Online 1

229 38 8
                                    

Zilvania menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Tidak ada notifikasi baru. Tidak ada pesan dari dia. Gebetan online-nya, yang selalu aktif setiap saat, tiba-tiba seminggu lebih menghilang tanpa jejak. Dia merasa campur aduk antara kesal, kecewa, dan sedikit penasaran.

"Gak bisa dipercaya," gumam Zilvania sambil meletakkan ponselnya di meja.

Sementara itu, di ruang kelas yang sama, Gwen duduk dengan gaya santainya, melihat-lihat ponselnya sambil tersenyum puas.

"Hahhhh, Gue capek tau gak dighosting mulu anjir," keluh Zilvania dengan suara keras, menarik perhatian teman-temannya di sekitarnya.

"Siapa pacar lu? Si Arkan online. Iyuh najis pacaran kok daring, kalau gue sih ogah lah ya pacaran kek gitu. Tiba-tiba ternyata tak disangka pacar lu itu gak sesuai foto," Celetuk Gwen bak tanpa dosa mengejek Zilvania.

Tak henti sampai disitu Gwen mendongak dan menggelengkan kepalanya. "Semua itu perlu di syukuri, SUKURIN TUH MAMPUS GAK LU!!!" serunya dengan nada tinggi, mencuri perhatian Zilvania.

Ia menatap Gwen dengan tatapan tajam, memancarkan kemarahan yang hampir dapat dirasakan oleh siapa pun yang melihatnya. "Bacot lu anjir, untuk beberapa hari, em bulan, eh tahun, emm abad ke depan gue gak punya agenda membucin lagi," jawabnya dengan suara tajam, membuat Gwen terdiam sejenak.

Gwen mengernyitkan keningnya, mencoba menembus ekspresi wajah Zilvania yang keras. "Hey, tenanglah. Mungkin ini waktunya untuk fokus pada dirimu sendiri, bukan malah memikirkan dia," ujarnya dengan suara yang lebih lembut, mencoba memberikan dukungan.

Ia menatap Gwen dengan pandangan skeptis, tetapi akhirnya mengangguk. "Mungkin lo benar," katanya pelan.

Mereka berdua terdiam sejenak, membiarkan kata-kata tersebut menyerap ke dalam pikiran mereka. Tiba-tiba, ponsel Zilvania bergetar, menarik perhatian mereka berdua. Ia meraih ponselnya dengan cepat dan menatap layar dengan heran.

Arkan
Sorry Zil, mulai hari ini kita putus. Gue gak bisa lagi sama lo dan jangan hubungi gue lagi.

Blocked by Arkan

"Dia nggak boong kan..." gumamnya pelan, mata terbelalak kaget. Zilvania merasa jantungnya berhenti sejenak ketika membaca pesan dari Arkan. Matanya melebar kaget, seolah-olah dia sedang membaca berita dari dunia paralel.

"Dia... dia memutuskan hubungan kita," bisiknya dengan suara gemetar.

Gwen menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Serius?" tanyanya dengan nada khawatir.

Zilvania mengangguk lemah, menahan air mata yang ingin tumpah. "Iya, dia bahkan gak ngasih alasan, cuma 'jangan hubungi gue lagi' gitu doang," jawabnya sambil menunjukkan pesan singkat dari Arkan pada layar ponselnya.

Gwen menggelengkan kepala dengan geram. "Well, well, well, lihat siapa yang akhirnya datang merayap kembali, hanya untuk menghantammu dengan pesan singkat yang seadanya, cuih tidak bermutu."

Zilvania tersenyum getir, mencoba menghibur dirinya. "Ya, jelas banget, kan? Seolah-olah dia ngomong, 'Hey, btw, kita putus ya. Oiya, jangan chat gue lagi'," ucapnya dengan nada sarkastis, mencoba menambahkan sedikit humor pada situasi yang sedang sulit ini.

Gwen tertawa kecil, mencoba menghibur Zilvania. "Sialan, seenggaknya dia bisa tambahin emoticon nangis atau apa gitu biar gak terlalu datar agar dramatis lah," katanya sambil mengusap punggung Zilvania dengan lembut.

***

Setelah kejadian dramatis tadi dengan Arkan, Zilvania merasa perlu melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk mengalihkan pikirannya dari kesedihan. Ide gila pun muncul dalam benaknya: membuat akun fake sebagai cowok untuk merasakan sensasi menjadi objek idolisasi para wanita.

"Gwen, gue punya ide gila!" serunya begitu mereka berdua duduk di kantin saat istirahat.

Gwen melirik Zilvania dengan rasa penasaran. "Apa lagi yang lo rencanakan sekarang? Jangan aneh-aneh lah ya. Mentang-mentang baru putus," tanyanya, mengikuti alur.

Zilvania tersenyum lebar. "Gue akan membuat akun fake sebagai cowok! Gue ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi cowok yang selalu berganti pacar dan diidolakan oleh semua wanita!" ujarnya dengan antusias.

Gwen terkejut. "Seriusan? Ide yang sangat... GILAAA, Zil. Tapi lo yakin?"

Zilvania mengangguk mantap. "Tentu saja! Gue kan punya bakat dalam akting. Gue yakin bisa membuat akun fake ini terlihat sangat realistis!"

Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut dari Gwen, Zilvania langsung membuka ponselnya dan mulai merancang akun fake-nya dengan seksama. Ia memilih nama yang keren dan gambar profil yang tampan, lalu mulai menyusun cerita kehidupan palsunya di sosial media sebagai cowok yang digilai banyak wanita.

Setelah selesai, Zilvania menunjukkan hasil kegilaanya pada Gwen dengan bangga. "Bagaimana menurut lo?" tanyanya, menunggu reaksi temannya dengan penuh semangat.

Gwen melihat layar ponsel Zilvania dengan senyum menggoda. "Wow, Zil,  lo benar-benar melakukannya! Gila tapi it's oke lah, selagi lo seneng lakuin aja!"

Zilvania tersenyum puas. "Ayo kita lihat bagaimana reaksi orang-orang ketika melihat akun gue ini!" katanya sambil memposting foto profilnya yang ganteng dengan caption yang menggoda hati.

Mulai dari situ, petualangan Zilvania sebagai cowok virtual pun dimulai, penuh dengan humor dan hal-hal yang tak terduga.

TO BE CONTINUED

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA!!! SEE YOU NEXT CHAPTER.

OnlineWhere stories live. Discover now