54. BABY VANI✅

501 26 2
                                    

HELLO EVERYONE, HAPPY TUESDAY





SEPERTI BIASA PENCET BINTANGNYA DIBAGIAN BAWAH PALING KIRI YA SEBELUM LANJUT BACA








SEMOGA SUKA SAMA PART INI YA







HAPPY READING


















*****

Varo kini sudah berada di ruangan Arin. Setelah tadi mengadzani putri kecilnya, Varo langsung menemui sang istri kembali yang masih memejamkan kedua matanya dengan damai.

"pa, mama kenapa?" tanya Vano yang sekarang ada di gendongan Varo.

"mama lagi sakit, nak" jawab Varo.

"setelah melahirkan adik kamu, mama kecapekan, sekarang mama istirahat dulu biar gak capek" kata Varo dengan suara yang bergetar menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan sang putra.

"jadi, mama lagi tidur ya, pa?" tanya Vano lagi.

"iya, sayang" ucap Varo.

"doain mama ya supaya mama cepat bangun, terus bisa sama-sama kita lagi" ujar Varo mencoba memberi pengertian kepada putranya itu.

"Vano akan selalu doain mama, pa" balas Vano.

Varo mencium wajah sang putra yang masih belum mengerti bahwa sang mama sedang berada di antara hidup dan mati.

Ke empat orang tua yang berdiri di ruangan tersebut, menyaksikan interaksi seorang papa dan anaknya. Hati mereka terasa di gores oleh benda tajam, perih melihatnya.

"apa aku sanggup menjalani hidup tanpa kamu, sayang?" tanya Varo dalam hatinya dengan satu tangan yang ia gunakan untuk menggenggam tangan Arin yang tidak terpasang oleh selang infus.

Wanita hebat yang sangat Varo cintai, kini terbaring lemah di atas brankar rumah sakit dengan banyak sekali alat yang terpasang di tubuh rampingnya. Wanita hebat itu adalah seorang Arinta Larasati.

Varo dalam hati berteriak. Mengapa harus istrinya yang mengalami koma setelah bertaruh nyawa untuk melahirkan anak keduanya? dan sekarang harus berjuang antara hidup dan mati. Apakah jalan kehidupannya tidak bisa selalu bahagia saja? oh tentu tidak bisa, karena pasangan dari sebuah kebahagiaan adalah sebuah kesedihan.

Varo ingin sekali seperti dua tahun terakhir, karena hidupnya tentram dan damai dengan keluarga kecilnya. Tapi, apa sekarang? kebahagiaan seakan telah terhapus dari kehidupan Varo. Tidak sepenuhnya terhapus. Varo memang sangat hancur saat ini melihat sang istri yang tengah koma. Namun, ada sedikit rasa bahagia karena kedatangan putri kecilnya di sela-sela kesedihan yang ia hadapi saat ini.

Memang benar, kesedihan tidak pernah luput dari kebahagiaan. Begitupun sebaliknya. Jadi, jangan pernah merasa paling menderita, karena pasti akan ada bahagia yang datang. Dan sebaliknya, jangan pernah merasa kebahagiaan selamanya menyertaimu, karena kehidupan terus berjalan. Ada kalanya kamu bahagia tapi di selimuti kesedihan dan kepedihan. Seperti yang di rasakan saat ini oleh seorang Varo Febrian Adyatama.

Varo tidak yakin, apakah ia bisa merawat kedua anaknya tanpa sang istri tercinta? terlebih anak keduanya baru saja lahir ke dunia.

"Varo" panggil Dini.

"kamu yang sabar ya, kamu harus kuat demi kedua anak kamu" ujar Dini dengan menepuk bahu kokoh milik sang putra tunggalnya itu. Namun, bahu kokoh itu terlihat begitu sangat rapuh.

Mantanku CEO, Suami pun CEOOù les histoires vivent. Découvrez maintenant