18

397 57 5
                                    

Cory masih terlihat kaget. Sepertinya aku sedikit paham situasinya.

Cory adalah seorang pecandu magic. Aku benar-benar mengabaikan kalau dia akan tertarik di bidang ini. 

Aku hanya berasumsi bahwa satu-satunya yang akan tertarik adalah mereka yang ingin tahu rahasia underworld dan memaksaku bekerja untuk mereka.

Aku hanya mengangguk menjawab Cory, sedikit malu. Melihatku mengangguk, ekspresi Cory mengeras dan dia dengan tegap berjalan keluar dari ruang klub.

Begitu pintu ditutup, aku mendengar suara benturan keras. Seorang gadis berteriak. Wah ribut sekali.

Cory kembali setelah pergi beberapa lama. Saat dia kembali, wajahnya sudah tenang seperti biasa. Kejutan di wajahnya sudah terhapus dan dia kembali normal. 

Tindik yang kuberikan padanya sebelumnya sudah ada di telinganya. Tapi sepertinya dia baru saja menusuknya: darah masih mengalir di telinganya. Meski begitu, wajahnya tetap tenang.

Cory duduk di sofa, menolak melihat ke arahku. Dia bahkan tidak berbaring– tanda rasa hormat yang luar biasa darinya. Cory menyatukan kedua tangannya dan kemudian bergumam.

“Aku pasti sudah menghabiskan seluruh keberuntungan dalam hidupku. Mungkin aku akan mati sekarang.” (Cory)

"Apa?" (Shushu)

Ketika aku menjawab, Cory hanya mengatakan itu bukan apa-apa dan menggelengkan kepalanya.

Cory hanya menatapku secara berkala tanpa berbicara. Dia menghabiskan waktu lama untuk memikirkan sesuatu, lalu berkata kalau dia akan tidur dan berbaring di sofa. Kemudian, dia dengan cepat tertidur.

Saat dia bangun dari tidur siangnya, dia menghalangiku yang mau keluar saat kami menuju ke kelas sore. 

Kemudian, dia menatap wajahku lama dan membuka mulutnya untuk berbicara.

"Pinjam tanganmu." (Cory)

"Kenapa?" (Shushu)

Saat aku menatapnya dengan curiga, Cory hanya berkata, “Berikan tanganmu padaku,” dan mengulurkan tangannya. Aku memberinya tanganku.

Cory meraih tanganku, menjabatnya beberapa kali, lalu menatap tangannya sendiri yang baru saja memegang tanganku l.

“Yes.” (C)

[d/n : Shushu mendadak meet n greet wkwk]

Cory tampak bersemangat. Dia menyelipkan banyak makanan ringan, permen, dan cokelat di tanganku dan berlalu menuju ke kelasnya.

___________________________
___________________________

"Schreina, aku sangat iri padamu." 

“Kenapa kamu iri?” (Shushu)

Aku menguap dengan keras dan mengerjakan catatan sejarahku selama istirahat. 

Rose, yang terkenal berisik dan banyak bicara di kelas kuning, mendatangiku. Rose memiliki sanggul tinggi di atas kepalanya dan pita merah besar yang melekat padanya. Dia adalah karakter yang sangat bersemangat. Aku terkejut dengan rambutnya saat aku menjawab.

"Itu, Sir Cory mau bicara denganmu." (Rose)

Rose yang terkenal suka mengoceh, tampak kesulitan mencari teman bicara karena teman-temannya telah meninggalkannya satu per satu.

“Dia hanya terlihat menakutkan; Cory sebenarnya anak yang sangat ramah.” 

“Sir Cory? Ramah?”

Rose tampak terkejut sesaat, lalu mengernyitkan wajahnya. Aku bisa merasakan perasaan iri dan marah yang aneh pada ekspresinya.

"Apa, kamu pamer karena dia menyukaimu?" (R)

Aku Gak Mau Jadi Makcomblang!Where stories live. Discover now