BAB 14 : RASA SAKIT

Start from the beginning
                                    

"Untuk Flora, seperti biasa kamu harus tinggal di loteng setelah pulang dari sekolah sampai acara Ayah selesai. "

"Acaranya dirumah Yah?"  Evan mengangguk menjawab pertayaan El. Remaja lelaki itu kemudian mengerti lalu melanjutkan mengunyah roti selai strawberrynya.

"Kenapa Ayah?"

Evan menaikkan satu alisnya mendengar pertanyaan Flora. "Kenapa? Bukan kah sudah sering kali saya katakan padamu alasannya."

"Ayah, Flora juga ingin di akui."

"Sudahlah Flora jangan bikin keributan di pagi hari." Celah Gavin memandang Flora tajam.

Wajah gadis itu tampak memerah, entah kenapa sangat merah tak seperti saat baru tiba tadi.
"Apa Flora masih gak di harapkan di keluarga ini?"

"Kamu sudah tau jawabannya Flora." Geram Ed saat mendengar nada senduh adiknya, Lelaki itu paling anti jika sarapannya di ganggu dan yang rutin sekali membuat keributan itu gadis disebelahnya ini.

"Ayah! Flora mau tanya emang salah Flora terlahir ke dunia?" Ucap Flora dengan nada bergetar, suaranya tercekat karena menahan tangis.

"Diamlah!" Desis Ed sekali lagi sembari menarik tangan adiknya agar tak menghadap Ayah mereka.

Evan hanya diam memandang dingin wajah Flora. "Jangan kamu kira saya mengundang kamu sarapan pagi ini karena kami menganggap dirimu Flora!"

"Trus untuk apa Ayah berlaku baik sama Flo tadi??" Tuntut Flora dengan tangisannya, airmatanya tak berhenti keluar. Bahkan dirinya sudah mengelap berulang kali menggunakan bahu tangannya.

"Saya tidak tau!" Jawab Evan sembari membuabg mukanya.

"AYAH JAHAT, AYAH EGOIS!! HANYA GARA - GARA EGO AYAH AKU SEPERTI INI!"

"FLORA!!"

"KALIAN SEMUA JAHAT!! KENAPA FLO DIPERLAKUKAN SEPERTI INI, FLO BAHKAN GAK TAU JIKA IBU BERTARUH DENGAN NYAWANYA DEMI MELAHIRKAN FLO, KALAU BISA MEMILIH PUN FLORA TIDAK INGIN DI LAHIRKAN DI KELUARGA INI!" Teriak Flora lantang yang lansung di beri tamparan keras dari Evan, gadis itu langsung terjerembab ke bawah lantai sangking kerasnya pria yang ia sebut Ayah itu memukulnya. Untuk pertama kali Evan kehilangan kendali.

Plak

Prang

Piring yang ada di hadapan Flora tadi juga ikut terjatuh lantaran senggolan tangan Flora. Tubuhnya gemetar menahan peri dan juga sakit  apalagi sekarang kulitnya terasa seperti terbakar. Ia terlalu berharap, sampai kapanpun keluarganya tak pernah menganggapnya ada, meskipun pagi ini begitu manis bagi Flora tapi Ayahnya tidak tau bahwa Flora alergi coklat. Ia rasa Ayahnya seakan membunuhnya pelan - pelan.

Rasa peri dan juga panas membuat Flora merasa pening, darah segar tiba - tiba mengalir dari lubang hidungnya. Rasa hangat dan besi darah terasa hingga masuk ke dalam mulutnya. Flora tak ingin tumbang, ia takut keluarganya makin mengkasihaninya.

"Berdiri!" Perintah Gavin yang kini sudah berada di hadapan Flora yang terduduk. Flora hanya diam, suara tangis tadi sudah lenyap di makan detik jam yang bersautan.

"FLORA! Jangan membuat kesabaran saya habis!"  Suara Bass Gavin membuat tubuh Flora menegang, saat tangan besar lelaki itu yang hendak meraih tubuhnya dengan cepat Flora berdiri dan berlari menghindari tatapan setiap mata yang berada diruangan tersebut.

Melihat kepergian Flora yang secepat itu membuat Evan duduk termenung menahan sesak di hatinya, tangannya gemetaran setelah menampar putrinya. Tangan ini, tangan yang dengan mudahnya menyakiti putrinya.
Evan beralih menatap lantai tempat Flora terduduk tadi, terdapat beberapa tetes darah kental disana.

FLORAWhere stories live. Discover now