"Sabar sayang. Sebentar lagi kita sampai."

***

Setelah lamanya di perjalanan, Aszlee meminta beberapa perawat untuk segera memberikan pengobatan kepada istrinya itu. Mereka bertiga langsung masuk ke dalam guna untuk mengetahui keadaan Zahira saat ini.

Selang infus sudah terpasang, Aszlee sangat khawatir melihat istrinya saat ini. Di mana Zahira berbaring terkulai lemas.

"Bagaimana keadaan menantu saya dokter?"

"Sepertinya dia kecapean."

"Ada penyakit serius gak?" tanya Astrid.

"Tidak ... Ibu dan bapak tenang aja, dia hanya kecapean aja," ucap dokter tersebut. "Kalau begitu saya permisi dulu ya."

Aszlee mengelus pucuk kepala istrinya. Ia menyesal karena telah memaksakan kehendaknya.

"Aira kerja apa. Kenapa sampai kecapean gini. Wajahnya juga pucat."

"As, yang salah bunda. Harusnya As gak egois."

"Salah gimana?"

"As paksa Aira buat melayani, As. Padahal dia udah bilang lagi capek."

"Kan ... Sekarang udah kejadian! Baru juga kemaren bunda bilang, kamu jangan terlalu keras kepala. Tapi kamu gak mau denger."

"Iya, As tau. As, mengaku salah."

Saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba saja bunyi telpon terdengar dari ponselnya Astrid. Setelah beberapa menit ia menjawab telepon itu. Astrid bersiap-siap untuk bergegas pergi.

"Bunda ada urusan di kantor. Kamu jagain istri kamu."

"Iya, bunda," ucap Aszlee. "Bunda," panggilnya.

"Apalagi?"

"Sekalian bunda hubungi mama Nita."

"Iya, nanti bunda mampir ke rumah mereka."

Astrid segera berlalu pergi meninggalkan anak dan menantunya di rumah sakit. Aszlee terus saja menciumi punggung tangan istrinya. Berharap wanita itu segera sadar.

"Sayang bangun."

Satu kali panggilan saja membuat wanita itu terbangun.

"Aira ..."

"Abang ... Aira di mana?"

"Di rumah sakit sayang. Tadi di perjalanan kamu malah pingsan."

Zahira menarik nafas dan membuangnya secara perlahan.

"Aira, maafin abang. Abang terlalu egois sampai kamu sakit seperti ini."

"Egois gimana. Abang gak salah apa-apa."

"Kamu sakit karena abang! Abang memaksa kamu untuk melayani abang. Abang beneran minta maaf sama kamu."

"Hei, abang gak maksa Aira. Aira yang pengen melakukan kewajiban sebagai istri."

"Tapi ini semua salah abang."

Istri Pilihan Bunda | [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang