14. Menikahlah Denganku, Ilana ....

35.6K 4.4K 159
                                    

Benua Atlana Up guys! 

Judulnya baca oilaaaaah! yang enggak mampir, fix kamu kemarin desak aku buat keluarin part iniiii hayolooooo! 

Vote dan komennya jangan lupa guysss.. ini 2000 kata lhoo. :) 

*** 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*** 

Di apartemen Atlan, Ilana sudah menunggu sejak dua jam lalu. Sudah terhitung delapan hari ia tidak berkunjung ke sini. Gadis itu sudah tidak tahan. Ia benar-benar rindu pada Kean-nya, juga pada Ben.

Saat ini Ilana tengah memangku Ben. Ben yang semula rewel dimomong Endah, kini diam karena ditimang Ilana. Bayi itu tidak mau lepas darinya. Untuk itu, Endah memilih memasak nasi tim ke belakang, membiarkan Ilana main bersama Ben.

Duduk di sofa yang menghadap langsung ke televisi, Ilana ditemani oleh Sutrisno. Sementara Endah sibuk berkutat di dapur, memasak nasi tim untuk Ben.

Sebenarnya gadis itu sedari tadi tidak fokus. Itu semua karena Atlan yang ia tunggu tidak juga menampakkan batang hidungnya. Ilana berulangkali berdecak hingga kenyamanan Sutrisno terusik.

"Nungguin Atlan, toh?"

Ilana menoleh, sedikit kikuk karena pikirannya gampang ditebak.

"Emangnya Atlan ndak bilang dia ke mana sama kamu?" Sutrisno kembali bergumam seraya mengganti-ganti chanel di televisi menggunakan remot.

"Enggak, Pakdhe," sahut Ilana lembut.

"Itu anak keluyuran terus. Wong dibilang jagain Ben, dia ndak juga balik-balik. Padahal besok kami mau bawa Ben ke Solo."

"Hah?" Ilana terlonjak kaget. "Jadi Ben mau dibawa ke Solo benaran, Pakdhe?"

Sutrisno mengangguk, Ilana semakin ketar-ketir.

"Iya. Kami mau membawa Ben ke Solo karena sudah saatnya kami mengurus Ben. Buat apa Ben di sini sama Atlan? Atlan saja keteteran urus dirinya sendiri. Ya ini memang kewajiban kami sebagai keluarga besar untuk menentukan nasib Ben ke depannya." Endah menyahuti, wanita itu datang dari arah dapur sembari membawa mangkok makanan Ben.

Ilana benar-benar sedih. Bagaimana pun ia sangat menyayangi Ben. Bahkan bisa dibilang, Ilana tahu perkembangan Ben dari lahir ke dunia hingga sekarang. Ia sesayang itu pada anak Meira.

"Ben nggak di sini aja, Budhe?" lirih Ilana pelan, menyembunyikan kesedihannya.

Endah menggeleng. "Ya ndak bisa, toh. Atlan masih bujangan. Belum ada tanda-tanda mau kawin. Kecuali kalau dia udah ada istri yo baru bisa urus Ben."

Ilana menunduk, mengecup singkat puncak kepala Ben. "Lana kan sayang sama Bubu, Budhe ..." pinta Ilana hampir tak terdengar.

"Yo kalau nanti Lana kangen, mampir aja ke Solo. Tiap liburan semester kan bisa. Wong si Mas juga jarang pulang kok ke Solo. Kalian mampir aja ndak apa-apa. Kamu pun sudah kenal dekat sama keluarga besar kami. Apa yang disegani?"

BENUA ATLANAWhere stories live. Discover now