"Om," ucapnya tanpa beranjak dari tempat duduknya.

"Aira ... As, kemana?"

"Dia baru pergi, om."

"Kamu di tinggalin sendiri di sini?"

Gadis itu mengangguk pelan, sebenarnya dia sangat tidak suka di abaikan seperti itu oleh seseorang. Namun dia tidak mungkin melarang Aszlee untuk tidak pergi. Ferry menghampiri gadis itu. Ia ikut duduk di sofa tepat di hadapan Zahira.

"Anak om itu pekerja keras. Dia gak akan tinggalin kerjaan sekecil apapun. Jadi kamu harus bisa memakluminya."

"Iya, om," ucap gadis itu. "Tapi Aira takut. Nanti dia malah deket-deket sama perempuan lain."

"Yakin sama, om. Aszlee bukan orang seperti itu."

Zahira merasa lega setelah mendengar penuturan dari calon mertuanya itu.

"Kalian tadi kemana?"

"Fitting baju om. Untuk persiapan pernikahan."

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" perintah Ferry.

Seorang perempuan paruh baya masuk ke dalam ruangan. Dia adalah Astrid, mantan istri Ferry. Walaupun mereka sudah bercerai, mereka tetap berhubungan baik layaknya seperti teman biasa.

"Bunda," lirih Zahira.

"As, ada?" tanyanya.

"Duduk dulu," tawar Ferry.

Wanita paruh baya itu duduk di samping Zahira, gadis cantik yang berkerudung itu akan menjadi menantunya.

"Dia baru pergi, ada kerjaan mendadak," timpal Ferry.

"Owh ... Berhubung aku udah di sini, aku mau bilang sama kamu jangan lupa datang ke pernikahan, As."

"Jelas dong. Dia 'kan anak aku," ucap Ferry. "Pernikahannya kapan?" tanyanya.

"Secepatnya, nanti akan aku kasih tau."

Lama mereka mengobrol, akhirnya Zahira dan Astrid pulang dari kantor Ferry. Mereka sudah menunggu Aszlee, namun pria itu tak kunjung datang.

***

Malam pun tiba, setelah makan selesai. Keluarga itu duduk di ruang tamu, sedangkan Aszlee langsung masuk ke dalam kamarnya.

Aszlee merasa sangat bosan, biasa malam-malam seperti ini ia akan berkerja. Namun, kali ini tidak karena pekerjaannya sama sekali tidak ada.
Pria itu berbaring di ranjang sambil bermain ponsel. Tiba-tiba dia kepikiran untuk mengobrol dengan calon istrinya. Aszlee segera menghubungi Zahira untuk menghilangkan rasa bosannya.

"Kok gak di angkat!" ucap Aszlee, merasa kesal.

Pria itu kembali menghubungi Zahira lagi-lagi tidak ada jawaban dari gadis itu. Hampir belasan kali dia menghubungi Zahira, akhirnya pria itu menyerah.

"Mungkin udah tidur kali ya," lirihnya.

Aszlee segera membenarkan posisi tidurnya, baru saja ia memejamkan matanya terdengar suara bunyi dari ponselnya. Saat dia menatap layar ponselnya itu, ia sangat senang karena yang menghubunginya adalah Zahira.

Istri Pilihan Bunda | [TAMAT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt