Chapter 19 - Demam

1.4K 205 13
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Yuda kena demam, tubuhnya mendadak terasa lemas disertai dengan hidung tersumbat. Pemuda tampan tersebut hanya diem di kamar seharian, gak punya nafsu makan atau sekedar tenaga untuk ngisengin Avi.

Awalnya gak ada yang sadar, sampai ketika makan malam tiba, Kenan mulai merasakan sesuatu yang janggal. Lalu begitulah, setelah dicek ke kamar dan mendapati bahwa Yuda tengah sakit, mereka semua sepakat untuk mengisolasi sosok kelahiran Agustus tersebut di kamar kosong lantai dua yang terletak paling pojok.

Gak perlu heran, penghuni di sana emang tega tega. Setelah insiden dijauhin gara gara ngumpetin makanan, kini Yuda justru diasingkan karena dicurigai terkena covid. Terlebih lagi, beberapa hari lalu tuh anak emang pergi ke pasar buat beli bahan makanan.

Yuda udah hampir diisoman di dalam kamarnya sendiri, namun berkat celetukan bangsat dari Yoji, pada akhirnya si tampan dioper ke ruang pojok. Makasi banyak Yoji, Yuda gak akan melupakan kebaikan ini.

Dan begitulah, selain karena alasan 'biar Avi gak ketularan juga gara gara lewat di depan kamar Yuda', tentu mereka ingin membuat Yuda merasakan sensasi diasingkan yang sebenarnya. Udah kayak pelaku tindak kriminal yang merkosa puluhan orang tau gak.

Selama meringkuk seorang diri sambil meratapi nasib yang agak guguk ke dirinya, Changbin nampak menggigil di balik selimut padahal jelas jelas tubuhnya berada dalam suhu yang cukup panas.

Gak ada yang berani ngejenguk, takut ketularan covid kalau kata mereka. Parah sih, bisa mati anak orang gara gara dikunci sendirian pas sakit.

Cklekk!!

Pintu terbuka, sinar langsung masuk ke ruangan yang Yuda tempati lalu nampak siluet seorang pemuda yang tengah berdiri di ambang pintu. Yuda masih belum bisa melihat dengan jelas karena silau, apakah dia seorang malaikat?

"Yud, ini gue bawain bubur."

Suara berat itu, kayaknya Yuda kenal.

"Avi?"

Setelah menelisik selama beberapa detik, ternyata sosok tersebut emang bener Avi. Hanya koala itu satu satunya orang yang masih menaruh simpati pada Yuda. Sedikit banyak Avi juga ngerasa bersalah dengan keadaan Yuda saat ini.

Gimana pun dulu mereka udah melakukan perjanjian pembagian jatah makanan, terus pas keciudk, cuma Yuda doang yang disidang. Dan sekarang apesnya, tuh anak malah demam yang mana hal tersebut merupakan salah satu gejala covid.

"Kenapa mukanya kaget gitu? Udah, cepetan makan, bisa gawat kalau gue keciduk." Avi berucap was was, sesekali pandangan akan mengarah ke belakang hanya untuk memastikan bahwa gak ada yang menyadari tindakan ilegalnya ini.

Yuda sendiri nampak cukup kesusahan untuk bangkit, kepala pusing serta badannya masih lemas.

"Makasi Vi."

Jujur aja Yuda gak pengen makan tapi perutnya perih, kalau dibiarin terus, yang ada nanti malah kena maag. Untung banget masih ada yang inget bawain makanan.

Berjalan mendekat setelah nutup pintu ruangan, Avi lantas beranjak mendekat di kasur yang merupakan satu satunya benda yang menempati kamar tersebut. Yang lebih muda langsung duduk di tepi, menyerahkan sebuah nampan berisi semangkuk bubur, segelas air dan beberapa jenis obat obatan.

Untung banget ada apotek di deket sana. Meski agak malu karena ngegedor rumah yang punya gara gara apoteknya tutup, pada akhirnya si koala berhasil mendapat apa yang ia cari.

Entahlah, Avi juga gak ngerti kenapa dirinya justru sepeduli ini sama Yuda. Namun semenjak kejadian dimana ia hampir ngebakar dapur terus dibantu oleh pemuda tersebut, rasa benci Avi terhadap Yuda udah mulai berkurang.

Yang lebih tua juga udah jarang ngeganggu Avi, dan yang paling penting, udah seminggu lebih si manis gak denger panggilan 'lipetan ketek tapir' dari Yuda. Ya, ternyata sosok berahang tegas tersebut gak terlalu ngeselin kalau diem.

"Bisa makan sendiri kan? Gue gak mau nyuapin."

"Bisa bisa, makasi Vi. Emang cuma lo doang satu satunya orang yang peduli ke gue. "

Dan ini alasan yang paling utama. Semenjak melihat senyum tipis nan teduh yang terpasang di bilah penuh tersebut, Avi jadi gak bisa berhenti untuk memikirkannya.

Padahal barusan Yuda hanya mengucapkan majas hiperbola , namun tanpa alasan yang jelas, pipi Avi justru bersemu samar ketika mendengarnya.

Karma instan sih ini.

Karma instan sih ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

To Be Continue

Tertanda, 14/08/2022

Bee, mules tapi mager berak

Boarding House [Stray Kids]Where stories live. Discover now