29. PENGEN SATE✅

559 19 0
                                    

HALLO READERS

JANGAN LUPA PENCET BINTANGNYA DULU YA SEBELUM LANJUT BACA


SEMOGA SUKA SAMA PART INI YA


HAPPY READING



















*****

Arin dan Varo baru sampai rumah sekitar sepuluh menit yang lalu. Arin mulai keluar dari rumah sakit hingga sampai rumah pun, tidak berkata satu kata pun.

"sayang, kamu masih marah sama aku?" tanya Varo ketika melihat Arin membaca novel di atas kasur.

Varo mendekat ke arah Arin. Lalu, ia duduk di sebelah Arin. Arin langsung bangkit dari duduknya, melempar novelnya secara asal di atas tempat tidur. Arin keluar dari kamar tanpa menoleh sedikit pun pada Varo. Varo hanya bisa menghela nafasnya melihat Arin seperti itu. Ia tau kalau Arin sedang marah sekarang.

Varo hari ini tidak masuk ke kantor karena memang tidak ada pekerjaan yang penting di kantor. Sehingga, ia memutuskan untuk di rumah saja. Varo keluar dari kamar menghampiri Arin yang sedang memasak di dapur.

"sayang, masak apa?" tanya Varo dengan lembut.

Arin menoleh sejenak kepada Varo yang berdiri tak jauh darinya. Kemudian, Arin melanjutkan acara memasaknya tanpa menjawab pertanyaan dari Varo.

"sayang, jangan diemin aku kayak gini, aku kan udah minta maaf sama kamu" ujar Varo dengan nada sedih.

"aku bantu masak ya, sayang?" tawar Varo.

Arin sedang mengupas bawang, tiba-tiba Varo mengambil pisau yang di pegang oleh Arin.

"biar aku yang ngupas bawangnya" ujar Varo dengan tersenyum. Namun, Arin hanya menatapnya dengan ekspresi datar.

Varo mulai mengupas bawang. Dan Arin mencuci sayur tanpa menggubris ucapan Varo.

"awssshh..." Varo meringis karena jari tangannya terkena pisau saat sedang mengiris bawang yang sudah ia kupas tadi.

"ya ampun, mas! kamu gak hati-hati, tuh kan kena jari kamu? udah, biar aku aja yang masak, kamu diam ya? bentar, aku ambil kotak P3K dulu" Arin langsung mengambil kotak P3K yang berada di atas nakas yang tak jauh dari dapur.

Varo menahan kedutan di bibirnya. Ia melihat betapa khawatirnya istri mungilnya itu kepada dirinya.

"siniin tangannya" pinta Arin.

Arin mulai mengobati jari tangan Varo dengan telaten. Dan Varo melengkungkan sudut bibirnya ke atas membentuk senyuman tipis.

"khawatir banget?" ujar Varo dengan menaik turunkan alisnya.

"I hate you" ucap Arin ketika sudah mengobati jari tangan Varo.

"I love you, sayang" sahut Varo dengan senyum mengembang.

"idih! gak jelas!" sinis Arin.

"kan artinya sama aja, sayang" kata Varo dengan manja.

"ya bedalah! aku bilang I hate you" Arin membereskan obat merah yang tadi ia gunakan untuk mengobati jari tangan Varo.

"emang apa artinya?" tanya Varo dengan ekspresi di buat sepolos mungkin.

"aku benci kamu!" balas Arin sambil menutup kotak P3K.

Mantanku CEO, Suami pun CEOWhere stories live. Discover now