Part 05

1.6K 87 3
                                    

Typo bertebaran maaf ^_^

Happy reading! ^.^

*Cekkkllekk..

"Assalamualaikum," alinka berjalan menuju dapur setelah melepas sepatu kusamnya.

"hmm.. Kemana bi iyem? Tumbenan gak jawab salam, lagi kepasar kali ya", alinka berjalan menuju kulkas untuk mengambil air dingin.

*gllekk.. Gllekk

"Segarnyaa...",

"Wahh waah wah.. Enak ya kamu pulang sekolah langsung minum air dingin, cepat nyuci sana pakaian kotor saya udah numpuk dikeranjang!". Alinka tersentak mendapati ibu tirinya yang datang tiba tiba, seperti syaithon saja pikirnya.

"hmm iya ma," alinka menunduk sambil memegangi tali tasnya feby mendelik malas ia berjalan meninggalkan alinka didapur.

"Oh dan ya, jangan pakek mesin cuci karena kita lagi hemat listrik! ngerti kamu?  anak pembawa sial". Ucap feby berbalil dengan menekankan 'anak pembawa sial', alinka menatap wanita itu datar.

"Apa kamu lihat lihat saya kayak gitu?! Cepat sana nyuci?!", alinka buru buru pergi ke tempat ia untuk mencuci baju tanpa mesin cuci.

"Hahh.. Hhh.. Kalo aja bunda masih hidup mungkin hidup aku ngga kayak gini, aku bakal disayang sama keluarga ini", ucap alinka bermonolog ia mengambil detergennya.

"aduh lupa aku belum ganti seragam lagi, ganti dulu deh". Alinka dengam tergesa pergi kekamarnya ia segera mengganti seragamnya dengan pakaian lusuh.

Saat keluar kamar ia dikejutkan dengan kedatangan zalvin, ia tiba tiba menarik tangannya kasar menuju dapur.

"eh kak avin tangan inka sakit, tolong lepasin kak". Zalvin tak mengindahkan ucapan alinka ia terus menyeretnya menuju dapur karena suasana disana sedang sepi.

"Dengerin gue manusia bego! Lo jangan pernah ke ruang tamu karena disana ada temen temen gue, gue gak mau kalo sampe temen temen gue tau kalo lo itu adik gue!", ucap zalvin dengan menyentakkan pegangannya pada alinka.

"tapi kena-",

"jangan banyak tanya! Kalo sampe mereka tau lo ada disini lo bakal gue siksa ngerti lo!". Alinka menunduk dalam ia tanpa sadar menitikan air matanya,

"Ngerti kagak lo?!", sentak zalvin membuat alinka mendongak terkejut.

"i iiya kak", alinka mengangguk patuh. Setelah itu zalvin meninggalkan alinka sendiri di dapur, alinka melirik kepergian zalvin sendu.

"Bahkan kak zalvin gak mau ngakuin aki sebagai adiknya didepan teman temannya", ucap alinka lirih, ia segera pergi ke tempat cuci baju tadi dan melakukan aktivitasnya.

**

Sementara itu diruang tamu lima laki laki beserta dengan zalvin sedang asik bermain game onlinenya, dengan sampah bungkus keripik dimana mana, dan bekas minuman kaleng.

"ckk.. Vin gue haus nih pembantu lo mana sih, kagak biasanya nganterin minuman dingin buat kita kita". Ucap seorang cowok dengan rambut keritingnya, zalvin berdecak.

"tau nih gue juga haus, suruh ambilin minum gih vin". Ucap seorang lagi,

"ck iya iya berisik bener deh lu pada!", ucap zalvin yang dibalas cengengesan oleh mereka.

"BI IYEM BAWAIN MINUMAN DINGIN 5 KE RUANG TAMU!!!", teriak zalvin sementara yang lain menutup telinga mereka bising.

"ck ngapa teriak sih lo, sakit nih telinga gue, samperin aja sono". Ucap seorang cowok yang bertindik, zalvin memutar bola mata malas.

"serah guelah, males gue lo aja sono yang samperin",

"og-",

"permisi kak ini minumannya", semua orang menatap pada objek yang sedang menyimpan minuman itu kemeja.

"lo siapa?", ucap seorang cowok berambut keriting.

"aku al-",

"dia anaknya bi iyem", ucap zalvin memotong ucapan alinka, zalvin menatap alinka tajam seolah mengatakan 'awas nanti lo habis sama gue' alinka menunduk dalam.

"ooohh... Yaudah hushh hushh pergi ajadeh kita kita mau main lagi, atau mau ikut main sama kita hm hm". Ucap seorang cowok bertindik dengan menaik turunkan alisnya.

"ck lo anak orang jangan diganggu ger ntar nangis lagi", ucap seorangnya lagi yang ditertawakan mereka, zalvin memejamkan matanya menahan kesal.

"udah sana pergi! Ngapain bengong disitu?!", ucap zalvin membentak alinka terkesiap ia buru buru meninggalkan ruang tamu itu.

"cantik juga tuh cewek, ya tapi kalo ditambah bumbu dikit makin cakep tuh bocah", ucap yang lainnya dengan kekehan. Merasa semuanya diam cowok itu berdecak malas ia kembali memainkan gamenya.

**

Alinka yang sedang menulis tugasnya terkaget dengan gebrakan pintu kamarnya, "kkak avin kakak nga-",

Plaakkk...

Wajah alinka tertoleh kesamping, zalvin menatapnya dengan sorot kebencian penuh dimatanya.

"udah gue bilang jangan nunjukkin wajah menjijikkan lo itu sama temen temen gue anjing!",

"tapi lo keukeuh aja ya, lo gak takut sama ancaman gue hah?!", alinka merasakan panas dipipo sekalogus hatinya, matanya mulai berair.

"ma maaf kak, tadi bi iyem ga ada jadi in-",

Buuughh..  Gudubrrakk..

Alinka meringis merasakan tubuhnya terhuyung kebelakang dan menimpa meja belajarnya.

"Alah alesankan lo, supaya temen temen gue itu pada ada yang suka sama lo supaya mereka prihatin sama keadaan lo yang menyedihkan ini IYAKAN?!", zalvin menjongkok dan menyetarakan tingginya dengan alinka.

"inget ini pembunuh! Lo itu cuma beban dirumah ini, dan lo gak berhak menyanding nama dikeluarga ini!", ucap zalvin sambil mencengkram dagu alinka sehingga sang empu mendongak dengan air mata berlinang.

"Cuihhh.. Bahkan gue gak sudi natap wajah pembunuh dari bunda gue, hhh gue harus cuci tangan gue pakek kembang tujuh rupa ckk jadi nyentuh kumankan gue?!", alinka tak bergeming badannya bergetar ketakutan melihay kilat amarah dari zalvin.

"Dasar gak berguna!", zalvin menendang kaki alinka dengan keras membuat alinka menjerit kesakitan, tanpa sepatah kata lagi zalvin meninggalkan alinka dengan kondisi menyedihkan.

"hikkss.. hikkss.. hikkss... Ka kak zalvin te tega sama inka bu bunda, in inka sakit hikss.. hikss.. hati inka sakit yaAllah hikss.. hikss..", alinka terus menangis tanpa sadar ia tertidur dilantai kamarnya yang dingin.

ALINKA (END) {REVISI}Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu