"Eh, nggak kerasa udah sampai aja, ya?" ucap Ando ketika baru turun dari bus.

Rey mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

"Lo belum pernah ke sini, Rey?" tanya Zulfan saat melihat Rey, seperti orang yang baru pertama kali datang ke desa.

"Kata Mamah, gue pernah diajak ke sini waktu umur gue masih dua tahun. Cuma sekali aja, karena sejak saat itu, gue udah nggak pernah ke sini lagi," jelas Rey.

"Desanya masih asri banget. Udaranya sejuk," komentar Ando.

"Iya Ndo, beda banget dengan daerah tempat tinggal kita. Maklum sih, ini 'kan desa," sanggah Zulfan.

Mereka bertiga lalu pergi menuju ke penginapan mereka sambil membawa barang-barang mereka.

"Oke, jadi nanti kita bakal mulai dari mana dulu?" kata Rey dengan antusias.

"Kita tidur dulu dong, gue ngantuk banget, nih!" ucap Ando yang kemudian berbaring di atas tempat tidur sambil menutup mata.

"Iya Rey, kita istirahat dulu deh, cape banget, nih!" sambung Zulfan.

Melihat kedua temannya kelelahan, Rey lantas memilih untuk mengalah dan berencana melanjutkan misi atau tugas mereka di esok hari.

Rey sama sekali tidak bisa tidur, dia sudah berusaha untuk memejamkan mata dan juga membolak-balikkan badan untuk mencari posisi yang nyaman. Lain dengan Ando dan Zulfan yang sudah tertidur pulas, mungkin saja sekarang mereka tengah berada di dalam mimpi.

Karena matanya yang tak kunjung lelah, Rey kemudian memutuskan untuk keluar dari penginapan, sekedar mencari angin segar daripada uring-uringan tak jelas di dalam kamar.

Rey duduk di sebuah sofa yang ada di teras penginapan, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling penginapan dan bergidik ngeri karena suasana yang nampak sepi dan gelap.

"Ada apa, Nak?" tegur seseorang tiba-tiba.

Rey yang terkejut, lantas membalikkan tubuh dan menatap tak percaya pada sosok itu.

"Eh?!" ucap Rey dengan terbata-bata.

"Kenapa malam larut begini kau keluar dari kamarmu?" tanyanya.

"Saya nggak bisa tidur, Kek. Entahlah mengapa, saya tak merasakan lelah setelah tidur di bus tadi siang," jawab Rey.

"Oh begitu, mau saya buatkan teh, Nak?" tawar kakek kakek itu.

Rey menggeleng sambil tersenyum tipis.

"Baiklah kalau begitu, mau saya temani ngobrol?" tawar kakek itu.

Rey masih tersenyum, lalu menganggukkan kepala. "Boleh, Kek," ucapnya dengan senang hati.

"Kamu yang datang bersama dua temanmu tadi, ya?" tanya kakek itu memastikan.

"Eh, iya, Kek," jawab Rey.

"Kamu datang ke sini untuk berlibur?" tanya kakek itu lagi.

Rey menggeleng dan tersenyum sendu, dia sudah lama untuk tak ikut berlibur karena ia lebih sering untuk berada di perkotaan demi mengerjakan tugas yang lumayan banyak. Ditambah dengan sebuah tugas penting untuk mencari Bella, sahabat kecilnya dan seseorang yang berada di balik pembunuhan ayahnya di Las Vegas.

"Saya ke sini untuk tugas kuliah, Kek!"

"Oh, begitu!"

"Kakek sendiri, apa kakek petugas di sini? Soalnya saat datang ke sini tadi, saya belum pernah melihat kakek," tanya Rey dengan heran.

"Saya petugas malam ini, tugas saya hanya di malam hari saja. Jadi, saya kurang di kenal oleh orang yang ada di sekitar penginapan."

"Apa kakek orang asli sini?" tanya Rey.

"Ya, tentu saja, saya orang asli yang lahir dan di besarkan di sini sampai sudah setua ini."

"Mamah saya juga dulu dilahirkan di sini!"

"Kalau boleh tau, siapa nama ibumu?"

"Ririn, Ririn Amora!"

Kakek itu mengernyitkan alis dan terlihat penasaran.

"Ririn, anak yang cerdas itu? Dia tinggal sendiri hanya bersama Liam, karena orangtuanya yang bekerja di luar kota?" ucap kakek sambil mengingat-ingat sesuatu.

"Iya, Kek, itu mamah saya!"

"Ya tuhan, bagaimana dengan kabarnya sekarang?"

Rey tersenyum lebar, "Mamah baik-baik aja, Kek!"

"Kalau keadaan ayahmu bagaimana? waktu itu, saya tidak sempat menghadiri resepsi pernikahan mereka berdua."

"Papah sudah meninggal lima tahun yang lalu, Kek. Beliau mengalami kecelakan di Las Vegas."

"Astaga!!"

Bersambung ....

Bad or Good?जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें