"Tapi Jae, aku juga ingin kau bisa melanjutkkan kuliah juga." Ucap Yunho sedih.

"Tidak Yun. Ini adalah kesempatanmu. Aku juga memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjagamu." Terang Jaejoong meyakinkan Yunho.

"........" Yunho tersenyum mendengar ucapan Jaejoong. "Aku akan berusaha keras, aku akan mendapatkan pekerjaan yang baik setelah lulus dan menikahimu. Aku pasti akan membuat kita beruda bahagia." Lanjut Yunho.

"Gomawo." Ucap Jaejoong menatap Yunho dengan senyuman di kedua mata indahnya.

.

.

.

Hari-hari mereka berdua pun berlanjut, Yunho sibuk dengan kegiatan sebagai mahasiswa dan pekerjaan part time nya. Sedangkan Jaejoong juga sibuk bekerja kesana kemari mengumpulkan uang. Walaupun mereka tinggal bersama namun mereka cukup jarang bertemu, jadwal yang sering bertabrakan satu sama lain atau kelelahan tidak bisa mereka hindari. Menjadikan jarak diantara mereka semakin melebar tanpa disaadari.

"Aku pulang." Ucap Jaejoong saat memasuki rumah.

"Eoh? Kau sudah pulang Jae." Jawab Yunho menyambut Jaejoong.

"Heum, aku bisa pulang cepat hari ini. Apa kau tidak magang hari ini?" balas Jaejoong balik bertanya sambil berjalan menuju dapur dan meminum segelas air.

"Tidak, aku mendapat libur 3 hari kedepan." Jawab Yunho ikut menuju dapur dan duduk di samping Jaejoong.

"Istirahatlah. Kau pasti lelah dengan aktivitasmu."

"Kau lebih lelah dariku Jae. Mian, seharusnya aku tidak membuatmu menderita seperti ini." Ucap Yunho merasa sedih, ia tidak mampu memandang kearah Jaejoong.

"Waeyo? Kenapa kau menjadi se sentimental ini?" tanya Jaejoong penasaran, ia malah lebih khawatir pada Yunho.

"Ania, mian. Aku akan ke kamar, kau juga segeralah tidur Jae." Ucap Yunho langsung pergi menuju kamar, meninggalkan Jaejoong yang masih terpaku tidak mengerti.

"Hah, apa kehidupan mahasiswa seberat itu? kurasa Yunho sungguh lelah." Monolog Jaejoong tak bisa memahami perkataan Yunho.

Sementara itu Yunho memasuki kamar dengan pandangan lesu, ia marah dan merasa gagal sebagai laki-laki. Ia gagal menepati janjinya pada Jaejoong. Lihatlah dirinya sekarang, yang ia lakukan hanyal membebani dan memberatkan hidup Jaejoong. Seharusnya ia tidak mengajak Jaejoong kabur bersamanya. Ia terlalu naif dan polos. Ia terlalu sombong pada kemampuan dan harga dirinya.

"Seharusnya aku memberikan kehidupan yang bahagia padamu Jae." Lirih Yunho, menatap lantai kamar. Ia mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang.

Ia mengingat kejadian yang ia lihat sebelumnya. Ia melihat Jaejoong yang dimaki-maki saat bekerja, ia melihat Jaejoong yang terus meminta maaf padahal ia tidak melakukan kesalah apapun. Dan melihat senyuman Jaejoong pada akhirnya semakin meyakiti hati Yunho.

"Hiksss....hiksss....hiksss.... mianhae, mianhaee......hiksss..." tangis Yunho tak mampu membendung rasa sakit di hatinya. Ego nya sebagai laki-laki terluka. Semakin ia menahan tangisnya semakin deras pula air mata yang berjatuhan dan juga suara cekikan nafasnya yang menahan isakan tangis terdengar begitu memilukan.

.

.

.

Keesokan paginya Yunho memutuskan untuk pergi ke taman dan menenangkan dirinya. Ia memandang lalu lalang orang yang silih berganti. Hingga seseorang menyapanya.

"Eoh hobae? Senang sekali bertemu denganmu disini?" sapa seorang laki-laki bertubuh sedikit gempal pada Yunho.

"Ah nne Sunbae-nim." Balas Yunho sopan menyapa seniornya di kampus.

I'm Not The Only OneWhere stories live. Discover now