19

642 96 8
                                    

Panik dan khawatir bercampur menjadi takut itulah yang dirasakan renjun, Jeno, haechan dan jaemin saat tiba-tiba nafas jihoon sempat terhenti untuk sejenak sampai akhirnya jihoon kembali membuka mata yang tak menghilangkan rasa takut dalam tubuh mereka.

Renjun masih menangis sebari memeluk jihoon sesaat setelah jihoon sadar, jaemin masih di tenangkan oleh Jeno hanya haechan yang sudah berhenti menangis meski tak urung ia juga masih merasa takut.

"Jangan lagi Hyung hiks...kumohon, jangan lagi seperti itu"Isak renjun
"Maaf membuat kalian takut"lirih jihoon
"Bukan takut Hyung, kau hampir saja membuat jantung ku berpindah pada lambung"ujar haechan
"Sudah jangan menangis lagi, aku tak bisa melihat kalian menangis"sahut jihoon lirih
"Hyung ayo pulang, jangan korbankan nyawa Hyung untuk mereka! Aku tak siap jika harus kehilangan Hyung"ujar jaemin ikut memeluk jihoon
"Tidak bisa Nana mereka membutuhkan bantuan ku"ujar jihoon
"Tapi Hyung juga membutuhkan itu, pikirkanlah diri mu sendiri Hyung baru orang lain"ujar Jeno
"Tak apa mereka membutuhkan ini, kalian tak perlu khawatir...sudah berapa hari aku tidur?"tanya jihoon
"Satu Minggu...rekor terbaru mu untuk tidur"sahut renjun
"Hyung tunggu sebentar aku akan mengambilkan Hyung makan"ujar jaemin

Jihoon hanya menganggu di ikuti dengan keluarnya jaemin dan Jeno dari kamar, jihoon tak tahu apa saja yang terjadi satu Minggu ini selama ia tak sadar, masih ada rasa kecewa dalam diri jihoon mengenai nyawa sang eomma.

Jaemin dan Jeno bergegas menuju dapur untuk mengambilkan makanan untuk jihoon namun langkah mereka terhenti saat mendapati seungkwan dan hansol tengah ada di dapur, beruntung jaemin hanya tinggal mengambil saja, jaemin dan jeno memberi hormat pada kedua pangeran itu selama disini mereka menghargai kejadian jihoon dan yang lain makan jaemin dan Jeno juga akan balik menghargai.

"Kalian lapar? Ingin ku masakan sesuatu?"tanya seungkwan
"Kami belum merasa lapar pangeran, kami kemari ingin mengambil makanan untuk ji Hyung"ujar jaemin
"Ji Hyung sudah bangun?"tanya seungkwan
"Baru saja pangeran"sahut Jeno
"Bolehkan aku melihatnya, aku ingin tahu keadaannya"ujar seungkwan
"Tentu pangeran...pangeran bisa ikut dengan kemi jika ingin"ujar jaemin
"Boleh ku ajak soonyoung Hyung? Belakangan ini dia jadi menyeramkan karena tak ada pangeran Lee"ujar hansol
"Boleh pangeran"ujar Jeno

Selesai mengambil makanan mereka bergegas menuju kamar mendiang ratu Lee kecuali hansol yang bergegas mencari soonyoung karena sungguh sejak amarah soonyoung di ruang pertemuan tak ada yang berani bertegur sapa dengan soonyoung, sekali bicara pun akan di jawab dengan ketus dan dingin.

Di kamar mendiang ratu Lee kini jihoon harus menerima pelukan dan tangisan dari seungkwan yang sejak masuk langsung menangis yang mana membuat jihoon bingung bahkan renjun kesulitan menyuapi jihoon karena seungkwan tak mau melepas pelukannya.

"Haduh pangeran boo tolong lepas dulu pelukan mu itu, perut ji Hyung perlu diisi"ujar renjun
"Ah maaf kenapa tidak bilang kecil"ujar seungkwan
"Bagaimana mau bilang kalau kau sibuk meraung menangis seperti babi kelaparan gendut"sahut renjun
"Kenapa kau jadi mengatai ku gendut"protes seungkwan
"Salah siapa mengatai ku kecil"protes balik renjun
"Ayolah jangan berkelahi, renjun suapi ji Hyung lagi"ujar haechan
"Kurasa tak ada haechan bertengkar dengan seungkwan pun jadi"ujar jihoon
"Dia menyebalkan Hyung"ujar seungkwan
"Kau lebih menyebalkan"sahut renjun
"Sopanlah pada yang lebih tua"ujar seungkwan
"Oh kau sudah tua? Pantas saja emosi mu tinggi, jangan terlalu banyak marah itu memperpendek umur"ujar renjun
"Wah...Kau menyumpahi ku mati?"ujar seungkwan tak percaya
"Bukan aku yang berkata tapi kau"

Siapapun tolong hentikan dua bom meledak ini dari hadapan jihoon saat ingin juga, kalau tak ingat jihoon sayang dengan kedua orang ini sudah jihoon kubur mereka sejak lama.

BRAK!

Sekarang apa lagi, sungguh ingin rasanya jihoon kembali tidur daripada harus mendapat serangan fajar dari pertengkaran seungkwan dan renjun ditambah dengan soonyoung yang membuka pintu dengan cara yang tidak berperikepintuan.

MerveilleWhere stories live. Discover now