FETBF | 8. Kesabaran

7.4K 582 7
                                    

Kini Shaka dan teman-temannya sedang berada di parkiran. Mereka lagi nunggu Neva yang ternyata ikut pindah juga.

“Hai guys, nungguin lama ya?” nah akhirnya si Neva dateng juga.

“Lama njir! Ngapain dulu sih lo?” kesel Aslan. Siapa sih yang gak kesel dijemur begini? Kalau kulitnya item gimana?

“Kalem, Lan. Tadi bahas tugas kelompok.”

“Yaudah langsung berangkat aja.” ucap Shaka.

“Buru-buru amat, bang?” heran Shanta.

“Perasaan gue gak delicious dari pagi.”

Jadilah mereka langsung gas menuju apartemen Shaka.

Shaka naik motor kesayangannya yang gak pernah ditunggangi orang lain selain dia sama Keano.

Shanta ngeboncengin Derrel disamping kanan motor Shaka agak kebelakang. Rajen juga ngeboncengin Aslan di samping Shaka agak kebelakang juga, tepat di sebelah motor Shanta.

Sebenernya Derrel bawa motor tapi dia dipaksa Shanta buat balik bareng, motornya bakal diurus ama Shanta katanya.

Kalau Aslan sendiri emang jarang bawa motor, dia lebih sering nebeng Rajen.

Sedangkan Aldo dan Barat membawa mobil.

Mobil Aldo berisikan Caramel dan Neva. Mobil Barat isinya Matheo sama Askar.

Hampir tiga puluh menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah gedung pencakar langit.

Mereka memarkirkan kendaraan masing-masing di parkiran yang tersedia.

Setelahnya berjalan menuju lift.

Setelah memastikan semuanya masuk ke dalam lift, Shaka memencet tombol dengan angka 48 untuk menuju ke unit apartemennya.

Gedung apartemen ini memiliki 50 lantai dengan tiga lantai teratas milik Shaka pribadi. Kebetulan pemilik gedung ini tantenya Shaka.

Dilantai 48 ada sekitar enam unit apartemen dan di lantai 49 mungkin hanya ada empat unit. Sekiranya ada temen yang mau nginep tinggal pakai. Gak perlu pake kamar tamu.

Satu unit berlantai dua, itu adalah tempat tinggal Shaka.

Mereka akhirnya sampai di lantai tujuan, dan langsung berjalan menyusuri lorong. Engga gelap kok, kan siang. Ada lampu pula.

Shaka berhenti tepat di pintu apartemen paling ujung dan paling besar diantara yang lainnya.

“Lo udah chat Keano kalau kita dateng?” tanya Aldo.

“Engga.” jawab Shaka nyantuy.

“Ntar kalo Keano marah gimana?” kali ini Askar yang nanya.

“Gak bakal, tenang aja.”

Shaka menempelkan jarinya pada alat disamping pintu, dan secara otomatis pintu terbuka. Itu adalah alat pendeteksi sidik jari. Hanya sidik jari Shaka dan Keano yang terdaftar.

Jika yang lain ingin masuk harus menggunakan sandi. Sejauh ini yang tau sandi unit nya hanya keluarga saja.

“Ayo masuk.”

Selangkah masuk kedalam Shaka mendengar suara televisi yang lumayan keras. Bisa dipastikan Keano lagi nonton TV.

Mereka masuk makin dalam sampai di ruang tamu.

“Ya Gusti nu Agung.” lirih Shaka saat melihat kondisi ruang tamunya.

Shaka menatap horror ke ruangan itu. Apa-apaan ini? Kenapa ruang tamunya terlihat seperti kapal pecah?

From Enemy To Best(boy)Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang