Chapter 08 || Play or be played?

Mulai dari awal
                                    

"Kau tahu, kita tidak bisa berjalan sendiri di dunia ini," ucap Adzriel yang membuat orang-orang mendengarnya merasa merinding. Bagi mereka kalimat yang di lontarkan Adzriel bukan sembarangan melainkan penuh arti. Entah itu baik? Ataupun buruk!

"Dunia itu kejam. Kalau berjalan sendirian apakah mungkin bisa terhindar dari kekejaman itu?" tanya Adzriel pada orang-orang itu.

"Anda benar, dunia memang kejam. Lantas, sang penakluk lah yang berkuasa," sahut sang pria bersetelan jas berwarna coklat muda.

"Ah, ya Anda benar sekali. Sang penakluk yang bermain dengan uangnya," kekeh Adzriel yang membuat mereka semakin merasa ada suatu hal yang janggal. "Saya ingin kalian setuju dengan bisnis yang akan dijalankan sekarang."

Adzriel meletakkan beberapa kertas yang isinya merupakan sebuah kontrak kerja. Orang-orang disaa nampak bingung, mengapa sang tuan pewaris tunggal dari keluarga Ramirez ini ingin sekali menjalin kerjasama? Apakah memang sepenting itu koneksi baginya?

Salah satu pria ber jas disana mengeluarkan pulpen dari saku celananya dan bersiap menandatangani kontrak tersebut. Namun, Adzriel menahan tangan pria tersebut dan mengambil dengan pelan pulpen itu.

"Apa tadi saya bilang tandatangan dengan pulpen ini?" tanya Adzriel pada pria itu.

"Lalu? Apa yang harus saya lakukan?" ucap pria itu dengan nada setengah jengkel.

"Darah."

Beberapa orang yang mendengarnya tercengang. Darah? Apakah kontrak kerja ini harus ditandatangani dengan darah mereka masing-masing? Bukankah ini cukup gila?

Hei! Perjanjian hitam diatas putih saja sudah cukup, kenapa harus menggunakan darah?

Tapi, perjanjian dengan tandatangan berupa stempel darah adalah hal yang sakral. Dalam hal ini perjanjian tersebut tidak akan bisa dilanggar dan dibatalkan lagi. Karena ada hukum yang mengikatnya. Mungkin, tidak banyak orang yang tahu.

Namun, hal ini sangat diketahui oleh sang pengusaha. Orang-orang berpengaruh itu adalah sang penguasa yang harus tahu segalanya. Meraka punya cara lain untuk melakukan apa yang tidak orang lain lakukan.

*****


Cuaca yang cukup panas membuat siapa saja mengeluh. Ditambah lagi suara berisik yang terdengar sana-sini, membuat siapa saja tidak betah berada dalam kondisi seperti ini.

Vallen barusaja memasuki gedung agensi setelah ia kembali dari pantai tadi. Ia begitu bingung kenapa orang-orang disini terdengar seperti meributkan sesuatu.

"Permisi, ini ada apa ya ribut-ribut?" tanya Vallen pada salah satu staf agensi yang berdiri tidak jauh darinya.

"Oh, itu tadi Nona Julie lagi marahin beberapa karyawan dan model," ucapnya pada Vallen.

"Memangnya ada apa?"

"Saya juga tidak tahu. Tapi, ini berkaitan dengan kelangsungan agensi permodelan kita," ucap orang itu sembari terus menatap keributan di depannya tanpa berniat membantu.

"Kenapa anda terlihat tidak peduli dengan keributan ini?" tanya Vallen karena ia melihat beberapa karyawan yang hanya melihat sekilas kemudian kembali ke pekerjaannya masing-masing. Setidaknya ada tatapan khawatir dan takut pada diri mereka, tetapi Vallen tidak menemukannya.

Mereka seperti orang-orang yang tenang dan yakin tidak mendapatkan masalah.

"Saya dan yang lainnya tidak ada hak untuk ikut campur. Selagi bukan kami yang terlibat lebih baik tidak usah menggangu," ucap orang itu yang membuat Vallen hanya diam. "Nona Julie sangat tegas pada para karyawan dan model disini. Beliau ingin semuanya sempurna dan tidak ada kesalahan sekecil apapun. Anda bisa lihat sendiri bagaimana caranya memberi teguran."

SECRET MURDERER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang