19

172 29 2
                                    

Begitu Cory melepas tangannya dari wajahnya, aku bisa melihat wajahnya agak merah. Sangat samar sampai aku harus melihat kulit pucatnya dengan cermat untuk mengetahuinya.

Cory menghindari tatapanku saat dia terus berbicara dengan suara kecil.

“Aku baru saja menerima kenyataan. Berhentilah mengingatkanku seperti itu.”

Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan, jadi aku berpikir sebentar. Lalu aku tertawa terbahak-bahak. Aku tidak bisa berhenti tertawa.

“Oh, iya. Kamu kan fans ku ya. Puhahaha!”

Sudah lama sejak aku tertawa sekeras itu. Dia sangat malu, tapi tetap mengungkapkan semua yang dia rasakan. Cory yang seperti itu menurutku sangat imut.

C

ory tampak malu: dia mengerutkan kening, bergumam, “…..jangan tertawa.”

“Apa kamu mau tanda tangan, Cory? Pelukan gratis? Katakan saja. Oh, waktu itu kamu minta salaman, ya? ”

“......Aku tidak butuh.”

Cory benar-benar merajuk.

Dia berpaling dariku dan berpura-pura membaca buku. Dia terdiam beberapa saat, seperti sedang memikirkan sesuatu dalam-dalam.

Cory dengan kasar mengusap rambutnya dengan kasar, lalu berbalik dan berbicara.

“......apa kamu benar-benar mau melakukannya?”

[pelukan gratis dan tanda tangan 😂]

Dan aku tertawa lagi.

_____________
_____________

Aku melewatkan semua kelas pagi untuk penaklukan monster kami. Satu-satunya kelas yang ujian prakteknya membuat para siswa melewatkan kelas pagi adalah kelas magic dan kelas ilmu pedang.

Alasannya sederhana. Sebenarnya, pegunungan di dekat sekolah kami memiliki monster yang sesekali mengganggu di daerah itu, dan itu adalah masalah yang cukup besar.

Jangan tanya kenapa mereka membangun sekolah di dekat para monster. Itu pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh orang dewasa.

Anyway, kelas magic dan ilmu pedang penting bagi sekolah: karena sebagian besar siswa ilmu pedang memiliki tujuan untuk menjadi ksatria kerajaan, dan siswa magic memiliki tujuan untuk bekerja di magic tower kerajaan.

Jadi mereka menggunakan kami, para siswa, sebagai tenaga kerja gratis dan menyebutnya pelatihan.

Junior yang lebih muda sepertiku akan menghadapi monster tingkat rendah seperti slime yang terletak di daerah pegunungan yang lebih rendah. Seiring bertambahnya usia, siswa tingkat senior akan naik lebih tinggi ke atas bukit dan berhadapan dengan monster yang tingkatnya lebih tinggi.

Menggunakan siswa sebagai tenaga kerja gratis, benar-benar lintah darat. Aku memantapkan hatiku dan berjanji pada diriku sendiri kalau aku akan mengambil gajiku dari Hylli saat dia raja.

"Schreina, kamu gugup?"

Hylli, yang mengenakan pakaian perang merah ketat, berdiri di dekat pintu masuk tingkat bawah bukit. Dia tiba-tiba bicara padaku.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Aku sedang memikirkan bagaimana aku akan memeras uangmu besok di masa depan."

“Kamu tidak gugup. Bagus."

Dia menganggukkan kepalanya, seolah dia sudah terbiasa dengan jawabanku. Hylli sudah terbiasa denganku. Karena itu, akhir-akhir ini semakin sulit untuk menambahkan lebih banyak koleksi Aib Pangeran.

Aku Gak Mau Jadi Makcomblang!Where stories live. Discover now