13

623 93 6
                                    

Satu bulan berlalu dengan cepat waktu yang tak terasa untuk jihoon yang selalu dilalui dengan berbagai kegiatan didesa setidaknya bisa mengurangi rasa rindu jihoon pada soonyoung, entah mengapa jihoon merindukan si mata sipit itu.

Hari ini cuaca di desa cerah bahkan pagi tadi jihoon mendengar suara kicauan burung di dekat jendela kamarnya dan hari ini hari dimana ia menemani renjun dan haechan yang sedang menjalankan pengobatan di rumah-rumah penduduk.

"Tumben sekali renjun mengajak ku untuk membatunya mengobati penduduk desa yang sakit?"tanya haechan
"Agar kau bisa membantunya membawa barang-barangnya"sahut jihoon
"Tak apa lah setidaknya ikut dengan renjun bisa mengurangi rasa patah hati ku Hyung"
"Kalian berdua masih patah hati?"
"Tentu saja tapi kurasa yang paling parah renjun karena orang yang renju suka sudah punya kekasih"
"kasihan sekali adik-adik ku ini, hanya Jeno dan jaemin yang bisa berduaan"

Jihoon tahu itu karena tak biasanya renjun rela keliling desa hanya untuk pengobatan harian biasa paling warga desa yang menuju kastil untuk berobat, jihoon juga tak meminta renjun dan haechan untuk cepat melupakan karena untuk melupakan butuh waktu yang hanya bisa ditentukan oleh hati kita sendiri.

Kini mereka sampai di rumah sungchan untuk memeriksa kandungan shotaro atau lebih tepatnya periksa bulanan yang harus dilakukan renjun.

"Kau ada jadwal memeriksa shotaro?"tanya jihoon pada renjun
"Tentu saja Hyung kalau tak untuk memeriksa kandungan shotaro untuk apa aku datang kemari"sahut renjun
"Baiklah, periksa dulu sana nanti kita mampir di kedai paman Koo"
"Padahal aku ingin minum arak"
"Tidak ada arak untuk hari ini manis kita minum bir saja"

Jihoon dan haechan duduk dengan tenang menunggu renjun selesai bahkan sungchan juga ada dirumah untuk mendengar hasil pemeriksaan renjun.

"Bayinya sehat, detak jantungnya juga baik lebih banyak minum susu dan makan-makan sehat seperti sayur dan buah, aku berikan beberapa vitamin untuk kandungan mu"ujar renjun
"Terimakasih tuan Huang"sahut shotaro
"Kembali, aku senang kalian sudah bisa hidup tenang disini, kalian tenang saja penjaga perbatasan pasti akan memberitahuku jika ada surat untuk kalian"ujar jihoon
"Kapan aku bisa seperti mereka berdua"ujar renjun dan haechan bersamaan
"Nanti jika sudah bertemu jodoh"sahut sungchan

Mereka tertawa mendengar apa yang dikatakan sungchan karena sejatinya tak ada yang tahu kapan jodoh itu akan datang atau sudah datang namun kita saja yang tak sadar.

Jihoon, haechan dan renjun bergegas pergi meninggalkan rumah sungchan untuk pergi ke kedai paman Koo, sebetulnya bukan kedai hanya saja paman Koo selalu memproduksi bir yang memang banyak orang yang suka dan penduduk desa mengatakan rumah paman Koo adalah kedai bir.

"Harusnya kita ke kedai milik Minho Hyung...ji Hyung"ujar renjun
"Ini masih siang jika kau ingin mabuk, jangan gila"sahut jihoon
"Tapi Hyung dia tak akan bisa mabuk jika pikirannya nya penuh seperti saat ini"celetuk haechan
"Apa sangat sakit renjun-ie"tanya jihoon membuat renjun menoleh
"Mungkin karena ini yang pertama jadi rasanya sangat sakit Hyung, dia menolak ku bahkan sebelum aku mengatakan aku suka padanya dan mengenalkan kekasihnya pada ku...ingin rasanya ku ubah kekasih ya itu jadi kecoa saat itu juga"sahut renjun
"Kalau kau bagaimana Chan, apa sakit ya sama seperti renjun?"tanya jihoon menatap haechan yang sibuk menenggak bir yang ada dalam gelasnya
"Aku? Entah dia seperti tak suka jika aku berada di dekatnya jadi ya aku bersikap seperti biasanya saja, jika jodoh kan tak akan kemana"sahut haechan kembali menenggak bir miliknya
"Kau Hyung bagaimana? Tak merindukan soonyoung Hyung?"tanya renjun
"Tentu saja rindu tapi kalian tahu kan kalau pun aku jatuh cinta itu tak akan pernah mungkin karena pak tua sialan itu selalu meminta nyawaku...aku seperti dilahirkan hanya untuk mati"ujar jihoon
"Kita pindah saja ke kedai Minho Hyung saja, kita bisa menggila disana"ujar renjun

Ya sepertinya ide renjun bagus tapi sungguh jihoon masih cukup waras untuk tidak ikut mempermalukan diri dengan dua bocah nakal ini.
.
.
.
Suasana kastil nampak tenang dengan jihoon yang masih bersantai di atas tempat tidur sungguh jihoon sedang sangat malas untuk beraktivitas bahkan untuk sarapan saja meminta jaemin untuk mengantarkan kekamar ya dan tentu saja dengan segala laporan jaemin mengenai haechan dan renjun.

Sejak minum bir dua bocah gila itu pergi pada waktu malah untuk menenggak sekitar sepuluh botol arak yang bahkan tak membuat mereka mabuk sama sekali hanya saja mereka akan berakhir dengan tidur seharian.

Pintu kamar jihoon terbuka dan di ikuti dengan masuknya Jeno dengan sebuah gulungan kecil di tangannya yang jihoon tahu gulungan itu dari heaven kingdom.

"Hyung, surat dari mereka"ujar Jeno
"Bawa kemari"sahut jihoon sebari membuka gulungan kecil itu
"Jeno besok lusa kita berangkat ke Heaven kingdom beritau yang lain"
"Untuk apa Hyung?"
"Kemungkinan yang di jaemin akan terjadi, kalian bisa habisakn waktu hari ini sampai besok sebelum berangkat"
"Baik Hyung...Hyung?"
"Ada apa?"
"Ku mohon tetap hidup jika mereka meminta aku akan jadi tameng pertama untuk mu"
"Terimakasih berdoa saja"

Jihoon tahu kekhawatiran Jeno mungkin juga yang lain karena sampai saat ini pun belum ada obat untuk membuat jihoon bertahan jika nyawanya hanya tersisa satu dan mengalami tidur panjang dan berkahir pergi.

Sore tiba renjun tengah di sibukan dengan memasukan beberapa ramuan obat ke dalam tas miliknya tak pula juga dengan graine de vie yang sengaja ia bawa untuk kebutuhan mendadak tidak banyak hanya dua cup obat saja.

Selesai dengan apa saja yang ia bawa renjun bergegas menemui haechan yang sudah menunggu dari tadi didepan kebun herbal, ya mereka berniat ke kedai milik Minho untuk membeli satu botol arak untuk oleh-oleh jisung bukan untuk memabukkan diri.

"Kalian berdua juga ikut?"tanya renjun yang juga melihat jaemin dan Jeno
"Tentu saja, kami takut kalian membuat kekacauan"sahut Jeno
"Itu renjun bukan aku"ujar haechan
"Enak saja kau yang paling ribut jika di ingat"kesal renjun
"Sebetulnya aku malas harus ke kerajaan itu"ujar jaemin membuat tiga yang lainnya menatap jaemin
"Kau melihat sesuatu?"tanya Jeno
"Ya aku melihat ji Hyung sekarat dan kemarahan soon Hyung"sahut jaemin
"Lalu?"ujar haechan
"Aku melihat kalian berdua memimpin kami entah kemana?"sahut jaemin menyapa haechan dan renjun
"Jun kau menemukan cara untuk masalah ji Hyung?"tanya Jeno
"Belum...jika tersisa satu nyawa, jihoon akan tidur sampai waktunya habis sama seperti yang mulia ratu Lee saat itu, aku belum menemukan buku milik ratu Lee kata kakek min jawaban untuk itu ada di buku milik ratu Lee"jelas renjun
"Mungkin kita bisa mencarinya disana"ujar haechan
"Diskusikan dengan ji Hyung nanti"ujar Jeno
"Harus bersikap seperti apa besok kita disana"gumam haechan
"Bersikap selayaknya sikap mereka pada ji Hyung...akh kurasa kata shibal tidak akan cukup untuk mereka"sahut renjun santai

Tiga diantaranya hanya diam menggelengkan kepala mendengar jawaban renjun bahkan mereka masih ingat saat utusan heaven kingdom datang ke kastil dengan ringannya renjun mengumpati dan memaki utusan itu tak heran mungkin mereka juga harus meniru moto hidup renjun 'besikap baiklah pada orang yang baik kepada mu dan bersikap seperti cerimin ketika mendapati orang jahat kepada mu'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

MerveilleWhere stories live. Discover now