Chapter 08 - Patah Hati

1.8K 312 16
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Masuk kamar Raksa sambil cekikikan, Ardan langsung merebahkan diri di atas tempat tidur adiknya sambil menyandarkan kepala pada pinggang yang lebih muda, si rubah lagi tengkurep ngomong ngomong.

"Dek dek, tau gak?"

"Hm?" Raksa menjawab cuek, masih sibuk senyum senyum sambil main ponsel tanpa disadari oleh sang kakak.

"Kakak dapet kartu As buat ngelawan Shaka, hahaha!" pemuda tampan tersebut ketawa seneng, sengaja mindahin kepala untuk bertumpu pada pantat Raksa karena lebih empuk.

Raksa sendiri sih gak terlalu mempermasalahkan, gak peduli juga sih. Pengen ngusir tapi gak enak, yaudah lah biarin aja.

"Oh ya? Bagus deh kak."

Ardan mengangguk anggukkan kepala, mulai menolehkan pandangan ke arah Raksa begitu menyadari jika remaja satu itu gak banyak bicara saat ini.

"Kamu lagi ngapain?" melontarkan tanya, Ardan lantas beralih menindih tubuh yang lebih muda, bener bener dipeluk kayak guling berukuran besar.

Ngerasa risih karena tubuhnya kegencet, pada akhirnya Raksa memutuskan untuk mengalihkan perhatian dari ponsel, balas chatnya nanti aja.

"Kak Ardan ihh, sana geseran, sempit."

Bukannya menurut, sang dominan justru makin mengeratkan dekapan lengkap dengan mata terpejam nyaman serta senyum menyebalkan yang terulas.

"Gak mau, maunya meluk kamu kayak gini seharian."

Oh ayolah, Raksa lagi gak berada dalam mood untuk diganggu.

Masih mencoba menahan diri supaya gak debus, Raksa lantas menghela nafas panjang sebelum akhirnya kembali membalas pesan dari sosok di seberang. Senyum perlahan terulas, tuh anak nampak kembali bahagia hanya karena ajakan bikin pr bersama. Padahal mah Raksa ini hanya akan dicontekin.

"Lagi ngapain sih dek? Seneng banget keliatannya."

Diabaikan cukup lama- sekitar lima detik, Ardan lantas melongokkan kepala guna mencuri curi pandang ke layar ponsel sang adik. Modusnya sih penasaran, padahal itu bibir udah sempet sempetnya nempel di pipi yang lebih muda.

"Lagi chatingan kak."

Gak ingin percakapan romantisnya diketahui oleh Ardan, si rubah pun sedikit memiringkan tubuh sambil menjauhkan benda tersebut dari jangkauan sang kakak. Kata Raksa doang sih yang romantis, padahal aslinya orang yang dia ajak betukar pesan hanya sedang menanyakan jawaban.

"Masa? Sama siapa?" nada suara Ardan sedikit merendah, ngerasa sedikit kesal karena Raksa udah mulai berani menyembunyikan sesuatu darinya.

"Temen."

"Temen sekelas?"

"Iya."

"Cewek atau cowok?"

"Cewek."

Wah, tanda tanda gak beres ini.

Bangkit, Ardan lantas mengulurkan tangan guna merebut ponsel milik Raksa, bodo amat kalau adeknya ngamuk nanti.

Meletakkan benda tersebut di atas nakas, Ardan kemudian beralih membalik tubuh Raksa menghadap atas sebelum akhirnya ia tahan kedua pergelangan si rubah menggunakan satu tangan.

"Kak, kakak ngapain sih?" Raksa bertanya sewot, mandang Ardan kemusuhan meski ekspresi wajah yang lebih tua udah mulai berubah. Ardan nampak serius kali ini.

"Kamu suka sama dia?" alih alih menjawab, Ardan justru melontarkan tanya.

Karena udah terlanjur badmood gara gara digangguin, Raksa pun menyahut dengan nada nyolot.

"Iya, kenapa?"

Mendengar jawaban barusan, si tampan gak langsung memberikan respon, pemuda tampan tersebut masih memandang Raksa lekat sampai adiknya mulai bergerak gak nyaman, mencoba melepaskan diri meski hal tersebut berakhir sia sia.

"Kakak kenapa sih- hmphh!"

Kan, dicipok.

Melotot kaget, Raksa sontak berontak ketika Ardan menciuminya tanpa aba aba. Biasanya Ardan gak sampai sejauh ini, yang kemarin kemarin masih bisa ditoleransi lah ya. Namun untuk sekarang, pemuda dengan mole di bawah mata itu justru memangut bilah si manis lengkap dengan lumatan lumatan lembut yang menyertai.

Ciuman yang berlangsung cukup lama meski dilakukan sepihak, gimanapun di sini Ardan tetap dominannya, bukan hal yang sulit untuk membuat Raksa diam gak berkutik.

"Kamu cuma milik kakak, dek."

Semenit berlalu dan Ardan mulai menjauhkan wajah. Jarak diantara mereka masih terlampau dekat, Ardan berucap dengan nada serta pandangan serius.

Namun sedikit berbeda, kali ini Raksa gak menganggukkan kepala sebagai jawaban. Dia juga bisa ngerasa capek karena terus terusan di-overprotektif-in kayak gini.

"Gak mau, aku gak suka sama Kak Ardan, aku sukanya sama Jio."

Ngejleb sih, tapi Ardan perlu mikir mikir juga sebelum sakit hati. Pasalnya ekspresi yang Raksa pasang nampak begitu lucu.

"Kakak sayang sama kamu dek. Apa kamu lebih milih Jio daripada kakak, hm?" Ardan berusaha bersikap lembut, masih yakin kalau Raksa hanya sedang mengalami fase halusinasi. Gimana ya, soalnya Ardan ini yakin banget kalau si rubah juga suka sama dirinya.

"Gak, aku lebih milih Jio!"

Ngambeknya kayak anak kecil, nyolot tapi mata berkaca kaca. Gemes.

Namun sayangnya untuk pertama kali, hal tersebut justru gak berpengaruh di Ardan. Agak sakit sih, entah kemana hilangnya rasa percaya diri yang ia miliki. Denger sang adik yang menentang sampai segitunya, Ardan seolah dipaksa sadar.

Srett...

Bangkit dari atas tubuh Raksa, yang lebih tua lantas berjalan ke arah pintu. Mau ngesad boy dulu dianya.

"Yaudah deh kalau kamu lebih milih orang lain, kakak pergi."

Raksa bengong natap kebergian Ardan, tumben banget kakaknya nyerah semudah itu. Ah tapi peduli setan, paling Ardan cuma bisa pergi ke parkiran doang, yang ada dia bakal ditangkep satgas kalau nekat kabur dari kos.

 Ah tapi peduli setan, paling Ardan cuma bisa pergi ke parkiran doang, yang ada dia bakal ditangkep satgas kalau nekat kabur dari kos

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

To Be Continue



Tertanda, 07/05/2022

Bee, berjemur

Boarding House [Stray Kids]Where stories live. Discover now