11. Modus

47 2 0
                                    

Karena sudah tidak ada pilihan lain, dengan amat sangat terpaksa Kaureen menerima tawaran Albirru untuk pulang bersama.

Dengan ogah-ogahan ia naik ke atas motor Albirru.

"Gue duluan ya Shak" setelah membunyikan klakson, Albirru langsung mengendari motornya keluar dari area sekolah.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, senyum Albirru terus merekah bagaikan bunga sakura yang merekah pada musim semi.

Berbanding terbalik dengan Albirru, Kaureen hanya menampakkan wajah datar dengan mata yang menyorot tajam kepada setiap kendaraan, orang ataupun gedung yang mereka lewati.

Albirru melirik sekilas wajah Kaureen dari kaca spion. "Tatap nya jangan tajam-tajam Rin, nanti orang-orang pada takut" gurau Albirru yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Kaureen. Gadis itu memutar bola matanya malas dan kembali menajamkan tatapannya.

Albirru menghentikan laju kendaraannya saat lampu lalulintas menunjukkan warna merah.

Albirru kembali melirik ke arah Kaureen lewat kaca spion. Ia terkekeh melihat ekspresi yang Kaureen berikan, sangat menggemaskan menurutnya.

"Lu gak bosen Rin?."

"Bosen kenapa?."

"Lu gak bosen cantik terus?."

Kaureen memutar bola matanya malas. Ia memalingkan wajahnya, lebih baik ia menatap orang-orang yang berlalu lalang di trotoar daripada melihat wajah Albirru yang sangat memuakkan.

"Cie salting" ledek Albirru ketika melihat Kaureen memalingkan wajahnya.

"Berisik!."

Albirru terkekeh, "Cewek modelan kayak lu bisa salting juga ternyata" ia semakin gencar menggoda Kaureen.

"Berisik! Cepetan jalan!."

Albirru terbahak, namun setelah itu ia menjalankan motornya karena lampu lalulintas sudah berubah menjadi warna hijau.

Sepanjang perjalanan tidak henti-hentinya Albirru mengajak ngobrol Kaureen, namun Kaureen nampak acuh dan sama sekali enggan menanggapi celotehan-celotehan tidak penting yang Albirru keluarkan.

Gadis itu lebih memilih melihat-lihat gedung-gedung di sekelilingnya daripada mendengar celotehan Albirru.

Sampai pada akhirnya ia merasakan tetesan air dari langit. Mula-mula hanya tetesan-tetesan kecil, namun lama-kelamaan tetesan air tersebut menjadi sangat deras.

Langsung saja Albirru menepikan motornya di sebuah kios kosong untuk berteduh.

Di kios tersebut bukan hanya ada mereka berdua saja, melainkan ada beberapa pengendara juga yang sama sedang berteduh dari derasnya air hujan.

Albirru menggosok-gosok kedua tangannya kala hawa dingin mulai menusuk kulitnya. Hujan lebar disertai angin kencang ini benar-benar membuat suhu udara semakin dingin.

Albirru melirik ke samping kanannya, ia menatap lamat-lamat wajah cemas dari perempuan yang berdiri di sebelahnya. Terlihat seperti ada ketakutan yang tergambar dari ekspresi wajah Kaureen.

"Are you okay?."

Kaureen terkesiap dan langsung tersadar dari lamunannya, "Hah?."

"Kenapa muka nya kelihatan ketakutan gitu?."

Kaureen menggelengkan kepalanya pelan, "Enggak apa-apa."

"Beneran?."

"Iy-."

KRAKK.

BRAKK.

Kaureen refleks mencengkeram lengan Albirru dengan sangat kuat kala ia mendengar suara pohon tumbang.

AMBIS [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang