesan, Jerico memainkan kecil rambut Jake yang sedang menempelkan wajah ke meja.

"Jake?"

Jake menoleh, termasuk Jerico yang ikut menoleh kearah sampingnya. Melihat pemuda tampan yang sudah berdiri didepan keduanya.

"Halo, Jake! Apa kabar?" tanyanya sok akrab dan merangkul Jake.

Wajah Jake berubah datar, "apaan sih?!" protesnya dan menepis tangan pemuda tadi dari bahunya. Teman lamanya sebelum pindah ke Asrama.

"Ih Jake kok gitu? Padahal kita kan pernah ke club bareng," kata satu-satunya cewek diantara mereka.

"Kalian yang paksa aku waktu itu!" balas Jake.

"Alah lo aja seneng kan? Mau dateng lagi nggak?" tanya pemuda yang merupakan teman Jake tadi lagi dengan nada menggoda, "nanti banyak cewek loh, nggak mau nyewa? Rugi," lanjutnya yang menyeringai lebar. Akan tetapi langsung terlonjak kaget saat Jerico menendang meja mereka.

"Kalau mau rusak, rusak aja sendiri jangan ngajak orang lain, apalagi adek gue. Sekarang pergi lo semua! Ganggu!" usir Jerico dengan tatapan tajam dan wajah dingin.

Gerombolan tadi merapatkan bibir dan menurut pergi daripada dihajar oleh Jerico.

Jake menghela nafas lelah. Kapan sih dia dapat teman yang bener? Kayaknya cuma anak 404 doang.

"Eh?" Jake mengerjab, langsung membuka handphonenya. Mengecek chat yang masuk di grup kamarnya. Grup baru tanpa Yeza dan Dean, sedangkan di grup satunya adalah anak kamar 404 yang lama.

Kamar 404.
Haru, Mahesa, Rayhan, Riki, Satya, Anda

Jay: SATYA JANGAN LOMPAT DARI JEMBATAN PLEASE
Jay: GUE TAU LO DEPRESI GAEUL KOMA TAPI JANGAN NYUSUL JUGA

Haru: HA?! KAK SATYA KENAPA MAU LOMPAT?!

Riki: LOH KAK SATYA KENAPA?! JANGAN DONG KAK HUHU NANTI RIKI NANGIS ╥﹏╥

Mahesa: Satya? Istighfar kamu

Satya: SIAPA YANG MAU LONCAT DARI JEMBATAN SIH ANJ

Jake tertawa. Ah, dia sudah menemukan temannya yang baik. Bahkan jauh lebih baik meski kelakuannya astagfirullah.

Sedangkan Jerico sejak tadi melirik kecil, ikut tersenyum saat melihat Jake tersenyum.

Dia jadi rindu anak 09.

•••

Next?

Asrama SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang