Part 61

1.5K 56 0
                                    

Hai gimana kemarin?
Yes beberapa part lagi ending guys gak kerasa banget sih beneran, by the way tengah malam gini masih ada yang bangun gak? Nungguin sahur guys!

Semoga puasa kalian lancar ya aamiin

*Happy reading!




Dua hari kemudian, bima tidak datang lagi kerumah sakit entah sedang apa ia.

Namun sekarang semua orang tengah berkumpul diruang rawat alinka, gadis itu masih belum sadarkan diri.

"Kak lebih baik undur semua ini", deon menatap fina datar.

"Gak bisa ini sudah keputusan yang sangat bulat, gak ada cara lain".

"Dengan jauhin alinka dari gue bang?", ucap saga.

"Gue tahu, melepas orang yang kita sayang itu berat tapi ini semua demi kebaikkan dia".

"Gue gak bisa ngebayangin gimana nanti gak ada alinka", ucap maya menatap alinka kosong.

"Kakak juga gak rela, tapi ini demi kebaikan dia sendiri kalian harus ikhlas". Ucap dinar.

"Lo gak ngerasain jadi gue kak, gue baru aja ketemu sama sahabat kecil gue dan gue belum ucapin pe-", ucapan saga terhenti.

"Pe apa?", tanya deon. Saga menggeleng.

"Lo mau kalau seandainya alinka disini dia menderita setiap saat? Terima tuduhan yang nggak dia lakukan? Lo mau alinka sakit sakitan terus? Lo mau alinka sedih dan murung meluku?", mata deon berkaca kaca mengatakan itu semua.

"Gue tanya sama kalian semua", lirihnya.

"Hikss.. Hikss.. Aku gak mau kak, aku gak mau alinka sedih terus hikss aku gak mau alinka disiksa terus hikss aku gak mau alinka sakit hikss hikss", dinar maju menghampiri fina memeluknya erat.

"Yaudah kita ikhlas, bawa alinka sama lo bang jika itu memang yang terbaik buat dia". Ucap saga, maya tertawa hambar.

***

Bima terduduk lemas diatas lantai dingin kamarnya, ia menatap sebuah foto keluarga saat ia masih bersama desy.

"Aku bodoh des, aku biarin malaikat kesayangan kamu terluka".

"Aku siksa dia dengan tidak berperasaan, aku kurung dia gudang gelap selama dua hari".

"Setiap hari aku pukul dia, setiap saat aku hina dia setiap detik aku benci dia, aku sungguh bodoh des aku ayah terburuk yang ada didunia ini". Air mata meluncur begitu saja dari matanya, semakin sini semakin banyak air mata yang berjatuhan, air mata penyesalan.

Bahkan ia malu hanya untuk melihat alinka ke rumah sakit, semua orang pasti menertawakannya sekarang.

Ia merasa tak pantas melihat wajah polos tak berdosa milik alinka, ia tak salah apa apa tapi bima menyalahkan dia untuk segala kehancuran dihidupnya.

"Baru nyadar? Udah saya bilang kan kalian bakal menyesal setelah tahu segalanya, kenapa menangis? Seorang bima darma menangis? Haha yang benar saja", bima mematung. Ia berdiri perlahan menghadap orang yang bicara itu.

"Deon...",

"Deon ayah-"

"Ayah macam apa yang memfitnah anaknya sendiri atas kematian ibunya? Ayah mana yang menyiksa anak perempuannya sedari ia kecil bahkan setiap hari sepertinya hambar untuk anda tidak menyiksa alinka", mata deon memerah menahan emosi terlihat jelas kilat amarahnya.

"Ayah benar benar minta maaf atas perlakuan ayah selama ini sama kalian, ayah tahu ayah bahkan tak pantas dipanggil ayah, ayah benar benar buta akan kebenaran deon ayah tersesat saat ibu kalian mulai meninggalkan ayah untuk selama lamanya, ayah hilang kendali ayah-"

"Dan anda melampiaskan semuanya pada anak perempuan anda, anda menyiksanya tanpa ampun bayangkan belasan tahun anda menyiksa seorang anak perempuan, sedangkan diluaran sana banyak sekali orangtua yang memanjakan anak perempuan mereka menjadikannya putri dikehidupan mereka, menjadikannya pilar kehidupan".

"Tapi anda.. Dengan tidak berperasaannya anda menyiksa anak perempuan satu satunya dirumah ini, lalu saya menyesal kenapa dari dulu saya tidak memberikan alinka pada panti asuhan saja-"

"Deon!",

"KENAPA?! ITU BENAR BUKAN? DARI PADA ALINKA TERSIKSA DIRUMAH INI, RUMAH YANG SEHARUSNYA SURGA MALAH MENJADI NERAKA BAGI ADIK PEREMPUAN SAYA!",

"BAHKAN ANDA MENYIKSA DIA HINGGA MENDERITA PENYAKIT SUMSUM TULANG BELAKANG!", bima termengu.

"Ssumsum tulang belakang?", lirihnya.

Deon menatap bima sinis, tangannya terkepal kuat seolah menahan hasrat untuk tidak memukul orang yang sayangnya berstatus sebagai ayahnya sendiri.

"Ya! Saking keseringannya anda menyiksa alinka, sekarang dia sakit bahkan sakit fisiknya tidak terbilang dengan sakit hati alinka",

"Suatu saat semuanya akan terbayar entah dengan apa itu, anda hanya akan menyesal selama hidup anda karena anda telah menyianyiakan permata bunda". Dada bima terasa ditusuk tombak tak kasat mata, jantungnya bergemuruh mendengar ucapan per ucapan deon yang menampar langsung dirinya.

"Kenapa diam? Tak ada guna saya bicara dengan makhluk tak berperasaan seperti anda tuan bima darma!", deon melangkahkan kakinya kelantai bawah, ia berpapasan dengan zalvin yang menatapnya dengan mata yang sudah berlinang air mata.

Deon tak bertanya, ia menghiraukan adiknya itu lalu pergi kekamar alinka.

Ia akan membawa barang barang alinka, termasuk akan membereskan baju baju adiknya dikamar itu.

Tidak ia akan membakar baju baju alinka, karena baju itu pernah merasakan dan menjadi saksi bisu bagaimana dengan kejamnya bima menyiksa alinka.

Zalvin menyusul deon ia melihat deon membereskan pakaian pakaian alinka dilemari lusuhnya.

"Kak deon kakak mau apain pakaian alinka?",

"Gue mau bakar semuanya", jawabnya datar.

"Apa?! Tapi kak-",

"Gue gak mau alinka pakai pakaian yang pernah merasakan siksaan dari kalian, gue gak mau semua itu membekas dimental alinka gue bakal bakar semua ini jadi mending lo diem karena lo termasuk orang orang yang menyakiti adik gue". Ucapnya menyela perkataan zalvin.

"Alinka juga adik gue ka-", deon tertawa sinis.
"Adik lo bilang? Kalau lo emang kakaknya alinka, kenapa lo malah manjain uler dirumah ini? Kenapa lo bela mati matian si uler kalau lo anggap alinka adik lo? Kenapa lo juga ikut ikutan benci sama alinka kalau lo anggap dia adik?! KENAPA HAH?!", zalvin terdiam yang dikatakan deon semua benar kan.

"kenapa diam? GAK BISA JAWAB KAN LO?!",

"LO JUGA DULU BENCI SAMA DIA KAK SEBELUM LO SAYANG SAMA ALINKA!",

*bughh...

"Gue gak pernah benci sama alinka, gue diam gue juga perhatiin dia walaupun gue diam walaupun gue gak kelihatan sayang sama dia tapi apa harus lo tahu kalau gue sayang sama alinka?! Rasa sayang gak harus dengan cara blak blakkan, rasa sayang gak harus cuman diucapkan tapi dengan bukti". Setelah mengatakan itu deon pergi membawa pakaian alinka yang sudah masuk kedalam koper merahnya.

*Brukkhh...

Deon menabrak bahu zalvin.

ALINKA (END) {REVISI}Where stories live. Discover now