BAB 14 : RASA SAKIT

4K 288 1
                                    

Selamat Membaca ~~

.
.
.
.
.




Hari senin adalah hari yang paling tak disukai murid Jonshon internasional school. Karena di hari senin mereka masuk pukul 7 pagi, lebih pagi dari biasanya karena akan mengadakan upacara bendera.

Flora sedang mematut dirinya dikaca, wajah sembab dan pucatnya sudah berubah menjadi berseri, ya Flora bertekad untuk seminggu ini menyelesaikan misinya.

Lagi pula Max sudah kembali dari Amerika, lelaki itu selalu menghubunginya setiap malam hanya untuk menanyakan kabar, entahlah Flora bahkan sudah merasa lelah menjawabnya.

Tok tok tok

Flora menoleh ke sumber suara, dirinya yakin bahwa ini adalah Maid pengantar sarapan.

Ceklek.

Perkiraan Flora salah yang berada di depan pintu kamar nya adalah El. Kakak keduanya dengan wajah tengil memandangnya datar.

"Disuruh Ayah ke bawah."

"Ngapain?" Bukannya langsung menurut Flora malah bertanya.

"Banyak tanyak lo! Tinggal turun ribet amat. Buru, gue gak suka nunggu." Ketus El kemudian berjalan ke arah lift, Flora yang melihat Kakaknya menuju lift ikut berlari berdiri disamping El.

Selama di dalam lift Flora sesekali melirik El yang mempunyai tampang seperti bad boy - bad boy sekolah, tapi Flora tau bahwa El itu penyayang. Banyak hal yang di ketahui Flora bahwa kakaknya satu ini terkadang merespon keberadaannya di keluarga ini.

"Terimakasih Bang El." Ucap Flora dalam hati.

Setelah sampai diruang makan, Flora tampak kikuk melihat tatapan Evan, Gavin dan Ed di meja makan.

Mereka bertiga tampak seperti hendak mengulitinya, sedangkan El sudah duduk di kursinya seperti biasa.

"Duduklah!"

"Ayah?" Flora merasa senang, hari ini Ayahnya mengizinkannya untuk ikut sarapan bersama. Entah ada angin apa dan semalam dirinya bermimpi apa, setahu Flora ia tak memimpikan apa - apa.

Para Maid memberikan potongan roti tawar yang sudah di panggang di masing - masing piring, namun untuk isian sendiri mereka membuatnya sendiri, dimeja terdapat berbagai macam selai.

Flora masih berbengong mendapati kesempatan langkah ini, dirinya hampir tidak pernah merasakan enaknya makan bersama. Terakhir saat usianya tiga belas tahun, itupun karena keluarga Max datang untuk melamarnya.

Entah kenapa Evan mengambil roti milik Flora dan tanpa bicara memoleskan selai coklat di roti gadis itu. Sebenarnya Evan juga tak mengerti tapi saat melihat binar di wajah putrinya membuat tangannya bergerak dengan sendirinya memoleskan selai di roti milik Flora.

"Terima kasih Ayah." Ucap Flora senang kemudiab dengan cepat mengunyah roti tersebut, Margaret yang ada disisi ruangan terkejut lantaran Nonanya langsung memakan roti itu tanpa berpikir lagi.

Jantung Evan berdetak tak karuan saat putrinya mengatakan hal seperti itu sesenang ini, hati nya merasa sakit dan juga sesak. Sesenang itukah? Sama halnya dengan ketiga Kakaknya. Mereka merasa momen ini mengandung sesuatu yang membuat degub jantung menjadi tak karuan. Senyum adiknya terasa asing dan menyakitkan.

Setelah menghabiskan sarapannya Flora langsung meminum susu coklat yang ada di depannya. Flora tau Kakaknya semua menyukai susu coklat, hanya dirinya yang tak suka tapi apa boleh buat ia harus berpura - pura menyukainya karena moment ini adalah kesempatan yang langkah untuknya.

"Ehem.." Evan berdehem sebentar sebelum memulai berbicara, semua mata seketika memandang laki - laki itu.

"Ayah disini ingin menyampaikan sesuatu. Hari sabtu malam minggu depan akan diadakan acara ulang tahun perusahan sekaligus ulang tahun Ayah." Mereka mengangguk mendengar perkataan Evan, lelaki paruh baya itu menatap satu persatu anak - anaknya, dan kali ini menatap Flora dengan datarnya kemudian berucap yang sukses membuat Flora terdiam membeku.

FLORAWhere stories live. Discover now