16

269 46 0
                                    

"Tapi akhir-akhir ini, aku senang dia tidak takut padaku. Aku sudah terbiasa, tapi masih sakit ketika seseorang jelas-jelas menghindariku. "

"Benarkah?"

Aku tidak begitu mengerti apa yang dia bicarakan. Cory duduk tegak dari posisi telungkup di atas meja. Dia menuangkan secangkir susu untuk dirinya sendiri dan meminumnya, berhenti sejenak untuk berpikir sebelum berbicara.

"Aku tidak pergi ke kelasmu karena Hestia."

"Aku tahu, itu karena kamu tidak punya teman."

Cory memuntahkan susunya pada kata-kataku. Dia melotot.

"....Sudah kubilang aku punya pangeran."

Dia berkata, beralasan. Aku mengangguk. Kemudian, Cory melirik ke arahku dan menjawab.

"Aku juga punya kamu."

"Dan Hestia juga?"

"Berhenti menggodaku!"

Cory menghapus kumis susunya dan melotot galak, tapi aku sama sekali tidak menganggapnya menakutkan lagi. Apa aku sudah terbiasa dengan wajahnya?

Aku tertawa terbahak-bahak melihat tingkah imut Cory, yang hanya berada di urutan kedua setelah pangeran. Aku bahkan menghiburnya.

"Tidak apa-apa, aku juga tidak punya banyak teman. Karena itu aku kesulitan mencari anggota klub."

"Ya. Kelihatan seperti itu."

K....kau.....?

Seolah-olah ini adalah balasannya, Cory tertawa ketika dia menjawab. Aku tersenyum pada balas dendam kecilnya, yang hampir sama efektifnya dengan tendangan kelinci.

Setelah menyelesaikan semua yang kuminta, Cory mengambil buku catatan magicku. Aku memperhatikannya.

Dia mengeluarkan buku catatan usang dan pulpen dengan ujung melengkung, lalu menggambar magic circle di buku catatanku.

Cory tidak memegang pulpennya dengan benar, dia hanya menggenggamnya dengan kepalan tangan. Karena itu, Cory sepertinya juga buruk dalam menggambar.

Magic circle itu mirip kentang yang ditekuk, tetapi karena keterampilan magicnya, itu sepertinya tetap berhasil.

Cahaya biru memancar dari magic circle nya. Kemudian, magic circle itu menarik dirinya sendiri di udara, masih memancarkan cahaya. Sepertinya dia sudah berlatih ini sebelumnya.  Dengan mudah, dia merentangkan magic circle dengan kedua tangan.

Magic circle yang diperbesar itu dipenuhi huruf-huruf kuno dan persamaan matematika. Dia dengan mudah mengatur ulang informasi di sana agar lebih mudah dibaca.

Kemudian, dia menuliskan informasi dari magic circle di selembar kertas kosong yang dia robek dari buku catatannya.

"Kau benar-benar melakukan yang terbaik."

Aku merasa bangga melihatnya belajar. Cory hampir selesai membaca catatan tutorial magicku. Dia jelas-jelas punya buff karakter utama melihat seberapa cepat dia mengejarku.

Cory berusaha keras menuliskan catatannya, lalu mengangguk pada dirinya sendiri. Dia mengangkat buku yang kuberikan padanya dan membuka mulutnya."Benda ini luar biasa."

Setelah memujiku, Cory selesai menganalisis magic circle dan mengembalikan lingkaran itu ke keadaan semula. Kemudian, dia menggabungkan magic circle bola air yang dia tahu sebelumnya dengan magic circle di depannya.

Magic circle, yang awalnya berwarna biru, berubah menjadi merah. Lingkaran baru di depannya adalah magic circle penguatan otot.

Cory mengeluarkan batu dari sakunya dan mengukir lingkaran di atasnya. Ketika dia mencengkeram lingkaran dengan tangannya, lengannya yang kurus perlahan tumbuh lebih besar dan berotot.

Aku Gak Mau Jadi Makcomblang!Место, где живут истории. Откройте их для себя