12. Patah Hati Terhebat

32.6K 3.8K 242
                                    

Im back guys. bilang hai, dong!

Part ini panjang dikit. Karena kalau aku potong, nggak dapat feelnya malah. Ini aja banyak yang aku kurang-kurangin guys. Jadi sorry ya... 

Yuk fokus dulu fokus. Jangaan skip, tapi kalau mau skip gapapa juga. Hak kamuuuuuuuu bestiiieee

Semoga alurnya nggak bikin kalian bosen ya. Aku tahu kepanjangan kok. :) 

🌻🌻🌻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌻🌻🌻

"Atlan, dari mana aja, toh? Ditelfonin dari tadi ndak diangkat. Tahu, ndak ... dokter barusan telfon, tentang Meira!"

Suara Endah langsung menyambut Atlan yang tengah membuka pintu apartemen. Lelaki yang sedang menghapus bekas lipstik Urmila yang menempel di bibirnya—usai serangan sepihak itu—kini memelototkan mata.

Buru-buru Atlan menghampiri Endah di sofa. Di sebelah Endah, Sutrisno duduk memangku Ben.

"Kak Mei? Kenapa Kak Mei, Budhe!" Mata Atlan mulai memerah, cairan bening tergenang di pelupuk. Tangannya terkepal hebat.

Ben yang sedang ditimang-timang hanya melihat wajah Atlan yang dililit rasa khawatir seraya mengedip-ngedipkan mata.

Endah mendesah ringan. "Meira ... kemungkinan bertahannya kecil. Dokter menyarankan untuk mencabut alat bantu pernapasan Meira. Kasihan Meira kesiksa dipaksa bertahan kayak gitu."

"Apa!" Jantung Atlan mencelus detik itu juga.

Sutrisno menengahi. "Jadi gimana keputusanmu? Apa ndak sebaiknya, alat bantu Meira dicopot—"

"Nggak boleh!" potong Atlan cepat, tangannya mengepal hebat. "Kak Mei pasti kuat laluin masa-masa sulitnya. Aku tahu siapa Kakak. Dulu waktu Kakak hadapin masalah terhebat di hidupnya, dia bisa laluin. Kami cuma berdua tanpa ada kerabat yang peduli. Jangankan peduli. Ditanyain kabar aja enggak," kekeh Atlan sinis.

Endah merasa tertampar dengan ucapan Atlan. Sementara Sutrisno menunduk malu, dagunya mengenai puncak kepala Ben.

"Mumu ... mana Mumu? Mumu mannnnahh?" celoteh Ben mengigit-gigit jari.

"Hidup mati itu di tangan Tuhan! Copot alat pernapasan artinya sama aja bunuh Kak Meira. Kalian mau jadiin Ben anak yatim piatu?"

Endah menyahuti. "Justru bukannya kalau Meira dibiarin gitu terus, apa namanya ndak nyakitin dia? Dokter bilang kondisinya juga semakin menurun dari hari ke hari. Lagian, kalau terus-terusan di rumah sakit, sopo yang bayar rumah sakitnya? Biayanya ndak sedikit. Mikir!"

Atlan meremas kuat tangannya, hatinya begitu sakit mendengar omongan Endah. "Jadi kalian bakal lepas tangan, nggak mau bayarin biaya rumah sakit lagi?"

Sutrisno angkat bicara. "Bukan gitu, Atlan. Rendahin suaramu bicara sama orang tua. Kamu ini ningrat. Ingat tata krama!" tegur lelaki berkumis tersebut.

BENUA ATLANAWhere stories live. Discover now