Online 2

121 11 1
                                    

Di kantin sekolah yang ramai, Zilvania duduk sendirian di salah satu meja, menunggu kedatangan Gwen. Dia menatap sekeliling dengan tatapan kosong, sesekali memperbaiki posisi ponselnya yang tergeletak di atas meja. Sementara itu, dari kejauhan, Zilvania memperhatikan sosok Rayyan yang sedang berjalan ke arahnya.

Rayyan, dengan ketampanannya yang mencolok dan senyum nakal di bibirnya, mendekati Zilvania dengan langkah percaya diri. "Eh, hei Zil! Kenapa lo duduk sendirian di sini?" sambutnya dengan riang.

Zilvania mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Rayyan. "Apa sih, sok asik. Gak ada alasan khusus, gue cuma menunggu Gwen aja," jawabnya dengan ngegas.

Rayyan duduk di depan Zilvania dengan ekspresi penuh keusilan. "Ah, santai aja kali, Lo sama Gwen pasti akan bahas urusan kebucinanmu sama si Anak Gajah itu, ya? Gak usah dipusingin, Zil. Lebih baik lo pacaran sama gue aja," godanya sambil melemparkan senyuman khasnya.

Zilvania bergumam pelan, mencoba menahan tawa. "Haha, lawak Lo Yan, najis banget, Gak pernah berhenti ya Lo godain gue," ujarnya.

"Seberapa ganteng sih pacar lo, palingan kayak gorila yang baru netas," ejek Rayyan.

"Minimal ngaca dulu, muka lo kayak pantat sapi aja belagu."

"Udah lupain saja pacar, eh maaf mantan pacar Lo itu, sekarang buka lembaran baru bersama gue, Rayyan janji akan membahagiakan Lo dan gak pernah ninggalin hatimu."

Zilvania memutar matanya dengan nada sinis. "Pft, lo pikir gue bakal percaya omongan lo? Udahlah, Rayyan, lo tuh kayak buaya yang sok jago ngomong doang, tapi begitu diseriusin, kabur lari."

Rayyan hanya menggelengkan kepala dengan senyum meledek. "Haha, Zil, Zil, Zil. Lo selalu aja nyinyir. Tapi kenyataannya, pacar lo itu kan endingnya nge-ghosting."

Namun, sebelum Zilvania bisa merespon, ponselnya tiba-tiba meluncur dari tangannya dan jatuh ke lantai. Mereka berdua menatap ke arah ponsel yang tergeletak di lantai, lalu saling bertatapan dengan ekspresi kaget.

"Ah, sini ponsel lo," kata Rayyan sambil meraih ponsel Zilvania yang terjatuh. "Nggak kepikiran buat nyelipin asuransi, ya? Haha! Ck, gak tau harus gimana kalo ponsel lo sampe baret-baret gara-gara jatuh. Baret seperti hatiku saat melihatmu bersama yang lain."

Zilvania hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela nafas. "Huek, mau mutah gue, mana sini ponselnya!"

Waktu itu layarnya masih terbuka pada akun palsu yang sedang aktif. Rayyan tanpa sengaja melihat layar dan terkejut saat melihat akun tersebut.

Rayyan mengangkat alisnya, menatap Zilvania dengan tatapan aneh. "Eh, Zil, ini apa?"

Zilvania merasa jantungnya berdebar kencang. "Eh, apa-apaan?" sahutnya dengan suara yang sedikit tercekat.

Rayyan menggelengkan kepala, masih memandangi layar ponsel. "Ini akun Instagram cowok ganteng. Sejak kapan lo punya akun kayak gini, Zil?"

Zilvania berusaha menjelaskan dengan cepat, "Oh, itu... itu... Ah, Ray. Gak usah dipikirin."

Namun, Rayyan tidak terpengaruh. "Serius? Kok kayaknya beneran banget? Lo gak bohong, kan?"

Zilvania menggaruk kepalanya dengan gugup. "Ah, lo emang suka kepo, ya? Udahlah, jangan ganggu kepo."

Rayyan tersenyum dengan mengejek. "Haha, hmm, jangan-jangan ini akun-" tapi ucapan Rayyan terhenti ketika Gwen datang dan memotongnya dengan cepat.

"Itu akun pacar barunya Zilva," ucap Gwen dengan lantang.

Rayyan mengangkat bahu, masih menyimpan senyum nakal di wajahnya. "Haha, baiklah, baiklah, gak usah nge-gas. Gue gak akan tanya lagi. Tapi lo harus belikan makanan, ya, sebagai pembalasan atas kejadian ini!"

Zilvania menghela nafas lega, merasa perhatian Rayyan teralihkan dari akun palsunya. "Baiklah, baiklah, lo menang. Gue akan belikan makanan. Tapi janji Lo gak akan kepo lagi, ya!"

Rayyan mengangguk sambil tersenyum. "Deal! Tapi, siapa tahu nanti gue tiba-tiba kepo lagi, ya. Kan, manusia bisa berubah, Zil."

Zilvania menggelengkan kepala dengan nada skeptis. "Yah, gue tabok mulut lo lah yan. Tapi kalau memang lo masih kepo, gue akan jadi ninja dalam menyembunyikan rahasia."

Rayyan tertawa. "Haha, siap-siap aja, Zil. Gue punya seribu cara untuk mendapatkan informasi apapun yang gue inginkan, dan itu pasti dapat!"

Tanpa menggubris Zilvania memesan makanan untuk Rayyan seperti yang dijanjikan. Lalu Zilvania dan Gwen melanjutkan perjalanan mereka di koridor sekolah yang ramai. Mereka berjalan-jalan sambil terus bercerita tentang hal-hal yang terjadi baru saja.

Gwen melirik Zilvania dengan serius. "Lo tuh yakin masih mau melanjutkan rencana gilamu, bayangkan kalau terbongkar apa yang semua orang pikirkan tentangmu terutama si Ray, bisa melakukan apa aja!"

Zilvania mengangguk sambil tersenyum. "Iya gue masih mau melanjutkan rencana itu, tapi gue juga bisa jadi sangat keras kepala! Dia gak akan bisa menggali rahasia-rahasia gue."

Gwen tertawa. "Haha, iya sih, lo tuh keras kepala banget. Tapi Rayyan juga nggak kalah keras kepala, loh!"

"Gue percaya pada kemampuan menyembunyikan rahasia gue," ujar Zilvania sambil tersenyum, mencoba mempertegas keyakinannya.

TO BE CONTINUED

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA!!! SEE YOU NEXT CHAPTER.

OnlineWhere stories live. Discover now