Bab 9 Berdamai

81 9 0
                                    

"Bi, maafin Ane ya, gara-gara Ane semalem bibi di marahin"

Pagi ini percakapan pertama yang aku buka adalah kata maaf pada bi Nana karena aku sungguh tak enak hati menjadi penyebab Demian memarahinya karena rasa penasaran dan egois ku

"Gak apa-apa non, bibi udah gak apa-apa"

"Bibi jangan marah ya sama Ane"

"Gak apa-apa non, bibi gak marah kok sama non, aden juga udah minta maaf tadi pagi sebelum jalan"

"Serius bi, Demian udah gak marah?"

"Serius non, aden sampai mau nangis karena nyesel udah bentak bibi"

"Bagus deh bi aku lega dengarnya, sekali lagi maaf ya bi"

Baguslah aku senang mendengarnya artinya Demian sudah mereda emosinya, aku bisa meminta maaf saat ada waktu yang tepat di kantor

Sampai kantor dan memulai pekerjaan dengan rasa tak menentu apalagi saat laporan ini harus aku antar ke meja Demian, tapi aku harus profesional

Dengan segala kekuatan yang di kumpulkannya Ane masuk ke ruangan Demian walau ada rasa kikuk harus berinteraksi dengan Demian terlebih lagi Ane belum minta maaf

"Laporannya pak"

Demian mengambil kertas laporan itu dengan cuek bahkan hanya diam sambil fokus dengan sesuatu yang dia ketik entah apa yang di ketiknya pada layar monitor. Ane memberanikan diri untuk membuka suara dan mencoba minta maaf

"Maafin saya soal semalam"

Ane begitu menyesal dan memohon maaf dengan sangat tulus namun Demian masih sibuk dengan menatap layar monitornya

"Saya gak mau bahas apapun yang gak ada hubungan dengan pekerjaan"

"Maaf, permisi pak"

Ane pasrah jika Demian masih marah, ternyata hanya bi Nana yang di maafkan

*********

Hari ini Ane masuk kerja dengan rasa tak semangat dan fikiran yang tak menentu tentang Demian, sepertinya aku sangat kelewatan sampai 3 hari Demian mendiam-kan aku, saat di rumah dia selalu menghindar saat ada aku dan di kantor tak sekali pun dia bicara hal selain pekerjaan, bahkan Demian tidak bertanya aku pulang dan pergi dengan dia atau pak Dir

Ane nekat mengirimi Demian sebuah pesan, entah di respon atau tidak setidaknya dia mencoba

Ane : Saya kirim pesan ini sebagai istri anda, kata orang kalau marahan gak baik kalau sampai 3 hari, ini udah 3 hari, harusnya sih udah baikan dan maafin saya

1 jam... 2 jam...3 jam...

Tiap 5 menit sekali Ane menatap layar ponselnya tak ada balasan dari Demian padahal ponselnya online tak terasa pesan itu sudah 3 jam lalu di kirimnya dan saat ini mendekati makan siang masih tak ada tanda-tanda pesannya di respon

Dengan frustasi Ane memainkan pulpennya, mengetuk-ngetuk pada sisi mejanya dan tanpa sadar terlempar ke kolong meja nya, Ane segera berjongkok dan mengambilnya dan tiba-tiba terdengar bunyi pesan masuk buat Ane terburu-buru ingin melihat dan..

Dug!

Kepala Ane terbentur meja begitu kencang buatnya memegang kepalanya yang agak sakit, Dita yang melihat langsung menertawainya karena lucu melihat wajah Ane

"Loe kenapa Ne?"

"Kejedug lah emang keliatannya gue lagi main futsal"

Dita makin tertawa kencang, emang temen ga bener bukan di tolongin malah di ketawain

Ruang Rasa By Suarasenja_sj (End!)Where stories live. Discover now