17

259 47 1
                                    

"Lihat aku." (Cory)

Aku tidak melihat kepadanya.

"Lihat aku."

Aku bergumam, "Oh, tunggu." dan dengan lembut melepaskan tangannya dari lenganku.

Cory menatap tangannya sejenak, lalu menghela napas panjang.

Dia menggerakkan jari-jarinya saat menatapku, masih dalam kondisiku yang aneh. Kemudian, dia membuatku melayang di udara. 

Aku berhenti memikirkan perubahan gravitasi yang tiba-tiba dan membuka mataku lebar-lebar.

Kemudian, dia mulai membungkusku dengan selimutnya. 

Selimutnya ternyata lebih besar dari yang kukira, dan menyelimutiku dari kepala hingga kaki seperti mumi. Selimut yang membungkusku dan bahkan menutupi wajahku ini berbau seperti permen.

Aku melayang di udara seperti mumi stroberi. 

Saat aku bertanya apa yang dia lakukan, Cory tidak menjawab. 

Tubuhku hanya melayang seperti itu, mumi dengan selimut stroberi. Aku tidak bisa melihat apa yang terjadi karena selimut menghalangi pandanganku.

Kudengar Cory meletakkan bukunya dan mendekat.

“Heave ho.”

Sepertinya dia membatalkan sihirnya. Tubuhku perlahan melayang ke dalam pelukan seseorang. Cory memelukku. 

[d/n : AWWWW CORY ≧∇≦]

Cory perlahan menepuk punggungku dan berjalan ke sofa. 

Setelah mendengar dia bergumam, 'Kukira kamu tidak berat, ternyata kamu berat...' Aku menggeliat untuk keluar, tapi dia lebih kuat dari yang kukira dan tetap tidak melepasku.

Dia terus menepuk punggungku hingga dia membaringkanku di sofa.

Bantal yang ada di lantai beberapa saat yang lalu sudah ada di sofa. Sofa itu sangat lembut.

"Kamu harus tidur sampai kegiatan klub selesai." (Cory)

Kemudian, Cory memasukkan buku catatan magicku ke tasnya. Aku tidak bisa melihat dengan jelas, tapi aku bisa melihat punggungnya melalui celah kecil di antara selimut.

Dia duduk di kursiku dan mulai mengerjakan apa yang kukerjakan sebelumnya.

“Tenangkan dirimu.”

Nada suaranya, yang santai tapi menenangkan, membuatku merasa seperti anak kecil. Semuanya terjadi dulu sekali, tetapi kesedihan terus datang kembali.

Aku bisa merasakan ada yang mengganjal di tenggorokanku ketika aku memikirkan berapa usia mentalku dan seberapa besar itu memengaruhiku sekarang. 

Selimut menutupi wajahku dan rasanya seperti air mataku akan keluar. Tapi aku tidak menangis. Aku tidak mengeluarkan suara.

Seiring berlalunya hari, aku mulai lebih sering memimpikan masa laluku. Dan karena itu, kurasa ingatanku tentang kehidupan masa laluku jadi lebih kuat. 

Aku masih hidup dalam kenangan masa lalu. Semua itu masih sangat jelas, seolah-olah baru terjadi kemarin.

Aku bisa merasakan emosiku ketika aku mati. Aku mencoba meraih kesadaranku sekuat tenaga untuk tidak mati, tapi pada akhirnya, aku tidak bisa bertanggung jawab untuk semua orang. 

Aku berusaha sekuat tenaga, tapi aku tidak dapat mencapai apa pun. Aku hanya bisa memejamkan mata tanpa kompensasi apapun untuk kehidupanku yang sulit, meninggalkan adik-adikku sendiri.

Aku Gak Mau Jadi Makcomblang!Where stories live. Discover now