BAB 19

3.6K 445 1
                                    

"Oh iya! Dimana aku bisa bertemu si Atlas itu?" Tanya Nana mulai kembali serius

"Kau ingin menemuinya? Tempatnya sangat jauh dari sini, dan wanita tidak boleh masuk ke sana" Jelas Arsen

"Kau tinggal menunjukkan jalannya saja dan aku yang akan pergi dan untuk masalah aku bisa masuk atau tidak itu mudah, aku tinggal menyamar saja bukan?" Ucap Nana menyakinkan Arsen dan malah mendapat gelengan dari ke 3 pria + 1 wanita yang berada di depannya

"Kenapa?" Tanya Nana bingung

"Kau mau pergi ke sana sendirian?" Tanya Rian dan di jawab dengan anggukan oleh Nana

"Tidak boleh" Ucap mereka ber 4 serempak

"Kenapa tidak?! Aku kan tidak menyusahkan kalian. Kalian hanya perlu memberitahu ku di mana tempatnya, itu saja. Setelah itu kita sudah tidak ada urusan lagi! Jadi beritau aku dimana tempatnya..."

"Siapa bilang kita sudah tidak ada urusan lagi?" Tanya Rian dengan wajah datarnya

"Aku. Memang benar kan kita sudah tidak ada urusan lagi. Bahkan sebenarnya sekarang kita tidak punya urusan yang membuat kalian harus mengurungku di tempat ini!" Nana mulai kesal dengan mereka

"Tidak Adena, kau tidak boleh pergi sendirian, kau tidak tau seperti apa Atlas itu. Dia orang yang berbahaya, dia bisa saja membuat mu tersesat" Arsen berusaha membuat Nana mengerti

Tapi ini adalah kesempatan terakhir Nana, jika ia tidak mencari tahu tentang kerajaan Estrid dan siapa yang menulis dairy itu maka ia akan benar benar tidak bisa keluar dari dunia novel ini

"Tapi ini satu satunya kesempatan ku, jika aku tidak mengambilnya mungkin aku tidak akan pernah mendapat kesempatan lain nanti. Aku hanya ingin pulang ke dunia ku, dunia yang ku kenal, dunia tempat aku dibesarkan, dunia yang jauh berbeda dengan dunia ini" Ucap Nana sedih

Meskipun di dunianya ia tidak memiliki keluarga tapi setidaknya di sana masih ada Nisa dan kenangan bersama orang tuanya

"Nana" Felix menangkup wajah Nana agar Nana mau bertatap mata dengannya

"Kau boleh pergi, tapi tidak sendirian, bawa kami bersama mu" Ucap Felix disertai sebuah kecupan ringan di kening Nana

"Benarkah?! Boleh?! Aaa terimakasih" Nana memeluk dan mencium pipi Felix
Tidak hanya Felix. Alex, Arsen, dan Rian juga mendapatkan nya

"Jadi kapan kita akan pergi?" Tanya Nana sudah tidak sabar

"Nanti malam, sekarang kau tidurlah dulu supaya tidak mengantuk nanti malam"

"Baiklah, Rian?" Nana berniat mengajak Rian tidur tapi Rian menolak

"Aku akan menyiapkan hal hal yang kita perlukan, kau tidur lah duluan, aku akan menyusul nanti" Ucap Rian seraya mengusap kepala Nana lembut

Nana mengangguk dan berlari dengan hati gembira ke kamar Rian

.........

Tepat tengah malam Nana terbangun

"NJIR! SIAPA LO?!!" Nana terkejut hingga terjatuh dari kasur saat melihat seorang pria yang tengah tertidur di sampingnya

"Dena.. Ada apa denganmu?" Tanya pria itu dengan suara khas baru bangun

'Njir suaranya berat banget!'_Nana

"Kau... Kau siapa? Dan bagaimana kau bisa masuk? Apa kau maling?" Tanya Nana bertubi tubi, ia bahkan sudah mengambil ancang ancang ingin memukul pria ini

"Ini aku Rian, bukan kah kita mau pergi bertemu Atlas" Ucap Rian membuat Nana melotot tidak percaya

"Rian? Kok.. Rian kan perempuan! Sedangkan kau ini seorang pria!" Nana masih tidak percaya dengan pria ini tapi jika di lihat lihat lebih teliti lagi pria ini terlihat mirip dengan Rian

"Kau lupa? Di dunia ini apapun bisa dilakukan dengan sihir" Ucap Rian membuat Nana perlahan mulai mengerti

"Jadii... Ini sihir?" Tanya Nana sambil menusuk nusuk tangan kekar Rian dengan telunjuknya

"Hm" Jawab Rian singkat

Jujur Rian masih mengantuk tapi ia tetap menjawab semua pertanyaan Nana

"Ooh eh iya ini kan udah malam! Ayok bangun kita pergi!" Nana menarik Rian agar bangkit dari tempat tidurnya tapi hasilnya sia sia
Rian yang menjadi seorang pria itu sangat berat

"Ayook Riaaaaaaaaan"

"Masih ada banyak waktu sebelum kita pergi, ini belum terlalu malam jadi ayo tidur dulu" Rian malah menarik Nana agar kembali tidur

"Kalo emang masih lama kenapa kau sudah berubah? Apa itu tidak buang buang sihir?" Tanya Nana sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Rian

"Kenapa?" Nana merasa aneh dan mendekati Rian

"Aku melakukannya agar nanti bisa langsung pergi, dan hanya untuk jaga jaga saja" Jelas Rian membuat Nana paham

"Terserah kau saja. Tapi lepaskan dulu tangan ku... Aku mau keluar" Nana merasa kesal karna Rian tidak mau melepaskan tangannya

"Ini sudah malam Dena, di luar sudah gelap" Tolak Rian masih dengan mata tertutup

"Aku tidak akan keluar istana, lagi pula ini istana mu jadi mengapa kau takut?"

'Mengapa dia keras kepala sekali?'_Rian

"Haah baiklah tapi bawa ini bersama mu untuk jaga jaga" Rian memberikan sebuah cincin kepada Nana dan langsung diterima Nana

"Baiklah, terimakasih" Setelah itu Nana keluar dan Rian melanjutkan tidurnya

......

"Sejuk juga udaranya"

Nana berjalan jalan sambil menghirup udara segar, hanya di dalam istana tidak sampai keluar sesuai dengan janjinya pada Rian

"Apa gue beneran bisa balik? Gue udah terlanjur nyaman sama dunia ini, dunia yang gak nyata ini" Nana tertawa mendengar ucapannya sendiri

"Kira kira gimana ya kabar Nisa sekarang? Semoga dia baik baik aja tanpa gue. I miss you Nis" Tanpa sadar air mata Nana keluar

"Duh cengeng banget gue" Nana menghapus air matanya

Nana duduk di jendela sambil menikmati hembusan angin di wajahnya

"Adem banget" Tanpa sadar kantuk mulai menyerang Nana dan berakhir Nana tertidur masih dengan posisi yang sama

Arsen yang baru saja ingin kembali ke kamarnya tanpa sengaja melihat Nana tertidur dengan posisi yang cukup bahaya

"Mengapa dia tidur di sini? Apa anak itu (Rian) mengusirnya? Tapi sepertinya tidak mungkin. Ah sudah lah lebih baik aku membawanya ke kamarku"

Arsen menggendong Nana dan menidurkannya di kasurnya tak lupa ia juga ikut tidur bersama Nana

Me And My Protagonis Where stories live. Discover now